Rindu Itu Ada!

450 56 44
                                    

Prof Primlada baru saja selesai mengobati luka di pelipis Anda dan menutupnya dengan plester luka.

Anda masih merasa kalau kepalanya berat, dan badannya sedikit tidak enak. Wajah pucatnya tidak bisa bohong, kalau Anda sedang tidak baik-baik saja setelah kehujanan tadi.

Tapi, itu tidak membuat Mommy menurunkan sedikit belas kasihnya.

Sekarang Prof Prim sudah siap untuk memulai babak kedua kemarahannya. Kali ini, Anda akan berhadapan dengan sang Profesor wanita, yang sudah berdiri menyilangkan kedua tangan di depan dada.
   
  
Sialnya Anda, kali ini Daddy sedang ada di Chiang Rai. Tidak ada yang akan membantu Anda kali ini. Dia harus menghadapi Mommy seorang diri.

Mommy hanya berdiri menghadap Anda yang terduduk di sofa ruang tengah. Jangan remehkan sorot mata Prof Primlada, apalagi saat dia marah seperti sekarang. Percayalah, sangat tajam dan dominan.
     
    
Lagipula siapa yang tidak marah. Kalau tiba-tiba ditelpon oleh polisi dan mengatakan kalau putri semata wayangnya melakukan kekerasan dan balap liar, disaat sang Prof sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota.

Tidak ada pilihan lain selain putar balik dan membatalkan semua agenda beberapa hari ke depan.

"Ada yang ingin kau katakan?" Tanya Mommy membuka percakapan.

Anda menggelengkan kepala saja. Apapun yang dikatakannya, hanya akan memperburuk keadaan.

"Baiklah, kalau begitu... Mommy sudah siapkan tiket pesawat ke Chiang Rai. Kau berangkat besok pagi"

Anda tersentak, tapi dia masih belum bisa mengatakan apapun.

"Kau di skors tiga hari... Mommy mau kau renungkan perbuatan mu di sana--- Jangan tanya kapan kau akan kembali ke Bangkok.... Sebelum kau menyadari kelakuan mu itu hanya merugikan dirimu sendiri, mommy ingin kau tetap di sana--- Soal sekolah, kau bisa melanjutkan dari jarak jauh."
   
  
  
"Tapi, Anda tidak mau ke Chiang Rai---"
 
 
"Ini bukan negosiasi!" Potong Prof Primlada
    
    
Napas Anda mendadak berat. Ini bukan kali pertama, mommy mencoba untuk mengirim Anda pergi.

Selalu saja berakhir seperti ini.
    
    
"Kau pikir mommy tidak tau kelakuan mu selama ini?--- Mommy tau, Anda!!! Mommy hanya diam, karena mommy berharap kau bisa berubah... Tapi, kenapa kau tidak sadar juga?"

Tidak perlu berteriak. Prof Primlada selalu bisa bicara menusuk dengan nada rendahnya.

Ibu mana yang tidak kecewa, kalau anak satu-satunya sedang berjalan ke arah yang salah?
  
  
  
"Kenapa Mommy harus menyuruh Sand mengawasi Anda?" Tanya Anda mencoba berani.
  
  
"Apa pentingnya itu? Toh--- diawasi atau tidak, kau juga akan selalu keluar jalur" Jawab Prof Prim

  
  
  
  
"Bukan itu jawabannya, Mom---" Sela Anda tersenyum miring
  
  
"Dari awal memang mommy tidak pernah percaya padaku" Sambungnya.
    
    
Prof Primlada menggeleng. Dia tidak habis pikir dengan kelakuan putrinya sendiri.

"Mommy akan percaya padamu. Kalau kau bersikap pantas untuk dipercaya... Tapi, Mommy tidak lihat itu darimu---

---Belajarlah jadi dewasa. Kau tidak lelah, selalu membuat masalah??? Harus berapa kali lagi, mommy menutupi semua kenakalanmu?!"
    
   
   

"Kalau begitu biarkan aku bertanggungjawab sendiri, Mom" Sela Anda
  
  
"Bertanggungjawab sendiri katamu??? Kenapa tidak sekalian saja kau berubah jadi anak yang baik? Apakah sulit jadi seperti remaja pada umumnya?"
  
  
HUH???
  
 
'Remaja pada umumnya'
  
  
Kenapa tidak bilang saja, kalau Anda harus jadi penurut seperti Sky!

Class of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang