Malam ini Aruna duduk meja belajar dengan mengerjakan soal-soal dari guru nya, menurutnya soal ini cukup mudah untuk diselesaikan.
Menurut cerita Aruna sebenarnya memiliki otak yang cukup cerdas namun tidak di asah dengan baik di kelas pun tidak begitu unggul namun masih masuk urutan 5 besar.
Krusuk... Krusuk...
Aruna mendengar ada suara bising didalam kamarnya seperti ada sesuatu yang bergerak namun tidak terlihat. Aruna mencoba mengabaikan suara tersebut kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Krusuk... Krusuk... Krusuk...
Semakin Aruna mengabaikan suara itu semakin terdengar cukup keras sampai Aruna merasa ada sebuah benda keras menghantam kepala nya.
Bruk...
Aruna terjatuh ke karpet berbulu halus itu, suasana kamar tetap sepi tidak ada seorang pun disana kecuali Aruna yang tengah pingsan.
..
"Ini gue dimana terang banget?" Tanya Aruna memperhatikan sekeliling yang semua tampak putih seperti ruang kosong.
"Hai Erika." Suara seorang perempuan terdengar begitu saja membuat Aruna cukup terkejut.
Tidak hanya sebuah suara namun panggilan nama yang sudah sangat lama tidak lagi terdengar di indra pendengaran nya kini nama tersebut kembali di sebut.
"Lo! Lo kan Aruna?" Tunjuk Aruna yang kini berwujud transparan dengan rupa Erika.
"Iya aku Aruna, lebih tepatnya jiwa Aruna." Kata gadis yang sama transparan dengan Erika.
"Aku hanya ada kesempatan satu kali bertemu dengan mu dan itu tidak lama jadi dengarkan aku baik-baik jangan memotong apa yang aku sampaikan." Dengan tenang jiwa Aruna memandang serius wajah Erika.
Erika masih diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh jiwa Aruna, dan jiwa Aruna hanya sekali datang untuk menemuinya.
"Aku meninggal karena sebuah racun, saat disekolah aku menemui Julian untuk meminta bantuan namun Julian salah mengartikan jika aku ingin mengganggu Syila." Kata jiwa Aruna.
"Kita berantem dan berhasil dipisahkan, sore sebelum pulang Julian memberiku kue katanya sebagai permintaan maaf karena telah memukul ku siang tadi."
"Saat sampai dirumah aku melupakan kue tersebut hingga sebelum tidur aku memakan kue itu, namun nafas ku terasa berat dan susah untuk mengambil oksigen. Saat itu juga aku menyadari jika roti tersebut telah diberi racun, entah itu pemberian dari Julian atau ada seseorang yang ingin menjebak Julian."
"Kemudian, kamu telah berjalan cukup jauh dari alur cerita. Seharusnya karakter antagonis pria tidak muncul secara terang-terangan dan sahabat ku Natalia tidak seharusnya mengalami hal menyedihkan itu."
"Perbaiki jalan ceritanya! Buat ending terbaik bagi setiap pemeran mereka berhak memiliki kehidupan yang baik."
"Satu lagi! Penjahat sebenarnya tidak terlihat. Dunia fantasi ini begitu banyak penjahat yang tidak menampakkan diri, tetap waspada jangan berpaku dengan satu orang."
Erika mendengarkan semua kata jiwa Aruna dengan seksama, ada hal yang membuat Erika tercengang salah satunya tentang kematian Aruna.
"Apa aku bisa kembali ke dunia ku?" Tanya Erika harap harap cemas.
Jiwa Aruna menghembuskan nafas panjang mendengar pertanyaan Erika tentang harapan kembali.
"Maaf tapi tubuh mu sudah dikuburkan, hiduplah dengan tubuh ku anggap sebagai ucapan terimakasih karena mau membantu ku mencari akhir terbaik." Senyum jiwa Aruna sebelum jiwa yang awalnya transparan menjadi hilang sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Hidup Sang Figuran - END
Fantasia#transmigrasi02 END - Males nge revisi kapan-kapan aja kalau mood Konflik ringan Erika Amanda Maheswari seorang dosen muda yang bekerja di salah satu kampus ternama dikotanya, Erika harus mati sia sia saat perjalanan pulang kerumah akibat kecelakaan...