Setelah sekolah bubar Zeya dan Anggun benar-benar di panggil ke ruang bimbingan konseling.
“Kalian tahu kan kesalahan kalian apa?”Tanya guru BK—buk Susi, ketika Zeya dan Anggun baru saja duduk di kursi yang di sediakan di ruang BK.
Zeya menggeleng, dia sebenarnya malas sekali masuk ke ruang ini, karena ujung-ujungnya malah di panggil orang tua.
Zeta berpikir begitu, karena dia belum pernah masuk ke ruang BK, selama dua tahun lebih sekolah di sini, dia selalu patuh pada peraturan kok.
Anggun mengangguk patuh.
Ya, emang dia yang bersalah kok, gumam Zeya dalam hatinya.
“Katakan Anggun!!” Kata Buk Susi, memberi perintah.
“Saya sudah membuat keributan buk, saya minta maaf.” Kata Anggun sungguh-sungguh.
“Maaf kamu bilang?” Buk Susi berkacak pinggang.
Buk Susi itu beringas sekali, tidak ada mirip-miripnya dengan Anggun yang —memang Anggun, begitu pikir Zeya.
Tapi Anggun tidak mungkin bohong kan kalau buk Susi itu tantenya.
“Saya tidak menerima permintaan maaf, karena kalian, saya jadi di tegur kepala sekolah.” Kata buk Susi lagi.
Sepertinya beliau menyimpan dendam, beliau tidak terima di tegur Atasan, maka buk Susi pun menegur atau memarahi bawahan beliau —Zeya dan Anggun.
“Kamu apa maksudnya mengggeleng?” Tanya buk Susi pada Zeya, atensi beliau sekarang beralih pada Zeya.
“Saya emang nggak salah buk, gara-gara dia yang mulai.” Kata Zeya, dengan suara di buat se-sedih mungkin.
“Oh kamu yang mulai.” Kata buk Susi, sekarang beralih menatap Anggun lagi.
"Saya tidak sengaja." Kata Anggun sambil menunduk tidak berani menatap buk Susi.
"Tidak ada kesalahan yang di lakukan secara tidak sengaja." Tambah buk Susi.
"Karena kamu sudah memancing keributan!!”Buk Susi menunjuk Anggun.
"Dan karena kamu sudah meladeni dia!!!" Sekarang Zeya yang di tunjuk.
"Maka kalian berdua ibuk hukum untuk membersihkan toilet sekolah selama satu minggu!!" Kata buk Susi sudah seperti membacakan hasil sidang saja.
"Nggak bisa begitu dong buk, kan yang mulai dia!!" Kata Zeya masih mencoba agar tidak terjerat hukuman sialan itu.
“Bukan masalah salah atau tidak, tetapi ini masalah tanggung jawab anak-anak ku sayang.” Kata buk Susi, saat mengatakan kata,'sayang' bulu kuduk Zeya berdiri—merinding dia mendengarnya.
“Karena bahkan vidio itu sudah tersebar di sekolah, dan kami sedang mengambil antisipasi bagaimana agar vidio itu bisa di hapuskan.” Lanjut buk Susi lagi.
“Karena kalau tidak di hapus vidio itu akan di lihat oleh orang-orang di luar sana, dan itu akan mencoreng nama baik sekolah kita.”
“Apalagi kesalahan itu di lakukan oleh kalian berdua yang berprestasi.”
“Seharusnya kalian berdua itu bimbingan sama saya agar tidak bingung mau kuliah di mana nanti, bukan tentang hal yang tidak jelas begini.”Akhirnya ceramah buk Susi berakhir, ketika salah satu guru memanggil buk Susi di ruangan itu, karena ada keperluan dengan beliau.
Anggun dan Zeya pun keluar dari ruangan terkutuk itu.
"Gimana Zey, ayo cerita lo di apain aja di dalam sana?" Tanya Kiya penasaran, ketika Zeya keluar dari ruang itu.
"Di suruh ngebersihin toilet sama di Anggun seminggu." Kata Zeya tak bertenaga.
"What!!!" Kata Amna terkejut, mendengarnya, apalagi Zeya dan Anggun yang di suruh membersihkan secara langsung nanti—apa bakalan pingsan ya.
Soalnya di rumah mereka saja tidak pernah memegang sikat toilet.
Huh.
Naka yang masih di sana juga, hanya menopang dagu.
Sedang Geo sibuk meladeni Anggun yang sekarang sepertinya sedang terisak karena menangis.
Gara-gara buk Susi sih ini, keponakan sendiri kok di kasih hukuman.
![](https://img.wattpad.com/cover/373573814-288-k614384.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEYA
Teen FictionApa yang kamu tahu tentang seorang Zeya? Jelas saja tidak tahu apa-apa. Bukan hanya orang asing di luar sana yang tidak mengenal Zeya. Bahkan Zeya sendiri tidak kenal dirinya sendiri. Zeya bahkan tidak tahu orang tuanya siapa. Zeya seperti asing bag...