Kantin penuh dengan siswa yang kelaparan, mereka mungkin akan membayar berapa pun harga makanan agar tidak perlu mengantri, huh tapi itu hanya pengandaian.
Zeya sudah mendapatkan tempat duduk bersama Amna, sedangkan Kiya bertugas memesan makanan hari ini.
“Hai, boleh duduk si sini nggak?” Seorang siswa laki-laki datang ke meja mereka secara tiba-tiba sambil membawa mangkuk yang berisi bakso miliknya.
“Boleh kok Geo, apa sih yang nggak buat kamu.” Amna mempersilah sambil tersenyum lebar.
“Tapi ini buat Kiya, Amna!” Bisik Zeya, yang sebenarnya sedikit risih dengan kehadiran siswa yang bernama Geo itu.
“Kan masih lebih di depan satu!” Amna selalu punya jawaban kalau sudah begini, Zeya hanya bisa memutar bola mata, terserah Amnalah.
“Kalo kalian keberatan aku siap pindah kok.” Kata Geo, menyadari keberatan Zeya karena dirinya ada di sana.
“Eh jangan, Zeya lagi bad mood aja nggak usah di pikirin.” Kata Amna cepat-cepat, tidak memperbolehkan Geo pindah tempat, kapan lagi dia bisa makan sambil memandang ciptaan Tuhan yang rupawan ini.
“Oh namanya Zeya.” Kata Geo sambil menatap Zeya sambil tersenyum, tapi Zeya tidak menyadari itu.
“Aku Amna, dia yang Zeya.” Amna mengira yang di maksud Geo adah dirinya, maka dia mengklarifikasinya, sedang Geo hanya mengangguk sekilas.
“Udah selesai Kiya ?” Tanya Zeya, melihat Kiya membawa nampan makanan pesanan mereka bertiga.
“Udah dong, siapa dulu yang pesenin!” Kata Kiya, bangga, biasanya kalau Amna yang pesan, mereka hanya punya waktu sedikit untuk makan, karena bel keburu berbunyi.
“Eh ada Geografi, ngapain di sini lo?” Kiya melihat Geo, tidak biasanya dia duduk di meja mereka, biasanya mereka hanya bertiga saja tanpa tambahan anggota.
“Numpang duduk, Zeya ngizinin kok.” Kata Geo santai.
“Kok Zeya sih, aku Amna loh Gio!” Amna masih mengira Geo salah sebut nama.Geo cuek, dia lebih memilih memberi saos baksonya, dari pada peduli pada Amna.
“Jadi tujuan lo di sini apa, ngerayu atau makan?” Kiya paham maksud kedatangan Geo, malah bertanya lagi.
“Dua duanya sih.” Kata Geo sambil nyengir.
“Anjir nih orang kagak ada logikanya.” Kata Kiya, dia ambil serbet bekas lap saos dan dia lempar ke arah Geo, tapi Geo dengan tangkas menghindar.
“Zeya kenapa sih, sari awan lo ya?” Melihat Zeya tidak bersuara sedari tadi, Amna memilih bertanya.
“Tumben nggak ngebacot.” Kata Kiya, sadar bahwa sedari tadi Zeya belum bicara apa pun.
“Mager.” Singkat Zeya, dan melanjutkan makannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYA
Ficção AdolescenteApa yang kamu tahu tentang seorang Zeya? Jelas saja tidak tahu apa-apa. Bukan hanya orang asing di luar sana yang tidak mengenal Zeya. Bahkan Zeya sendiri tidak kenal dirinya sendiri. Zeya bahkan tidak tahu orang tuanya siapa. Zeya seperti asing bag...