14. Tetangga Masa Gitu

971 143 12
                                    

Selamat membaca

🐷🐷🐷



Jam 11 malam ini Zee baru saja menginjakan kakinya di kos, ia baru saja pulang dari kampus. Tadi saat ia sedang mengerjakan tugas akhir ia tertidur di perpustakaan. Untung saja perpustakaan di kampusnya belum tutup, sehingga ia bisa keluar dari sana.

Entah mengapa suasana malam ini sedikit mencengkram, rasanya aneh seperti ada yang sedang memperhatikan dirinya. Tapi ia tidak bisa menemukan siapapun disini, jujur Zee sedikit takut. Hingga ia memilih untuk berlari saat melewati lorong dilantai 4.

Tubuhnya terasa kaku, saat ia tidak sengaja mendengar suara tangisan seorang wanita. Jangan bilang, lupakan Zee tidak mau membahas hal itu, ia sedikit takut. Mencoba untuk memberanikan dirinya, ia mencari dimanakah asal suara itu berasal. Zee terus berjalan menuju asal suara yang semakin ia berjalan semakin kencang pula suaranya.

Akhirnya Zee bisa bernafas lega, ternyata suara tangisan yang ia dengarkan saat ini adalah suara tangisan Adel bukan suara tangisan kalian tau sendirilah mahluk yang suka menangis menyeramkan itu apa.

"Adel? Lo kenapa?" tanya Zee mencoba mendekat kepada Adel yang sedang terduduk di tangga darurat yang ada di tempat kos.

Adel diam saja tidak ada jawaban darinya, lantas Zee memilih untuk duduk disamping Adel. Merasa kasihan melihat Adel menangis tersedu-sedu tanpa henti, Zee merogoh tas miliknya untuk mencari tissu. Setelah menemukannya ia menyodorkan tissu miliknya dan memberikannya kepada Adel.

"Makasih." balasnya di sela-sela tangisannya.

Tak tega melihat gadis yang ia sukai terus menerus menangis, ia menarik tubuh Adel dan membawanya kedalam pelukannya. Ia tidak tau apa yang membuat gadis itu sedih, terapi Zee ikut merasa sedih melihatnya. Apakah seberat itu hidup Adel hingga dia harus menangis disini sendirian.

Zee mencoba untuk membelai lembut punggung Adel, untuk menenangkan gadis itu. Terlalu lama menangis juga tidak baik untuk kesehatan, apalagi untuk mata.

"Udah ya jangan nangis lagi, kalau ada apa-apa cerita sama gue. Jangan di pendem sendirian, kalau gak mau cerita juga gapapa. Jangan ngerasa kalau lo sendirian, ada gue disini Del." ucap Zee mencoba menenangkan Adel yang masih menangis tersedu-sedu.

"Kak-" ia tidak sanggup untuk menlanjutkan perkataannya, ia terlalu sedih untuk menjelaskan semuanya.

"Udah gapapa, nangis aja dulu sampai lo lega. Tapi jangan terlalu lama nangisnya, kasihan mata lo nanti sakit."

"Humm."

Hampir setengah jam berlalu Zee terus memeluk Adel yang masih menangis. Jujur tubuhnya sedikit kaku karena sejak tadi ia memeluk Adel terlebih lagi mereka duduk ditempat yang tidak nyaman.

"Mau pindah ke kamar gue?" tawar Zee

"Gue disini aja, kalau lo mau pergi gapapa. Makasih banyak kak udah nemenin gue." ucapnya melepaskan pelukannya dari Zee.

Sepertinya Zee salah berbicara, harusnya ia tidak berbicara seperti itu kepada seorang yang sedang sedih. Lebih baik ia diam saja dan mendengarkan apapun yang Adel katakan.

"Bukan gitu Del, gue takut nanti kalau lo disini masuk angin. Apalagi sekarang udah malem, disini juga mulai dingin. Lo cuma pake kaos doang." Zee mencoba menjelaskannya agar Adel tidak marah kepadanya.

Adel terdiam, ia memperhatikan pakaian yang ia gunakan saat ini, ia hanya memakai sebuah kaos dan celana pendek. Memang benar apa yang Zee ucapkan saat ini udaranya mulai terasa dingin.

"Gimana?" tanya Zee menatap Adel

Adel mengangguk, lalu ia bangun dari tempatnya.

Zee tersenyum kecil, ia juga ikut bangun dari tempatnya saat ini. Takut Adel kenapa-napa ia menggengam erat jari jemari gadis itu. Rencananya Zee akan mengajak Adel menginap di kamar kosnya saja. Agar dia tidak sendirian dan ada Zee yang mengawasinya.

Tetangga Masa Gitu (ZeeDel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang