Jeda makan siang di Siraphat International High School.
Papan pengumuman ramai diserbu segerombolan siswa, yang ingin melihat ranking akhir semester satu, yang baru saja di tempelkan. Beberapa dari mereka ingin memastikan kalau mereka tidak ada di deretan ranking bawah, tapi ada juga yang berharap namanya ada di papan atas.
Satu angkatan terdiri dari delapan kelas, masing-masing kelas berjumlah kurang lebih antara dua puluh sampai tiga puluh siswa. Perankingan dilakukan setiap tengah dan akhir semester. Penentuan ranking selalu menggabungkan semua siswa dari delapan kelas.
"Awas...anak kecil ingin menerobos" Thida dengan tubuh mungilnya, menyela lewat celah kecil gerombolan siswa di depan mading. Dengan mudah si mungil itu sampai di barisan paling depan.
Mata kecil dibantu kacamata bulatnya, menelusuri kertas berisikan ranking siswa kelas tiga semester pertama. Dia hanya mencari nama-nama sahabatnya dan merekamnya kedalam memori.
Last Standing Rank - First Semester
Siraphat Internasional High School1. LOOKKAEW
2. KENNY
3. ATOM
4. YORD
5. PURE
...
15. PREWA
16. THIDA
...
55. JENNY
70. SCENEHO
dst....Tak usah diragukan lagi kalau jawara peringkat satu paralel sudah pasti akan diambil alih oleh siswi penghuni perpustakaan, Lookkaew, salah satu wakil Siraphat High School dalam olimpiade sains di Bangkok, yang berhasil menyabet gelar juara pertama, dan akan mewakili Kota Bangkok menuju olimpiade tingkat nasional bersama timnya.
Sejak si murid pintar itu pindah ke Siraphat, pada tengah semester kelas satu. Anak pintar itu tidak pernah tergeser dari peringkat satu paralel. Tak heran kalau dia akan jadi kandidat lulusan terbaik angkatan 65.
Entah apa yang gadis itu makan setiap hari, sampai otaknya masih bisa menampung sebanyak itu materi pelajaran, sekaligus materi olimpiade sains.
"Ckkk" Si kecil tidak puas melihat namanya ada di bawah Prewa, padahal selisih nilai mereka hanya 0,04.
Sesuai perjanjian diawal semester antara Thida dan Prewa, siapapun yang berada di bawah akan mentraktir satu geng the girls, selama seminggu berturut-turut.
Beberapa siswa di depan mading, sedari tadi bergumam tentang ranking yang ditempel, sebagian mengomentari tentang diri meraka sendiri, tapi ada juga yang bergosip tentang orang lain.
"Kenapa si anak genius tak muncul di papan atas?"
"Memangnya dia pernah muncul di papan atas lagi? Bukannya itu hanya sekali di awal tahun pertama sekolah?"
"Kalau begitu jangan menyebutnya genius...Haha"
Awalnya, Thida menghiraukan percakapan beberapa siswa disekitanya, namun kata ganti si genius membuatnya tertarik pada obrolan siswa di sampingnya.
"Mungkin otaknya sudah berlumut...Hahaha"
"Begitulah akibatnya kalau hanya mengandalkan otot... Otaknya jadi tidak berfungsi"
"Benar... Kepalanya hanya diisi dengan hal-hal yang tidak berguna"
Tawa cekikikan dari tiga orang yang bergosip itu menutup percakapan. Ada rasa kesal saat mereka menjelekkan orang yang disebut si genius, Thida bukan orang yang menaruh dendam pada siapapun. Walaupun dia dan si genius tadi tidak lagi berteman, namun mendengar namanya diejek tetap membuatnya naik darah.
Thida berani bertaruh kalau orang yang bergosip tadi, tidak lebih baik dari orang yang mereka ejek. Bahkan orang tadi tidak akan berani menghadapi si genius, kalau mereka berhadapan. Tapi, berani-beraninya mereka merendahkan orang lain di belakang, dan menyebut otaknya berlumut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Class of Love
Fanfiction"In every universe. You'll always be my gravity" Cerita kehidupan remaja dengan segala problematika tentang mimpi, sahabat, dan cinta. Dengan dua tokoh utama yang sangat bertolak belakang, tetapi masih dalam satu garis yang sama. Lookkaew, pemilik t...