Sedari tadi ke4 gadis cantik itu dibikin kewalahan dengan tingkah Rosie yang bersemangat.
Bocah kecil itu terus saja membuat kerusuhan. Antara kerusuhan yang dilakukan oleh bocah itu adalah, mengobrak-abrik tas milik Irene, memecahkan vas bunga kesayangan Jennie yang ada diatas meja, melemparkan dot miliknya kepada Joy, dan membawa kabur ponsel milik Jisoo.
"Yakkk bocah! Kesini kamu!" teriak Jisoo berlari mengejar Rosie.
Bukannya takut, Rosie malah tertawa dengan kaki mungilnya yang terus merangkak menjauh dari Jisoo.
"Jennie!" kesal Jisoo menatap sahabatnya itu.
Jennie menatap Jisoo dengan malas "Sudah gue bilang, tuh bocah memang seperti tuyul," ujarnya membersihkan pecahan vas bunga.
"Nakal banget tuh bocah," gerutu Irene yang kembali memasukkan barang-barangnya kedalam tas miliknya.
"Nih dot juga ada liurnya lagi," lanjut Joy mengusap wajahnya yang menerima lemparan dot dari Rosie.
Brukkk
"Hiks huaaaaa~," tangisan Rosie mula kedengaran ketika dia terjatuh dengan wajah yang mengenai lantai.
"Bukan salah gue," sambar Jisoo mengangkat kedua tangannya.
Jennie berdecak "Ngapain juga lo ngejar tuh bocah huh," gerutunya berganjak menggendong Rosie.
"Huaaaa~," Rosie yang masih menangis itu langsung saja menenggelamkan mukanya diceruk leher Jennie.
"Gue hanya ingin mengambil ponsel gue," ujar Jisoo bergegas mengambil ponsel miliknya yang sudah jatuh gara-gara Rosie "Tuhkan! Rusak nih ponsel," dumelnya.
"Tanggungjawab Jen," pintanya.
"Kenapa harus gue?" balas Jennie dengan santai.
Tangisan Rosie pula sudah terhenti namun bocah itu masih saja menenggelamkan mukanya diceruk leher Jennie.
"Anak lo yang bikin ponsel gue rusak,"
"Dan lo juga yang bikin anak gue nangis,"
"Cie, akhirnya ada yang menganggap Rosie sebagai anak nih," goda Joy.
Seketika Jennie tersadar. Dia berdehem dan berusaha menampilkan wajah datarnya "Nanti gue ganti ponsel lo," ujarnya.
"Nah, itu baru Mommy yang baik," balas Jisoo dengan senang.
Jennie memutar bola matanya dengan malas "Rosie," panggilnya menatap wajah Rosie.
Bocah itu mendongak menatapnya dengan wajah polosnya serta matanya yang masih dipenuhi air mata.
"Lo tidak boleh nakal seperti tadi ya," ujar Jennie.
Mata Rosie berkedip dengan lucu. Dia tidak memahami apa yang dikatakan oleh sosok didepannya itu.
"Heh! Masa sama anak kecil ngomongnya lo-gue si. Yang benar deh," tegur Irene.
"Lah, memangnya salah?" tanya Jennie.
Plakk
Jisoo menggeplak kepala belakang Jennie "Ya salah lah ogeb!"
"Angan!" pekik Rosie menatap Jisoo.
"Lah, kenapa nih bocah?" bingung Jisoo.
Rosie yang berada digendongan Jennie langsung saja melompat-lompat dengan kedua tangannya yang seakan berusaha menggapai Jisoo "Uhhh uhh,"
Seketika Joy tertawa "Dia marah gara-gara lo mukul Jennie,"
Jisoo malah tersenyum jahil "Kamu marah huh?" godanya.
Tanpa aba-aba, Jisoo dengan jahilnya berpura-pura mencekik leher Jennie.
"Angan!,"
Kebetulan sekali posisi mereka dekat sehingga tangan mungil Rosie langsung saja menarik rambut Jisoo.
"Yakkk yakk lepasin!" teriak Jisoo kesakitan.
"Mampus!" ledek Joy tertawa bersama Irene.
"Arghh perih. Bantuin woi!" teriak Jisoo berusaha melepaskan cengkraman tangan Rosie di rambutnya.
Jennie pula sudah kewalahan gara-gara Rosie yang bergerak dengan brutal itu "Rosie, sudah," dia berusaha membawa Rosie mejauh dari Jisoo.
Tangan Jennie langsung saja melepaskan genggaman tangan Rosie di rambut Jisoo.
Setelah berjaya dilepaskan, Jisoo langsung saja beralih menjauh dari sana.
"Shh perih banget. Bisa-bisanya rontok nih rambut," gumamnya mengusap kepalanya.
"Uhhh uh!" pekik Rosie masih melompat diatas pangkuan Jennie.
Akhirnya Jennie mendudukkan bocah itu diatas pangkuannya lantas dia memeluk perut Rosie agar sang bayi sudah tidak bisa meronta-ronta.
"Jen, lo harus terbiasa memanggil diri lo sebagai Mommy. Lo itu Mommy kepada Rosie," ujar Joy.
"Memangnya lo mau suatu hari nanti Rosie ngomong lo-gue sama lo?" lanjut Irene.
"Tidak sopan dong kalau dia ngomong lo-gue sama gue," balas Jennie.
"Jadi lo juga harus bersikap layaknya seorang Mommy untuk Rosie. Diluar sana lo memang seorang mafia yang kejam. Tapi lo juga harus ingat kalau lo juga sudah menjadi seorang ibu," nasihat Joy.
Jennie menghela nafasnya dengan kasar "Arrasso," sahutnya dengan pasrah.
"Ya sudah. Kita semua pulang duluan ya," pamit Irene.
"Iya," sahut Jennie.
"Bye-bye Rosie," ujar Joy sebelum berlalu pergi bersama Jisoo dan Irene.
Jennie beralih menatap Rosie yang juga menatapnya dengan polos itu "My~,"
Deg
"K-Kamu manggil aku M-Mommy?"
"Yu My yu,"
Jennie tersenyum haru "Mau uyyu? Mommy siapkan sekarang ya,"
Dengan menggendong sang bocah, Jennie langsung berganjak menuju kedapur untuk menyiapkan susu botol kepada sang anak.
"Tuuu," pekik Rosie menatap botol susu miliknya dengan semangat.
Jennie terkekeh kecil sebelum memberikan botol susu itu kepada Rosie.
Senyumannya langsung muncul ketika dirinya melihat Rosie kelihatan begitu semangat meminum susu botol itu.
"Rose bahkan tidak pernah mendapat asi dari Kyle"
Seketika kata-kata yang pernah dilontarkan oleh Alvin kembali berputar dipikiran Jennie.
"Apa sebaiknya gue melakukan program asi?"
Tekan
👇
![](https://img.wattpad.com/cover/370454885-288-k655095.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Baby✅
FanficKisah Jennie, ketua mafia yang ditakuti oleh orang-orang. Hidupnya hanya dipenuhi kegelapan bahkan tidak ada rasa kasian didalam hatinya. Cinta? Ck, itu semua hanya perasaan palsu! Hatinya yang sudah mati gara-gara pengkhianat membuat dirinya menjad...