GITKATH

1.3K 29 2
                                    

Laboratorium🔞


























Waktu terus berjalan, lelah telah menunggu dihadapan. Hari Senin yang menggangu, dimulai dengan penjemuran dibawah teriknya matahari dan diimbuhi dengan kesialan yang menimpa mejanya. Apalagi kini ada praktikum yang harus dilakukan.

Sungguh menyebalkan hanya untuk bisa menuju jam istirahat. Kesialan seakan selalu ia rasakan dalam jurusan yang melintang jauh keluar otaknya. Bukan tidak beralasan ia begitu berani mengambil jurusan dengan otak kosongnya. Ada hal yang mencuri perhatiannya sejak menginjakkan kaki disekolah ini.

Hawa dingin menyapa kulitnya, ruangan serba putih, meja yang ditata dengan rapi dengan botol-botol yang berisikan cairan warna-warni. Ia mendudukkan diri dibangku dan meja yang bersatu, tersusun berbentuk sabit dibelakang ruangan.

Tak lama masuklah dua orang yang sudah memakai setelan jas putih yang sama dengan apa yang ia kenakan. Secarik senyum terpampang jelas, bukan menyukai akan berjalannya pelajaran melainkan seseorang yang jauh lebih muda dari orang yang berdiri didepan kelas.

Wajah tegas, rahang yang mengeras, dan tatapan yang tajam. Emh, rasanya ingin sekali ia mengusap rahang itu, menggigit bibir tebal yang menggoda dirinya. " Em, kenapa makin bergairah." Ucapnya tanpa sadar membuat orang disebelahnya menoleh

" Ish, Irene." Ucapnya begitu kaget dengan apa yang dilontarkan sahabatnya.

" Dingin banget, mau lava dinginnya." Ucap Irene begitu vulgar membuat sahabatnya risih.

" Ih, Irene aku bukan Rachel ya, yang bisa nanggepin kamu?." Ujar Misya begitu kesal.

Irene tidak mengindahkan perkataan sahabatnya ia hanya memfokuskan diri pada orang yang sungguh membuatnya mabuk pesona. Pemuda yang tinggi tegap tegas disiplin dan begitu berwibawa. Pemuda yang sangat diidolakan banyak orang. Pemuda yang membuatnya ada di jurusan ini.

Siapa yang tidak mau dengan pemuda itu, menjabat menjadi sekertaris OSIS dan berturut-turut memenangkan beberapa perlombaan olimpiade. Ingin rasanya mendekap tubuh tegap penuh gairah itu.

Tidak mengarahkan pandangan dengan jelas tapi penglihatannya sangat jelas menangkap gadis yang terus menatapnya. Dirinya tidak begitu mengenali gadis itu tapi ia tahu siapa dia, salah satu anggota cheerleader. Gadis itu cantik tapi bukan secantik kelakuannya, gadis yang banyak tingkah dan sedikit cegil. Tapi ia tak menampik jika bibirnya terkadang tertarik ketika melihat tingkah laku gadis itu, meski terkadang membuatnya jengah.

" Baik kalau begitu, untuk kelas kali ini bapak serahkan pada Erga untuk bimbingan kalian. Kalau begitu saya permisi." Ucap guru kimia dan pergi dari ruangan.

" Baik, kali ini saya tidak akan membuka praktikum tapi hanya sekedar materi." Ucap Erga sambil menyambung laptop dengan layar besar dibelakang tubuhnya.

Erga memulai menjelaskan materi yang sudah diluar kepalanya, menjelaskan dengan teliti dan menjabarkan sejelas-jelasnya pertanyaan yang ditanyakan beberapa siswa.

Sedangkan gadis yang duduk diposisi tengah, ia menumpukan dagunya pada tangan kirinya. Begitu tampannya ciptaan Tuhan, mata hitam yang terhalang kaca berbintang tidak bisa menghalanginya untuk terus menatapnya.

" Boleh gak sih gw pegang rahangnya. Ah, gantengnya pacarku." Ucap Irene dengan senyum yang begitu gila menurut orang yang disebelahnya.

" Dih, pacar. Dia aja gak pernah anggap kamu." Perkataan Misya sungguh menohok ulu hatinya. Irene memang tidak menampik itu, itu adalah kenyataan yang harus ia telan dengan kasar. Mulai dari kelas satu sampai saat ini ia masih tergila-gila dengan pemuda itu. Meskipun omongan pedas dan sikap yang membuatnya sakit hati, apapun untuk keinginan hatinya.

let's play Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang