Jiwoong sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Hari ini adalah hari pertama sekolah di tahun yang baru. Jiwoong teringat momen indah merayakan natal dan tahun baru bersama Matthew dan keluarganya. Ia bisa melupakan sejenak permasalahannya dengan sang ayah yang selalu menentang impiannya.
Setelah dirasa sudah rapi, Jiwoong mengambil handphonenya dari atas meja untuk mengirim pesan kepada Matthew karena ia akan berangkat ke sekolah bersama kekasihnya itu. Setelah itu, Jiwoong mengambil tasnya yang tergeletak di tempat tidur. Ia tidak membawa koper karena ia juga tidak ingin berlama-lama di rumah dan bertemu ayahnya. Makanya saat libur sekolah, Jiwoong hanya membawa tas saja. Setelah semua barang ada di dalam tas, Jiwoong berjalan keluar kamar dan menutup pintunya.
Begitu ia sampai di ruang tengah, Jiwoong melihat ayahnya sedang sarapan di ruang makan. Tanpa menyapa, Jiwoong langsung pergi. Namun baru beberapa langkah, suara ayahnya membuat ia berhenti berjalan.
Appa :"Kau masih mau bersekolah di sekolah buruk itu? Sudah appa bilang kalau kau harus keluar dari sekolah itu dan fokus dengan persiapanmu menggantikan posisi appa"
Jiwoong mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menahan amarahnya yang hampir meledak. Jiwoong tidak terima jika sekolah Kirin disebut sebagai sekolah yang buruk oleh ayahnya. Jiwoong berbalik dan menatap ayahnya dengan tatapan penuh emosi namun tetap berusaha ia tahan.
Jiwoong :"Aku sudah bilang beberapa kali padamu, appa. Aku ini bukan anak kecil lagi yang harus menuruti perintah orang tuanya. Aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri. Aku juga berhak meraih apa yang memang ingin aku raih, yaitu menjadi seorang idol. Itu sudah menjadi impianku sejak kecil... Dan jangan berani appa menyebut sekolah Kirin sebagai sekolah yang buruk. Jika appa terus menghina sekolah itu, jangan harap aku akan kembali ke rumah yang terasa seperti neraka ini"
Jiwoong langsung berjalan keluar rumah dan membanting pintu rumah dengan keras. Lagi-lagi, ayah Jiwoong hanya bisa mengusap kasar wajahnya melihat kelakuan anaknya.
Di lain tempat, Yujin sedang menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya. Namun tidak terlihat raut kebahagiaan di wajah pemuda manis itu. Ia justru kesal karena orang tuanya akan pergi lagi untuk urusan pekerjaan yang membuat rasa bencinya pada orang tuanya sendiri mulai menguasai dirinya.
Eomma :"Sekali lagi, eomma dan appa minta maaf karena tidak bisa selalu berada di sampingmu, Yujin-ah. Eomma dan appa banyak pekerjaan yang harus diselesaikan"
Appa :"Iya, Yujin-ah. Appa dan eomma juga minta maaf karena tidak bisa merayakan natal dan tahun baru bersamamu. Tapi appa dan eomma janji akan selalu memberimu kabar disana"
Yujin hanya bisa diam sambil menahan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun. Belum sempat ia menghabiskan sarapannya, Yujin mengambil tasnya lalu beranjak dari ruang makan dan segera berangkat ke sekolah tanpa berpamitan kepada orang tuanya. Hal itu membuat orang tua Yujin bingung dengan sikap anak mereka yang seperti tidak memperdulikan kehadiran mereka di rumah.
***Beberapa saat kemudian***
Jiwoong turun dari bus dan sudah sampai di depan gerbang sekolah Kirin. Ia melihat siswa-siswi lain mulai berdatangan ke sekolah dengan membawa koper masing-masing karena mereka akan kembali tinggal di asrama.
Saat sedang melamun, tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya. Saat melihat ke samping, rupanya yang merangkulnya adalah Ricky.
Ricky :"Kenapa kau hanya diam disini, hyung?"
Jiwoong :"Ricky-ya. Kapan kau kembali ke Korea?"
Ricky :"Seminggu yang lalu. Setelah merayakan natal dan tahun baru bersama keluargaku di China, aku memutuskan untuk segera kembali ke Korea tiga hari setelah tahun baru. Bagaimana liburan natal dan tahun barumu disini, hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY HIGH | ZB1 [END]
Hayran KurguBerkisah tentang sembilan remaja tampan yang bersekolah di sebuah sekolah seni yaitu Kirin Art High School. Mereka yang awalnya tidak saling mengenal, tapi setelah sama-sama terlambat datang ke sekolah dan mendapatkan hukuman untuk membersihkan sala...