CHAPTER 1/2O: A Dangerous and Wild Place.

248 28 4
                                    

"Polisi bilang, mereka sedang menunggu surat perintah untuk bisa menggeledah club itu. Kita hanya perlu menunggu" ucap Wilson yang menyalakan rokoknya, di hisap sekali, lalu dihembus keluar jendela. Saat ini, ia dan Jack sedang di dalam mobil untuk terus memantau Linette Club and Casino, tak jauh-jauh dari tempat itu.

"Menunggu sampai Nick dan Jabez tewas, begitu maksudmu? Nyawa mereka itu dalam bahaya!" Protes Jack yang tampak frustasi sampai dia membenturkan kepalanya beberapa kali pada sandaran kursi yang ia duduki.

"Kau pikir aku polisi? Kita juga tak bisa berbuat apapun, Jack! Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah menunggu. Kita pantau dari jauh, jika mereka melakukan sesuatu, kita akan tau apa rencana yang mereka buat," Wilson membuka bungkusan hamburger yang ia beli dan mulai memakannya, "Tapi aku yakin, Tuan Don itu memang melakukan sesuatu. Kau tau asistennya itu? Ku lihat dia mengintip dari jauh seakan-akan memberitaukanku sesuatu telah terjadi dan akan terjadi."

Jack menghembuskan nafasnya kasar, "Ah!! Ayo kita menyusup dan mencari keberadaan Nick dan Jabez!"

"Ya, tapi kau lupa orang-orang Tuan Don? Badan mereka lebih besar dari kita. Bukannya berhasil menyelamatkan mereka, tapi kita malah lebih dulu tewas!"

Jack yang berpikir sama pun akhirnya menyerah. Mereka memutuskan untuk tetap memantau club itu dari jauh. Hingga matahari menggantung di antara garis bumi. Di dalam sana, Earl dan teman-temannya tampak telah bersiap. Beberapa orang membantu mereka mengenakan pakaian yang sering mereka gunakan untuk tampil di atas panggung. Namun bedanya, kali ini tak ada kebahagiaan di wajah-wajah mereka. Terutama Earl yang tampak putus asa.

Setelah mereka selesai di dandani, orang-orang itu pergi meninggalkan mereka di kamar. Saat itulah Fae kembali menangis, "Apakah ini akhir dari hidup kita?" Tanyanya.

"Mereka tak memberitau apapun, apakah kita akan menari di atas panggung lagi, dan hidup kita kembali menjadi normal seperti biasa?" Tanya Bian yang sedang melihat dirinya di cermin.

"Itu tidak mungkin, aku tak percaya kalau kita akan hidup seperti biasa lagi. Apapun yang terjadi, hidup kita di tangan Tuan Don saat ini. Apakah kalian tidak merasa aneh? Kamar ini dijaga oleh orang-orang Tuan Don!" Sahut Niel.

"Tidak... Ini tidak benar...." Gumam Earl yang masih duduk di kursi riasnya.

"Apa yang tidak benar?" Tanya Bian.

"Kalau Tuan Don ingin kita tampil di panggung, bukankah itu akan mempermudah kita untuk melarikan diri? Dia tidak mungkin semudah itu memutuskan. Sebenarnya, kita akan dikemanakan?"

Mereka semua terdiam memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada mereka, namun tentu saja mereka tak bisa mengetahuinya. Tak lama kemudian, pintu terbuka, beberapa orang-orang Don masuk dan memborgol mereka dalam satu rantai.

"K-kenapa kita di borgol?" Tanya Earl namun tentu saja dia tak mendapatkan jawaban apapun. Mereka di tarik, sehingga mereka terpaksa berjalan keluar dari kamar. Di lorong, mereka semua berpapasan dengan Garnet yang sedang bersanda untuk melihat kepergian mereka. Saat itu pula Earl memberontak, dia berusaha mendekati Garnet meskipun kedua tangannya harus sakit akibat tertarik oleh borgol

"Garnet... Apakah ini adalah akhir kita? Apakah kau benar-benar akan membiarkan kami...?" Tanyanya dengan suara nyaris berbisik.

"Ayo jalan!" Rantai itu ditarik dengan kuat, sehingga Earl tak bisa lagi menahannya. Dia berjalan menjauh, sekali ia berpaling untuk melihat Garnet. Sementara Garnet hanya terdiam menatapi kepergian Earl dan teman-temannya yang lain.

Di sisi lain, Jack yang sejak tadi memantau ke arah clubpun dikejutkan oleh kedatangan sebuah mobil pengangkut balok es yang masuk ke gang sempit di damping club, mobil itu berhenti dan terparkir di sana, "Mereka membeli stok balok es malam-malam begini?" Tanyanya.

Wilson pun mematikan game di handphonenya dan melihat ke arah yang sama, "Tidak ada salahnya, mereka juga menjual minuman dan perlu es kapan saja."

"Memang tidak salah, tapi sejak kapan distributor es mau mengirim pesanan pada malam hari?"

Pertanyaan itu yang membuat Wilson melototkan matanya, "Mari kita lihat, apa yang mereka lakukan. Jika terjadi sesuatu yang mencurigakan, segera telpon pihak polisi."

Mereka terus memantau dari jauh. Di sana, Earl dan teman-temannya keluar dari club dan dan dimasukkan ke dalam mobil pengangkut balok es itu, "Kenapa kami dimasukkan di dalam sini?" Tanya Niel pada orang-orang Don.

"Kami akan di kemanakan!?" Sambung Bian.

Lalu muncullah Don di antara orang-orangnya, "Apa kalian mau naik kapal pesiar?"

"K-kapal pesiar?" Earl sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud dengan Don.

"Haha! Kalian akan melakukan tur di kapal pesiar selama beberapa minggu, maksudku... Tur seks dengan orang-orang kaya itu."

Mendengar hal itu pun Earl yang tak bisa berpikir jernih berteriak, karena itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan, "Tolong!!!" Tapi pintu belakang mobil itu segera di tutup.

Dari jauh, Wilson dan Jack bisa mendengar suara teriakan Earl, "Apa yang orang gendut itu lakukan? Mereka mau di kemanakan?" Tanya Wilson.

"Tapi bukan itu juga masalah utama kita-"

"Tidak, kau salah Jack. Meskipun kita datang untuk menyelamatkan Nick dan Jabez, tapi kita bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Apa kau liat, mereka semua anak-anak Belly Dancer itu, dan kemana Tuan Don itu membawa  mereka?" Wilson pun menyalakan mobilnya, dan bergerak mengikuti mobil pengangkut balok es itu.

Di perjalanan, Jack tak henti-henti bertanya kemana mobil yang sedang mereka buntuti itu hendak pergi. Arah mobil pengangkut balok es yang membawa Earl dan teman-temannya menuju ke jembatan Verrazzano-Narrows yang menghubungkan Staten Island dan Brooklyn. Hal itu kembali membuat Jack bertanya, "Kenapa mereka membawa anak-anak itu ke Staten Island?"

"Bisakah kau diam?! Kau membuatku semakin deg-degan!" Kesal Wilson, dia kembali menaikkan kecepatan agar tak tertinggal. Mereka pun menyeberangi jembatan besar yang cukup ramai dengan mobilitas. 

Hingga mereka berhasil mengikuti kemana mobil pengangkut balok es itu membawa Earl dan teman-temannya, ke sebuah dermaga kapal pesiar sesuai yang di rencanakan oleh Don. Wilson dan Jack harus menghentikan mobil mereka sebab dihadangi oleh petugas yang berjaga, "Pak, kami bagian dari mobil itu!" Ucap Jack yang punya ide cermelang.

"Atas perintah siapa?" Tanyanya.

"Tuan Don yang memberi kami perintah, kami disuruh untuk membawa anak-anak itu sebagai jaminan." Ajaibnya petugas itu pun membiarkan Wilson dan Jack untuk masuk, dan kembali mengikuti kemana mobil pengangkut balok es itu pergi. 

"Kau punya otak selain wanita juga, ya?" Puji Wilson terhadap temannya yang sudah lebih dulu meninggikan dagunya.

Setelahnya mobil mereka berhenti agak jauh untuk memantau. Pintu belakang mobil pengangkut balok es itu terbuka. Earl dan teman-temannya pun dipaksa keluar dari sana dengan cara kasar.

"Hey, Jack... Aku tau anak-anak itu mau di apakan..." Gumam Wilson.

Jack yang dari tadi mengawasi sekelilingpun bertanya, "Apa?"

"Lihat..."

Dia pun akhirnya menolehkan kepalanya, dan ikut tercengang melihat kapal pesiar besar yang penuh dengan cahaya bertengger di tepi dermaga seakan siap untuk pergi, "Holy moly... Anak-anak itu berada dalam bahaya besar... Di dalam sana tidak hanya ada singa, namun seluruh binatang liar bersarang..."

"Kita tak bisa menyelamatkan mereka kalau hanya berdua, seseorang harus membantu kita" kata Wilson sembari mengeluarkan handphonenya. 

"Hey, Bryan, kami semua membutuhkan bantuan darimu... Ku mohon, jangan sampai kau bilang kau sedang tak ada di New York.."











TBC





sabtu maren gua lupa, ini dia




support.

The Belly Dancer is Sexier Than My Money (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang