SEKOLAH

2.1K 50 0
                                    







Pagi telah mengisi satu sekolah SMA dengan beberapa murid yang telah datan. Ada yang sedang mengerjakan piket pagi, ada yang mengobrol ataupun mengisi perut di kantin.

Parkiran juga sudah terisi beberapa kendaraan motor juga mobil. Ada juga para murid yang mengobrol di taman depan juga tangga lobby. Itulah yang di lakukan satu sirkel yang tengah mengobrol sembari menunggu dua teman mereka yang belum datang.

" Eh, Nel Lo beneran sama Bu Cahaya m." Tanya Floe membuka topik yang sempat putus.

" Iya, lu gak niatan mau nikung Abang lo sendiri kan." Sahut Eza yang tengah memainkan tangan gadisnya yang sama duduk di pembatas tangga.

" Nikung apaan, gw yang di tikung ege. Biarin mereka udah tunangan tapi gw udah ngerasain tubuhnya." Ucapnya dengan santai.

" Gila lo, maen nidurin punyak orang." Sahut Oze yang baru datang dengan Misya.

" Dia itu punya gw, dianya aja yang gengsi ngutarain perasaannya ke gw. Gw bikin enak baru deh tuh jujur." Ucap Leonel membuat temannya tertawa.

Suara besar kenalpot motor membuat mereka menoleh. Mereka hafal dengan suara kenalpot itu milik teman yang sedang mereka tunggu, tapi ada hal lain.

Di gerbang yang masih bisa mereka lihat ada seorang gadis yang keluar dari mobil sport putih yang juga mereka tunggu. Setelah mobil itu menghilang dengan cepat gadis bermata sipit itu mengejar pemuda yang berjalan ke lobby.

Dengan tatapan tajam dan wajah yang sangat terlihat kesal pemuda itu terus berjalan masuk tanpa peduli teman yang menunggunya apa lagi gadis yang terus memanggilnya.

Gadis keturunan Tionghoa itu terus berusaha mengejar langkah besar pemuda itu, bersama teman-temannya yang mengekor di belakang. " Bri, aku mau ngomong." Ucapnya setelah menghentikan langkah pemuda di lorong menuju kelas mereka.

" Bri, jangan marah dulu aku gak tau kalau Alan bakal jemput aku." Permasalahan mereka mulai karna gadis itu yang merengek semalaman agar pemuda ini menjemputnya karna papi maminya yang pergi keluar kota.

Namun sayangnya pagi tadi pemuda itu kalah dengan sang kekasih yang menjemputnya tanpa memberi tahu. Itu yang kini menjadikan ia merasa bersalah pada sahabatnya itu. " Bri, plis maafin aku." Mohonnya.

Brio mendengus dengan keras, menurunkan emosi yang sudah ada di kepalanya. " Terus hak gw apa?. Gw bukan siapa-siapa lo kan Jes, gw bukan cowok lo gw cuman sahabat lo. Ngapain lo harus minta maaf cowok lo jemput." Ucapnya menatap remeh gadis itu.

" Ya, aku minta maaf udah ngecewain gak nepatin janji aku juga." Ucapnya sembari memeluk pemuda yang mengabaikannya.

Brio yang masih merasakan kecewa, melepas kasar pelukan gadis itu darinya. " Lo gak ada hak, gw aja yang terlalu pede deketin cewek orang." Ucapnya dan pergi menuju kelas.

Jessica tertunduk menatap lantai, bagaimana ini perasaannya dibuat gundah antara memilih mempertahankan hubungan dengan sang kekasih atau mempertahankan ikatan persahabatan antara dirinya juga Brio.

" Udah Jes, tenang dulu kalau Brio udah gak emosi lagi, coba lo ajak ngobrol lagi." Usul Raya yang ditinggal sang kekasih untuk menenangkan temannya.

" Iya Jes, kita anter ke kelas ya." Ucap Rachel yang merangkul dua pundak gadis itu.

Dengan perasaan yang masih bersalah gadis itu menuruti pendapat teman-temannya.

_

Jam pelajaran kini berganti pada pembelajaran kedua. Hal ini yang menjadi antusias satu siswa yang ada di dalam kelas. Senyuman tidak luntur sedari tadi, menunggu guru cantik miliknya.

let's play Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang