16. Menjadi Teman

878 169 52
                                    

Sedari tadi Jennie terus menatap sosok Sean yang duduk didepannya itu dengan tatapan tajamnya.

"Jadi sekarang kenapa lo kesini? Ingin balas dendam?" tanya Jennie dengan dingin.

"Tadi ngomong saya-kamu. Masa sekarang lo-gue si?" tanya Sean menaikkan satu alisnya.

"Karena disini lo bukan client gue tapi lo sebagai musuh gue!" balas Jennie penuh penekanan.

"Siapa juga yang ingin musuhan sama kamu?" balas Sean.

"Terus sekarang lo mau apa?"

Sean mengangkat bahunya dengan acuh "Hanya ingin bertemu sepupu aku. Apa itu salah?"

"Memangnya selama ini lo ada disamping Rosie?"

"Namanya sudah menjadi Rosie?" tanya Sean.

"Jawab saja pertanyaan gue!" sentak Jennie.

"Okay fine! Galak amat si," gerutu Sean "Selamat ini gue akrab sama Rose. Gue sering ke mansion orang tua Rose untuk ketemu Rose. Waktu Uncle Leon kerja, gue yang membantu Uncle Leon untuk mengurus Rose. Rose bahkan memanggil gue Daddy," jelasnya.

"Namanya Rosie!" tegas Jennie.

"Iya deh iya," balas Sean menghela nafasnya dengan kasar.

"Jadi lo tahu semuanya soal Rosie?" tanya Jennie.

Sean mengangguk. Tatapannya tertuju kearah sosok Rosie yang duduk dengan enteng diatas pangkuan Jennie itu.

Bocah itu lagi makan biskut makanya dia enteng banget:v

"Rose- ah, maksud aku Rosie. Rosie dibesarkan tanpa kasih sayang sang Mama. Tapi Rosie punya Papa yang cukup menyayangi dia. Begitu juga dengan aku yang menyayangi dia" jelas Sean.

"Sekarang gue sudah menjadi Mommy kepada Rosie. Dia anak gue! Dan gue tidak akan membiarkan lo mengambil dia dari gue!" tegas Jennie.

Sean mengangguk santai "Aku tidak masalah si. Aku malah senang karena Rosie akhirnya bisa merasakan kasih sayang seorang Mommy dari kamu,"

"Bagaimana dengan Mommy lo? Lo tidak ingin balas dendam karena gue sudah membunuh Mommy lo itu?" tanya Jennie.

"Mommy? Apa pantas aku memanggil dia sebagai Mommy setelah dia membuang aku? Hidup aku sama Rosie sama si. Sama-sama dibuang sama sosok yang dipanggil Mommy," balas Sean.

"Jadi lo benci Alexa?" tanya Jennie dengan serius.

Sean menghela nafasnya dengan kasar "Wanita itu gila harta. Asal kamu tahu, Daddy aku mati gara-gara dia. Dia yang menukarkan obat Daddy aku kepada racun. Semua harta peninggalan Daddy aku diambil oleh dia. Selepas Daddy aku mati, aku ditinggalkan dipanti asuhan. Aku berjuang untuk melanjutkan kehidupan aku dan sekarang, anak yang dibuang ini sudah berjaya menjadi Direktur perusahan. Aku berusaha mencari informasi tentang wanita itu tapi ternyata kamu sudah membunuh dia. Ternyata karma itu ada. Dia membunuh Daddy aku dan sekarang malah dia yang dibunuh," kekeh Sean diakhir.

"Bagaimana dengan gue?" sambar Jennie "Gue sudah membunuh banyak orang. Apa itu artinya gue juga akan dibunuh?"

Sean menatap Jennie dengan senyuman lembutnya "Aku tahu kamu bukan orang yang jahat. Kamu masih punya hati yang tulus. Kalau kamu jahat, kamu tidak mungkin menjaga Rosie yang bahkan tidak ada ikatan darah sama kamu bukan? Kamu bisa berubah Jen. Kamu bisa menyesali semua yang kamu lakukan dan kamu bisa berubah menjadi lebih baik,"

Jennie menatap Sean dengan tatapan yang sulit diartikan. Kenapa kehadiran Sean membuat dirinya seakan bisa melihat sosok sang Papa?

"B-Bagaimana lo bisa tahu soal gue?" tanya Jennie dengan tatapan yang mula melembut.

"Kamu pikir aku bisa membiarkan Rosie tinggal sama orang asing? Dari awal aku sudah menyelidiki semuanya tentang kamu dan aku percaya kamu adalah sosok yang baik untuk Rosie," jelas Sean membuat Jennie kembali bungkam.

"Bisa aku menggendong Rosie?" tanya Sean meminta izin Jennie.

Jennie mengangguk singkat lantas dia meletakkan Rosie diatas meja.

"Rosie, ayo sama Daddy. Rosie lupa sama Daddy hurm?" panggil Sean.

Rosie menatap Sean dengan polos.

Sean mengeluarkan sesuatu dari tasnya "Tada! Boneka tupai untuk Rosie!"

"Tupai!" pekik Rosie yang langsung merangkak menghampiri Sean.

Hap!

Sean langsung menggendong Rosie lalu dia mendudukkan bocah itu diatas pangkuannya "Seperti biasa, boneka tupai ini untuk Rosie,"

Rosie langsung memeluk boneka tupai itu dengan erat.

"Rosie suka boneka tupai?" tanya Jennie.

Sean mengangguk "Setiap kali aku datang bertemu Rosie, aku pasti akan membawa boneka tupai untuk dia," jelasnya.

"Sekarang Rosie sudah mendapatkan boneka tupai. Jadi, mana kiss untuk Daddy?" tanya Sean.

"Muaahhh," Rosie mengecup pipi Sean sehingga liurnya menempel dipipi sang cowok.

Bukannya merasa jijik, Sean malah terkekeh geli. Dia sudah terbiasa dengan liur sepupunya itu.

"Sini Daddy cium kamu," Sean langsung mengecup pipi Rosie berkali-kali sehingga bocah itu tertawa.

"Ahahaha Chie deli Dy," tawa Rosie menggema didalam ruangan meeting.

"Ouh, sudah banyak ngomong huh?" tanya Sean mencubit hidung Rosie dengan gemes "Dulu kamu pelit banget untuk ngomong,"

Jennie yang sedari tadi melihat semuanya langsung saja tersenyum. Hatinya menghangat ketika mendengar suara tawa sang anak.

"Ternyata masih ada cowok yang baik,"

"Bisa kita menjadi teman?" tanya Sean yang sudah menatap Jennie.

Jennie tersenyum tipis sebelum mengangguk "Demi Rosie,"












Jennie tersenyum tipis sebelum mengangguk "Demi Rosie,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Upsssss🤐🤷




Tekan
   👇

Mafia Baby✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang