13. Always by your side

70 8 2
                                    

Jiwoong sedang menikmati makan malam bersama ayahnya. Namun tidak ada suasana hangat di ruang makan tersebut, malah suasananya terasa dingin. Jiwoong menyesali dirinya sendiri karena pulang saat libur sekolah seperti ini. Seharusnya ia tinggal saja di asrama daripada harus ada di rumah dengan ayahnya yang selalu menentangnya.

Appa :"Kapan kau akan terus bermimpi menjadi seorang idol?"

Jiwoong :"Apa maksudmu?"

Appa :"Tidak ada gunanya untuk menjadi seorang idol. Yang ada kau akan mendapat banyak ujaran kebencian ketika kau berbuat salah sedikitpun. Seharusnya kau mengikuti jejak appa sebagai politikus"

Jiwoong meletakkan sendok dan garpu di atas meja lalu beranjak dari duduknya dan hendak pergi ke kamar. Namun suara ayahnya menghentikan langkahnya.

Appa :"Kau mau kemana?"

Jiwoong :"Aku mau ke kamar. Aku tidak berselera makan setelah mendengar ocehan appa yang tidak penting itu"

Appa :"Appa berkata seperti itu juga demi kebaikanmu, Jiwoong-ah. Tidak selamanya menjadi idol itu bahagia. Kau akan mendapat hujatan jika sedikit saja kau melakukan kesalahan"

Jiwoong berbalik dan menatap ayahnya dengan tatapan yang penuh emosi. Ia sudah muak dengan perkataan ayahnya yang selalu menentang keras impiannya.

Jiwoong :"Cukup, appa. Cukup! Aku sudah muak dengan perkataan appa itu. Aku ini bukan anak kecil lagi, aku sudah dewasa. Aku bebas menentukan jalan hidup dan impianku. Appa sangat berbeda dengan eomma yang selalu mendukung apapun impianku"

Jiwoong dengan cepat menghapus air matanya yang hampir jatuh ke pipinya. Setelahnya, ia langsung masuk ke dalam kamar dan membanting pintu dengan keras. Ayah Jiwoong hanya bisa mengusap wajahnya kasar karena sikap anaknya yang keras kepala.

Sementara itu, Jiwoong mengambil sesuatu dari dalam laci nakas samping tempat tidurnya. Rupanya ia memegang sebuah foto figura. Dimana di dalam foto itu, ada dirinya yang masih kecil sedang digendong oleh ayahnya dengan ibunya yang ada di samping ayahnya. Seketika air matanya jatuh membasahi pipinya, ia seketika merindukan ibunya yang sudah lama meninggalkannya. Berbeda dengan ayahnya, ibunya justru selalu mendukung apapun jalan hidup yang dipilih olehnya.

Jiwoong :"엄마. 보고 싶어요 (Ibu. Aku merindukanmu)"

Jiwoong memeluk erat foto figura itu dan menangis dalam diam. Ternyata dibalik sisi cerianya dan karismanya saat tampil di panggung, Jiwoong memiliki hati yang rapuh dan sisi lemah dalam dirinya.

***Beberapa hari kemudian***

Jiwoong sedang jalan-jalan di sudut kota Seoul, menikmati salju yang turun di bulan Desember ini. Malam ini adalah malam natal, namun Jiwoong memilih untuk pergi keluar rumah karena tidak ingin berinteraksi dengan ayahnya. Ia lalu melihat sebuah keluarga yang sedang jalan-jalan bersama dengan penuh kebahagiaan dengan orang tua anak itu membawa kantung belanja. Jiwoong merasa iri dengan keharmonisan keluarga itu.

Jiwoong :"Andai appa memiliki kepribadian yang sama seperti eomma, mungkin natal tahun ini aku bisa merayakannya bersama appa dengan bahagia"

Saat sedang melamun, tiba-tiba ia bertabrakan dengan seseorang. Dengan cepat, Jiwoong menangkap tubuh orang yang ia tabrak agar tidak terjatuh ke jalan. Dan saat Jiwoong dan orang itu bertatapan, ternyata orang yang ia tabrak adalah Matthew.

Jiwoong :"Matthew-ya?"

Matthew :"Jiwoong hyung?"

Jiwoong pun melepaskan pelukannya dan memegang pundak Matthew.

Jiwoong :"Kau tidak apa-apa?"

Matthew :"Iya. Aku baik-baik saja"

Jiwoong :"Sedang apa kau di keramaian ini?"

FLY HIGH | ZB1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang