4. Nata, siapa?

16 13 0
                                    

Di lorong toilet tampak sepi, karena ini sedang jam pelajaran selepas istirahat. Di sana, di bangku tunggu Kiya dan Zeya duduk bersebelahan, menunggu Amna dari bilik toilet.

Saat itu Kiya sedang menatap Zeya lekat. Seolah ada yang salah dengan penampilan Zeya.


"Lo kenapa sih Kiya, risih tau nggak, nggak usah liat-liat gue." Zeya menyadari Kiya melihat seperti seorang peramal saja, kayak dukun.


"Gue kira lo nggak sadar." Nah kan, padahal Zeya itu sensitifnya kebangetan.


"Ya kali." Zeya berdecak kesal, entah karena apa, lagian seorang perempuan itu kadang memang demikian, jadi Zeya normal dengan sikapnya demikian.


"Tadi di kantin, lo tau kan kedatangan si Geo?" Kita sekarang sepertinya ingin bicara serius.


"Iya kan dia mau makan karena meja lain nggak kebagian."Kata Zeya tangkas


"Sok polos lo Zey!" Bukan itu maksud Kiya, dan dia tahu kalau Zeya paham.


"Nggak mungkin dia suka sama gue Kiya, si Anggun mau di kemanain." Nah, akhirnya Zeya mengungkapkan apa yang ingin di dengar Kiya.


"Siapa tahu mereka udahan Zey!" Kiya seolah memberi tahu kabar gembira untuk Zeya.

"Anggun mana mau lepas dari Geo, hari ini aja nggak datang, makanya si Geo bebas." Kata Zeya menolak mentah informasi dari Kiya.


"Gue nggak mau cari urusan Kiya


Lagian siapa yang mau sama anak kambing itu, gue nggak minat." Dan Zeya pun menyampaikan ke-engganannya.
Kiya hanya mampu mengangguk lemas, huh padahal dia sudah excited banget, pengen comblangin Zeya dan Geo.



"Kalian ngomong apa sih, gosip baru ya?" Amna datang dari bilik toilet perempuan, dan langsung penasaran dengan pembicaraan dua sahabatnya itu.


"Nggak ada." Zeya menjawab malas, Amna tidak boleh di kasih tahu kabar yang seperti itu, bisa meledak nanti, apalagi Geo adalah crushnya sejak kelas sebelas.


"Yuk ke UKS." Ajak Kiya, Agar Amna tidak lanjut bertanya.


Fyi, mereka telah membolos pelajaran biologi, dengan Alasan Amba sakit perut. Keadaan Amna yang sudah pucat, membuat guru biologi itu paham, dan segera mengizinkan.


Padahal bukan begitu, Amna pucat karena menahan BAB, yang sejak istirahat tadi tidak sempat di keluarkan.


Mereka terlalu suntuk untuk belajar biologi siang siang begini


Maka UKS menjadi opsi terbaik.


"Amna lo lemes dikit dong jalannya, jangan ceria banget!" Tegur Kiya, agar mereka tidak ketahuan bohongan.


"Kenapa harus gue yang sakit sih." Amna tidak terima dirinya di jadikan kambing hitam saat ini.


"Kalo Kiya mana ada yang percaya, tiap hari renang angin aja nggak mau masuk!"Sahut Zeya sambil melotot ke Amna agar tidak banyak protes.


"Nggak adil, kalian jahat, lihat ya nggak bakalan aku rekomendasiin liptint baru punyaku!" Amna mengeluarkan ancamannya.


"Yau dah masuk sana, Zeya aja yang punya penyakit." Kiya tidak ingin keributan itu berlanjut, maka dia menyuruh Amna masuk kelas lagi, agar dia dan Zeya saja yang ngadem di UKS.


"Sembarangan lo." Zeya mencebik kesal, bisa-bisanya Kiya ngomong begitu, padahal perkataan adalah doa kan.

Maka hingga sampai di pintu UKS, mereka baru diam.


"Kalian mau masuk ke uks juga?" Tanya Geo sedikit meringis seperti menahan sakit.

Saat membuka pintu UKS, selain di sambut udara AC yang adem, ternyata di salah satu brankar yang ada di sana sudah ada Geo yang terduduk sambil memegang kakinya.


"Iya nih aku sakit geo." Amna berkata sambil membuat-buat seolah dirinya lemes sekali, tadi di suruh tidak mau, dasar Amna.


"Di depan Geografi baru sok penyakitan, dasar anak kambing!" Inginnya Kiya menelan bulat-bulat makhluk bernama Amna ini.


"Kaki kamu kenapa?" Tanya Zeya sedikit khawatir nada suaranya.


"Oh tadi terkilir saat main bola." Kata Geo sambil meluruskan kakinya.


"Kayak anak kecil aja lo Geografi." Kiya tahu saja sebutan yang pas untuk orang-orang.


"Pulang aja yok!" Kiya dengan berani mengajak mereka semua pulang, sebelum jam pulang.

Selain itu kondisi Geo, yang tidak mendapatkan penanganan medis juga mengkhawatirkan-karena kebetulan perawatnya hari ini sedang tidak ada. Maka saat seperti ini Kiya berani.


"Gila lo." Sahut Zeya, menurutnya Kiya terlalu berani. Mana bukan cuma satu orang lagi, tapi berempat.


"Gue bawa mobil, tapi nggak bisa nyetir." Tegas Geo, seolah dia setuju dengan kata-kata Kiya untuk pulang.



"Boleh deh, mana kuncinya biar gue aja!" Kiya girang sekali, akhirnya bisa pulang.


"Kiya lo yakin?" Zeya sepertinya masih ragu-ragu.

"Ngapain takut si Zey, Geo aja mau kok di ajak pulang." Kata Amna, memahami ketakutan Zeya.


"Iya Zey, lo nggak lihat kaki si anak kambing udah membiru begitu." Kiya menambahi untuk meyakini Zeya.
Dan akhirnya Zeya pun hanya mampu mengikuti, karena semua ingin pulang, tidak mungkin kan dia sendiri di sini.


"Anjir gue belum pernah bawa mobil beginian!" Kiya terkejut dengan cara menyetir mobil Geo, karena mobil milik Kiya hanya mobil matic, sedangkan mobil Geo adalah mobil yang sudah di modifikasi sana sini, biasanya di gunakan untuk balapan gitu.


"Kiya kalo nggak bisa jangan deh!" Zeya sepertinya tidak yakin Kita bisa menyetir dengan baik.


"Alah nggak usah takut lo zey, setahu gue Geografi itu anak orang kaya, jadi pasti ada mobil cadangan di rumahnya kalo ketabrak." Kiya sepertinya selalu bicara antara ceplas ceplos dan fakta.


"Pokoknya hati-hati ya Kiya, gue nggak mau Geo kenapa-napa!" Amna seperti memberi perintah saja.

Amna sedari tadi duduk di samping Geo, menemani Geo yang tak berhenti meringis menahan nyeri di kakinya.

Sedang Zeya duduk di samping Kiya, yang ternyata bisa membawa mobil milik Geo dengan baik.


"Thank ya udah mau anter gue." Kata Geo ketika turun dari mobil sambil di papah oleh Amna.


"Tapi ini nggak gratis!" Kiya saat seperti ini masih saja mencari kesempatan


"Kalian mau apa, nanti deh ya kalau gue udah bisa jalan, sekarang masuk dulu yuk." Geo pun memilih masuk sambil berjalan terpincang, masih di papah Amna-sedari tadi ini anak kalem banget, efek dekat sama mas crush kali ya, makanya diam.


"Kayaknya lo harus ke dokter sekarang, kaki lo udah biru banget." Kata Zeya, melihat kaki Geo yang membiru karena memar, dan itu tampak ngeri di matanya.

"Iyaa, nanti aku suruh telpon sama bibi, kalian duduk aja." Kata Geo, mempersilah.


"Biii! Buat air ya sama cemilan!" Teriak Geo, sepertinya lupa kalau kakinya perlu di obati.

"Nataaa, kok udah pulang?" Suara seorang perempuan yang entah memanggil siapa, terasa menakutkan di telinga Zeya, Kiya dan Amna.



ZEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang