13. Geo kembali sekolah

5 2 2
                                    

Seminggu setelah kejadian terkilir kakinya, sekarang Geo baru menampakkan dirinya di sekolah lagi.

Geo sepertinya di antar oleh supir pribadinya ke sekolah. Zeya melihat Geo turun dari bangku penumpang pagi itu.

Zeya yang juga baru datang, langsung menyapa Geo.

“Kaki lo gimana udah sembuh belum?” Tanya Zeya menanyakan kabar Geo.

“Udah, gue sampe bosan di rumah nunggu kaki sembuh.” Jawab Geo.

“Salah sendiri nggak hati-hati.” Kata Zeya, tak ada nada prihatin di sana.

“Woi, Geo tunggu gue.” Teriak seseorang di belakang.

“Hay Zeyaa, pagiii.” Naka langsung menyapa Zeya.

Mereka bertiga berjalan menuju kelas masing-masing, koridor itu di isi mereka bertiga dengan posisi Geo di tengah.

Beberapa siswa yang berada di koridor itu tampak berbisik-bisik, menatap sinis ke arah Zeya.

Bagaimana bisa Zeya begitu dekat dengan dua siswa yang akhir-akhir ini begitu populer, siswa-siswa in tidak habis pikir, apakah mereka bisa bertukar posisi dengan Zeya?

“Pagi juga.” Kata Zeya membalas sapaan Naka.

“Lo ngapain di sini?”  Kata Geo heran plus terkejut dengan kedatangan Naka, dan sepertinya Geo sudah kenal lama dengan Naka.

“Sekolah, masa iya gue nguli.” Jawab Naka.

“Jangan bilang mak bapak lo pindah, makanya lo ikut pindah.” Tebak Geo.

“Ya emang begitu.” Ternyata tebakan Geo benar.

“Tapi ini udah kelas tiga kok lo malah pindah?” Geo tidak habis pikir dengan tingkah Naka, yang menurut Geo tidak berpikir matang-matang.

“Tapi lo senang kan karna ketemu sama gue lagi.” Kata Naka dramatis.

“Najis.  Gue b aja ya.” Ketus Geo.

“Zeya, lo Jangan dekat-dekat ya sama ini orang, bahaya banget buat lo yang polosan gitu.”  Kata Geo sambil memperingatkan Zeya,  seolah Naka adalah makhluk yang paling berbahaya di bumi ini.

Zeya hanya tersenyum sekilas, ternyata cowok juga suka berdebat ya, bukan cuma cewek yang kadang suka mempertahankan siapa yang paling benar.

“Apaan!!! Kita semingguan udah temenan, Lo sih kerjaannya  libur terus kayak anak tk, sampe ketinggalan berita.” Balas Naka, mengkasihani Geo.

“Eh gue duluan ya.” Kata Zeya, ketika sudah sampai di pintu kelasnya. Zeya langsung memasuki kelasnya, yang sudah di penuhi oleh sebagian siswa, Kiya dan Amna tentu saja belum datang.

Sedangkan suara keributan antara Geo dan Naka masih terdengar di luar sana, sepertinya baru akan selesai ketika sudah sampai di kelas masing-masing.

Hari ini ada jadwal pelajaran biologi.
Pelajaran membosankan bagi sebagian siswa, tapi tidak bagi Zeya.

Pelajaran biologi menyenangkan di telinga Zeya, seperti membahas kehidupan manusia yang tidak akan habis,  benar-benar ilmu hidup—Pelajaran biologi ini.

Bahkan sejak masih sekolah dasar,  Zeya pernah beberapa kali mengikuti olimpiade biologi. 

Tidak sia-sia saja, dia berhasil lolos ke babak nasional, dan berhasil menyabet juara perunggu.

Hal itu berlanjut hingga SMP, kali ini juara emas berhasil di sandang Zeya.

Bahkan saat SMA zeya masih saja menyukai biologi. Bedanya ketika SMA guru biologi tidak akan takut melepas Zeya berbagai lomba sains, karena yakin Zeya pasti bisa.

Dan dari keyakinan itu, Zeya berhasil menyabet juara beberapa kali.


“Kok lo anteng banget ih Zey pas pelajaran tadi?” Tanya Amna, yang sedari tadi capek menahan kantuk, pelajaran itu sepertinya tidak masuk ke kepalanya.

“Terus gue harus apa? Pargoy?” Zeya tahu sekali, bagaimana dua sohibnya ini tidak suka biologi.

“Ngusir itu guru. Gue ngantuk anjay dengerin penjelasannya.” Kata Kiya sarkas, ternyata dia juga setipe dengan Amna yang tidak suka biologi.

Tapi menurut Zeya tidak begitu, guru biologi itu begitu tenang saat menjelaskan dan penjelasan pun Zeya mengerti dengan baik.

Tapi itu hanya Zeya simpan di dalam hati, tidak Zeya utarakan pads dua sohibnya ini.

Zeya tidak pernah menyalahkan teman- temannya yang tidak menyukai biologi, karena mereka punya bakat di bidangnya masing-masing.

Kiya itu seorang atlet renang terbaik yang di miliki sekolah mereka, bahkan beberapa kali pernah mengharumkan nama sekolah karena menyabet juara.

Tidak hanya renang, Kiya bahkan ahli dalam berbagai olahraga apa pun.

Sedangkan Amna, dia adalah pencinta seni, dia suka menggambar dan berbagai bentuk seni lainnya yang menyerupai keindahan.

Makanya Amna tergila-gila untuk menjadi miss Indonesia.

Karena menurut Amna itulah ajang di mana seni bisa di temukan dan di lestarikan.

Ya mereka punya bakat masing-masing di bidang yang berbeda.

Setelah sederet percakapan itu, akhirnya mereka bertiga tiba di kantin, di sambut dengan kantin yang penuh sesak.

Bahkan tempat duduk pun hampir tidak ada.

“Sini Zeyy, ada tempat kosong nih.” Panggil Naka, ketika Zeya sedang mencari meja kosong.

Naka ada di  meja paling sudut, sendirian.

Meja itu jarang di tempati sepertinya, karena terlalu jauh dari etalase makanan.

“Okee gue panggil Kiya sama Amna dulu ya.” Kata Zeya berbalik arah.

Mereka pun akhirnya menempati meja itu.

Tak lama kemudian Geo ikut datang ke sana.

“Ngapain lo di sini?” Tanya Kita dengan wajah tak ada ramah-ramahnya.

“Lo bukan circle kita.” Tambah Zeya lagi.

“Eleh udah punya circle ya!!” Geo malah duduk di salah satu bangku itu.

“Iya dong.”  Jawab Kiya.

“Eh nggak gitu kok, Geo boleh kok gabung.” Kata Amna sambil memberikan senyuman terbaiknya pada Geo.

“Diem lo anak kambing.”  Kata Kiya, dia anti sekali dengan sesuatu yang berbau ke-bucinan.

“Nggak mau, Kiya.  Geo tuh lagi sakit,  nggak boleh banyak pikiran.” Jelas Amna dengan empatinya yang tinggi.

“Pacarnya aja nggak peduli.” Sahut Kiya, tak di gubris Geo.

“Siapa?  Masih sama Anggun?” Tanya Naka ikut penasaran.

“Masih, ngebet tuh cewek kayaknya.” Lanjut Kiya lagi.

“Kalo dia sih, gue nggak mau ikutan ya  ntar di labrak lagi.” Kata Naka dengan mimik wajah dibuat ngeri.

“Noh denger Lo Geografi, nanti cewek Lo cari masalah lagi sama kita.” Kiya lagi-lagi menambahkan.

“Geografi, lucu banget, nama baru nggak tuh.” Kata Naka, menertawakan nama Geo.

“ Diem lo, gue mau makan.” Kata Geo, sungguh dia hanya ingin makan bak mie dengan tenang tanpa di bawa-bawa namanya.

“Kalo kita di labrak cewek lo , awas ya.” Peringat Zeya sekali lagi, memberi ancaman pada Geo yang masih sangat santai sekarang.

“Nggak bakalan, gue yakin!!”  Sahut Geo kemudian lanjut menyeruput kuah bak mie, huh nikmat sekali.


ZEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang