Setelah oma mengusir papa Zeya, oma memilih berdiam diri di ruang kerjanya.
Zeya pun memutuskan untuk menemui oma.
Zeya mengetuk pintu ruang kerja itu, yang terbuat dari kayu jati terbaik.
Oma pun menyahut dari dalam, memperbolehkan Zeya masuk.
“Mengapa tega oma bohongin Zeya!!” Kata Zeya menuntut penjelasan dari sang oma.
“Oma bisa jelaskan.” Kata oma, dengan sabar menerima tuntutan yang Zeya tujukan.
“Lima belas tahun yang lalu.” Kata oma memulai menceritakan peristiwa masa lalu yang sebenarnya ingin sekali oma lupakan, namun sebagai seorang yang terlibat di sana dan masih pasif pada saat itu, Zeya berhak tahu, bagaimana perjalanan hidupnya dulu di mulai.
“Dulu sebelum kamu lahir, kamu punya seorang kakak laki-laki, kalau dia masih hidup mungkin, perbedaan umur kalian sekitar tujuh tahun.” Kata oma sambil mengingat bagaimana miripnya Zeya dan sang kakak jika sekarang masih ada di dunia ini.
“Kakak laki-laki kamu meninggal karena kecelakaan, dan seperti yang kamu tahu, itu penyebabnya karena musuh papa kamu.”Mata oma tampak berbinar karena marah saat menyebut Kata ‘musuh’.
“Masalah terbesarnya, kecelakaan itu terjadi tepat di depan mata mama kamu!!” Kata oma lirih, oma seperti melihat kejadian itu kembali.
“Karena itu mama kamu depresi dan tidak pernah menerima kematian kakak kamu.”
Raut wajah oma tidak bisa Zeya pahami.
“Mama kamu kemudian hamil lagi, tetapi mentalnya bermasalah, dia terlalu depresi, tak jarang kadang dia mencoba melukai dirinya sendiri.”Oma seperti menerawang, mengingat masa silam itu.
“Kemudian oma memilih menetap untuk tinggal di sana, antisipasi, agar mama kamu tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan kehamilannya.”
Lanjut oma lagi.
“Kamu lahir kemudian, Alhamdulillah sehat, sesuatu yang sangat oma syukuri.” Ucap oma penuh rasa syukur.
“Ternyata, masalah belum selesai, setelah kamu lahir, mental mama kamu semakin hancur karena terkena baby blues.” Oma kembali sedih.
“Papa kamu sudah mendatangkan psikolog untuk mama kamu, namun bukan semakin sembuh melainkan semakin parah.” Ada bagian yang tidak ingin oma ceritakan pada Zeya, bahwa mamanya bahkan tak ingin menggendong Zeya pada saat itu.
“Hingga suatu hari oma pikir mama kamu ingin melakukan hobinya yang dulu, yaitu memasak.”
“Ternyata oma salah menyangka.”
“Papa kamu sedang di luar kota saat itu.”
“Hingga kebakaran itu terjadi begitu cepat melahap seisi rumah.”
“Syukur pada Allah, mama kamu berhasil menyelamatkan diri menjatuhkan diri ke kolam renang.” Mata oma berkaca-kaca saat mengatakan itu.
“Kamu, oma bawa pergi jauh dari mereka.” Kata oma, tersenyum simpul kemudian menatap Zeya, seolah oma begitu lega sudah menyelamatkan Zeya.
“Oma tahu kebakaran itu bukan salah ibu kamu.” Kata oma lagi
“Itu musuh papa kamu.” Senyum oma , sudah hilang berganti dengan gitu yang bergemeletuk, karena saling menimpa, oma geram sekali.
“Karena beberapa hari terakhir, sebelum kejadian itu, oma melihat berbagai keganjilan terjadi.”
“Mulai jendela kamar, dapur, di congkel, kadang ada yang pecah. Itu seperti sebuah teror.”
“Hingga motor yang sering bolak balik di depan komplek.”
“Oma tahu, ini pasti akan terjadi sesuatu!!” Kata oma pasti.
“Dan benar saja kan, mereka pasti menargetkan kamu, seperti kakek kamu dulu. Oma takut Zeya, sehingga oma memutuskan membawa kamu.” Alasan kali ini terdengar lebih masuk akal di telinga Zeya, sehingga dia percaya saja.
“Sejak saat itu oma memutuskan hubungan dengan dunia lama oma.”Kata-kata oma terdengar berat, pasti oma sangat kesulitan pada saat itu, apalagi harus mengurus bayi, yang tahunya menangis saja.
“Dan memulai hidup baru.” Lanjut oma, ingin menyelesaikan kisah ini.
“Termasuk tante Nita?” Tanya Zeya di sela cerita itu.
“Tidak. Dia di luar negeri saat kejadian itu terjadi.” Jawab oma, memberi tahukan.
“Makanya semuanya berubah. Oma memilih memberikan perusahaan opa pada orang yang oma percaya .” Lanjut oma lagi.
“Mereka pikir kita sudah mati di dalam api pada malam itu.” Oma terkekeh mengingat itu.
Oma di mata Zeya sekarang seperti terbagi dua.
Omanya yang dulu penuh kelembutan dan anggun khas wanita bangsawan.
Omanya yang sekarang seperti seseorang yang penuh strategi dan tipu muslihat untuknya melindungi dirinya ketika terancam.
Ruang kerja oma semakin dingin sekarang, ketika oma memutuskan untuk mengakhiri kisah kelam itu, dan Zeya pun memilih tidak bertanya apa pun lagi sekarang.
Kadang ketika kita tidak tahu suatu hal lebih baik, dari pada kita mengetahui hal itu, malah tidak sesuai ekspektasi, dan menyakitkan bagi kita.
Oh, Zeya begitu membenci keheningan antara dirinya dan oma, mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYA
Teen FictionApa yang kamu tahu tentang seorang Zeya? Jelas saja tidak tahu apa-apa. Bukan hanya orang asing di luar sana yang tidak mengenal Zeya. Bahkan Zeya sendiri tidak kenal dirinya sendiri. Zeya bahkan tidak tahu orang tuanya siapa. Zeya seperti asing bag...