11

5.5K 627 20
                                    

Lefan melihat wajah Airis yang saat ini duduk di atas kasur Lefan.
"Masih marah ?" Tanya Lefan.

Airis langsung membuang muka.
"Tidak, aku tidak marah !"

"Coba lihat aku, katakan kamu tidak marah Airis.. nanti ku ajak berkeliling kota" bujuk Lefan.

"Kapan ?!" Airis terlihat bersemangat karena untuk keluar dari istana sangatlah sulit bagi bangsawan kelas atas sepertinya.

Lefan terkekeh pelan, dia menangkupkan kedua tangannya di wajah Airis.
"Kenapa kamu menangis ? Apakah kamu tidak suka aku mengambil lady Rose sebagai pendamping ku ?"

"Jadi kakak benar-benar ingin mengambil dia menjadi pendamping kakak ?" Tanya Airis balik.

"Tidak, hanya kamu"

Blush.
Kedua pipi Airis memerah.

"Bagaimana Airis ? Kita berkeliling kota langsung mampir ke butik.. kamu bebas memilih model dan warna yang kamu suka"

Airis menatap Lefan.
"Aku.. " Airis meremas celananya.
" ..belum pernah melakukannya" gumma Airis.

"Hm, Apa yang kamu katakan ?" Lefan tidak terlalu mendengar apa yang Airis katakan.

Airis hampir menangis lagi saat mengatakan hal ini.
"Kata pelayan yang sudah menikah ! Rasanya sakit !! Nanti akan ada robekan dan darah apalagi kalau hamil, melahirkan dan punya anak akan sulit !!"

Lefan terdiam sesaat lalu tertawa mendengar apa yang Airis katakan.
"Hahahaha, jadi itu yang kamu takutkan selama ini ?"

"Ini masalah serius ! Semua ini termasuk dengan perasaan ku juga, kakak jangan tertawa !!" Airis memukul dada Lefan.

"Hei.. semua pengalaman pertama tidak sepenuhnya akan robek dan berdarah yang perlu dilakukan hanya kehati-hatian.. kamu percaya kan semua akan baik-baik saja ?"

Airis langsung menatap Lefan.
"Bagaimana kakak bisa tau ?!"

Lefan langsung membuang muka.
"Ha-hanya tau saja" jawabnya gugup.

"Ah !! Jawab yang benar !!" Airis memukul-mukul dada Lefan.

"Maaf.. maaf ! Airis tenangkan dirimu" Lefan menahan kedua tangan Airis lalu menyatukan dahi mereka berdua.

"Maaf atas kesalahan yang pernah ku lakukan dimasa lalu, aku berjanji tidak akan menyakiti mu"

Airis menyerah, dia akhirnya luluh. Airis mendorong pelan pundak Lefan lalu mengecup singkat pipi Lefan.
"Mari pergi ke butik besok, bisakah aku memilih tema ?"

Lefan tersenyum.
"Tentu saja, pilihan ada ditangan mu"

"Terima kasih kak"

Lefan menutup bibir Airis.
"Tidak 'kak' tapi Lefan.. kamu paham ?"

"Terasa aneh kalau aku memanggil dengan nama, ya-yang mulia saja" ujar Airis.

"Ya, terserah bagaimana yang nyaman untuk mu" Lefan mendekat, dia berniat mencium Airis tapi dia berhenti takut Airis menolaknya tapi ternyata Airis yang lebih dulu mengecup bibir Lefan.

"Tidak apa-apa kan ?" Tanya Airis.

Lefan tersenyum.
"Tentu saja" dia mendekat lalu mencium lembut bibir Airis.

Ciuman lembut itu berubah semakin intens hingga akhirnya Airis terbaring dibawah Lefan.

Tangan nakal Lefan bergerak masuk ke dalam baju Airis, Lefan mengusap-usap lembut perut Airis lalu naik menyentuh tonjolan kecil di dada Airis.

"Mng!" Airis meremas pelan rambut Lefan, sensasi aneh terasa di tubuhnya.

Lefan melepas ciumannya dari Airis, dia menjauh sedikit lalu melepas jubah yang melekat di pundaknya. Satu persatu Lefan melepaskan kancing bajunya yang berhasil membuat Airis menelan salivanya berat.

'Ap-apa dia serius ? Kak Lefan ingin melakukannya sebelum menikah ?' batin Airis.

Lefan berhasil melepas bajunya lalu beralih ke Airis yang hanya diam menatap Lefan.
"Ada apa ?" Tanya Lefan.

"Ke-kenapa yang mulia melepas baju ku ? Bukan kah kita harus menikah dulu ?"

Lefan tersenyum atau lebih tepatnya seringai dibibirnya.
"12 tahun dan kamu masih menyuruh ku untuk menunggu.. ? Maaf Airis aku tidak tahan lagi"

"Apa ?! Uaah!!" Lefan dengan mudahnya melepas pakaian Airis hingga tak tersisa satu kain pun melekat ditubuh Airis.

.
.

Bersambung ...

The King's Bride (BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang