Zeya itu tidak tinggi banget, di banding teman-temannya yang menjulang, dia akan tampak mungil, seperti anak SMP.
Tapi Zeya tidak peduli, kalau orang-orang mengatakan tinggi badannya tidak ideal, ‘gue yang punya badan kok situ yang sibuk’ begitu yang Zeya katakan ketika Kiya atau Amna meroasting dirinya dengan masalah tinggi badan.
Tuhan telah tahu di mana meletakkan kesempurnaan pada seseorang, tak akan sempurna seluruhnya, karna Tuhan tidak mau hambanya jumawa dan malah lupa diri.
Begitu mungkin ungkapan yang cocok di lekatkan pada diri seorang Zeya.
Zeya memang tidak sempurna tinggi badannya, tapi Zeya cantik dalam keadaannya begitu, cocok.
Rambut sebahu Zeya, hitam legam, lagi lurus.
Wajahnya yang oval dengan dagu menggantung bagai lembah, menambah artistik pada muka itu.
Jangan lupakan mata Zeya, dengan ukuran simetris, yang akan tampak bagai bulan sabit ketika Zeya tersenyum—matanya ikut tersenyum.
Kulit Zeya tidak putih, melainkan kuning Langkat khas kulit perempuan biasanya.
Ya itulah Zeya, yang kadang suka lupa bahwa dia cantik.Sedangkan Kiya itu tingginya hampir 170 cm, dia yang memiliki tinggi paling ideal di antara mereka bertiga.
Kalau Amna stuck di 160 cm, sekuat apapun dia melakukan berbagai cara agar menambah tinggi badannya, namun tidak pernah berhasil, ironis sekali. Padahal cita-cita Amna ingin menjadi miss univers loh.Pernah waktu itu mereka bertiga berdiskusi tentang tinggi badan mereka ini di rumah Kiya, sehabis pulang sekolah.
"Gue nanti mau ke Korea deh kayaknya." Kata Amna, sambil rebahan di kasur Kiya.
"Ngapain?" Tanya Kiya, yakin tujuan Amna pasti tidak jelas.
"Konser paling." Tebak Zeya, dia tidak peduli, tahu sekali dia, Amna itu paling semangat kalau bahasannya tentang Korea, apalagi soal lagu k-pop yang lagi hits sekarang bersandingan dengan para idolnya yang super cakep semua.
"Bukan, mereka mah sekarang juga udah pada datang ke Indonesia!" Nah kan Amna mah fomo Korea dia, jadi serba tahu.
"Terus ngapain anak kambing?" Kiya gemash dengan Amna yang tidak langsung menjawab saja.
"Heh, sesama kambing kok ngatain!" Kata Amna tidak terima.
"Woy tinggal jawab napa sih!" Zeya ikut gemash plus kesal, kalau tidak di lerai bisa saling jambakan kedua kambing ini.
"Iya, iya. Sabar. Gue mau operasi gitu, biar tinggi." Kata Amna jadi melankolis.
"Yakin lo Am. Zey, coba berdiri!" Kata Kiya malas, dia ingin membuktikan kalau Zeya lebih kecil dan mungil dari mereka saja tidak ribut.
"Heh gue, walau pendek, tapi bersyukur ya, asal lo tahu." Kata Zeya ikhlas, nah ini yang di maksud Kiya.
"Tapi gue mau jadi model, mana di terima kalo pendek." Amna hampir menangis mengatakannya.
"Tetap bisa kok jadi model walau pendek!" Kata Kiya tiba-tiba punya ide.
"Model apa tuh?" Zeya jadi penasaran juga, Amna ikut mengangguk sambil menarik air mata ke dalam agar tidak keluar, akhirnya ada solusi dari tinggi badannya yang tidak mau tumbuh lagi.
"Model bikini." Kata Kiya sambil cekikikan.
Sedang Zeya yang tadi memegang bantal langsung saja melempar ke arah Kiya.
"Hahaa, emang bisa kok." Kata Kiya sambil menyambut tepat bantal yang di lempar Zeya.
"Nggak ngotak lo Ki, tunggu nanti gue reinkarnasi, kalo hidup lagi bakal lebih tinggi dari lo." Amna seperti menyimpan dendam saja, marah sekali dia, cita-citanya di remehkan.
"Ngaco lo, yang ada mah syirik." Kata Zeya.
"Iya,iya tahu." Amna rasanya ingin nyebur ke kolam renang sekarang, nanti keluar dari kolam renang langsung tinggi deh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYA
Teen FictionApa yang kamu tahu tentang seorang Zeya? Jelas saja tidak tahu apa-apa. Bukan hanya orang asing di luar sana yang tidak mengenal Zeya. Bahkan Zeya sendiri tidak kenal dirinya sendiri. Zeya bahkan tidak tahu orang tuanya siapa. Zeya seperti asing bag...