16

3K 413 17
                                    

Airis menatap Lefan.
"Belum cukup dewasa tapi aku sudah disentuh secara intens oleh yang mulia" ujar Airis yang membuat Lefan langsung bungkam.

"Apakah karena usia ku ? Walaupun aku masih 18 tahun tapi yang mulia pun berencana dalam waktu dekat untuk menikahi ku, kurang dewasa apalagi aku untuk Anda ?"

Lefan tersenyum kecil, dia mengusap pucuk kepala Airis.
"Maaf, aku tidak mengatakan kalau kamu tidak cukup dewasa dalam usia tapi buku ini bukan untuk mu Airis"

Airis mempoutkan bibirnya.
"Hum, selalu saja mengelak"

"Maaf.. maaf, apa yang kamu lakukan disini ? Tidakkah kamu tidur ? Ini sudah larut malam"

Airis menyandarkan kepalanya di dada Lefan.
"Untuk apa yang mulia mengajak ku tidur bersama kalau Anda saja tidak tidur di kasur yang sama denganku?"

Lefan memeluk Airis.
"Ada hal yang harus ku pelajari makanya aku ke perpustakaan, apa kamu kesepian ?"

Airis menutup matanya.
"Ya, aku kesepian"

Perlahan Lefan menyelipkan tangannya di kaki juga pinggang Airis, dengan mudahnya Lefan mengangkat tubuh Airis.

"Mari kembali ke kamar, ini pertama kalinya kita tidur bersama setelah sekian lama berpisah kamar"

"Hm," Airis mengangguk pelan, Lefan membawa Airis ke kamarnya yang sekarang sudah menjadi kamarnya dan Airis.

Sejak hari itu Airis pindah ke kamar Lefan, semua barang-barangnya dia pindahkan ke kamar raja walaupun secara teknis sebenarnya barang-barang Airis harus tetap di kamarnya karena Airis hanya tidur bersama raja akan tetapi Lefan membiarkan saja apa yang Airis lakukan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Lefan memantapkan diri untuk mengumumkan pesta pernikahannya bersama Airis.

Rakyat sangat terkejut mendengar hal ini karena sejak lama mereka mengira Airis adalah adik Lefan, fakta ini tentu saja menjadi berita besar di kerajaan Backhinland.

Walaupun begitu rakyat juga merasa senang karena Airis tidak pernah melakukan hal buruk yang membuat dia sangat disayang oleh rakyat.

Mendapat restu dari rakyat, Lefan langsung menyebar undangan untuk pernikahannya. Para kerajaan tetangga pun sama terkejutnya karena mereka tidak menyangka Lefan akan menikah dengan Airis yang sudah dikenal sebagai adik angkat Lefan.

Pernikahan mereka berlangsung meriah, tak hanya para bangsawan yang datang tapi rakyat pun dibuat tempat khusus untuk menyaksikan acara mewah ini. Lefan dan Airis pun melakukan parade keliling kerajaan untuk membagikan souvernir pernikahan berupa sendok dan garpu berlapis emas berlambang kerajaan Backhinland.

Malam harinya, kedua mempelai menyambut tamu undangan dari kerajaan lain, para bangsawan memuji betapa indahnya pakaian yang Airis kenakan dan manisnya wajah Airis.

Walaupun Airis seorang laki-laki tapi dia terlihat sangat anggun dimana Airis memakai kain mewah organza  yang mana motif burung merak dijahit tangan oleh para pengrajin sebagai renda yang melekat dipundak Airis, warna emasnya melambangkan tingkatan tahta dari istana Backhinland.

Tak hanya itu, seolah ingin menunjukkan bahwa Airis adalah pendamping utamanya. Lefan memakaikan cincin berwarna merah hati dijari Airis yang menandakan kedudukan Airis hampir setara dengan Lefan.

Walaupun begitu, Airis tak dapat menghindari satu hal. Sebulan setelah acara mewah itu terjadi, surat berdatangan ke istana. Para penasehat memilih beberapa orang untuk menjadi selir Lefan.

Meskipun dia sudah resmi menjadi seorang permaisuri dan memakai cincin keluarga Livingstone tetap saja Lefan tak dapat menghindari pernikahan lain.

Usia Airis memang masih muda, dia duduk di tahta bersama Lefan dan menyaksikan 10 orang calon selir datang memberi hormat padanya dan Lefan.

Tentu hal ini menyakitkan untuk Airis, dia tau raja akan memilih selirnya untuk mempererat hubungan antar kerajaan tapi kenapa semua ini sangat cepat terjadi.

Kehidupan yang dulu dia rasa sangat damai dalam beberapa bulan saja langsung  berubah berputar 180 derajat.

Lefan melirik Airis, perlahan tangannya bergerak mendekat lalu menggenggam tangan permaisurinya ini.

Jujur Airis hampir menangis saat merasakan hangatnya tangan Lefan, dadanya terasa tersayat-sayat kala membayangkan Lefan akan tidur dengan para selirnya.

Tanpa bicara, Airis langsung berdiri ditengah perkenalan para calon selir yang membuat semua mata tertuju pada Airis.

"Ada apa ? Kamu lelah ?" Tanya Lefan.

Airis tersenyum kecil.
"Maaf yang mulia, saya merasa kurang sehat.. silahkan lanjutkan acaranya"

"Airis.. " Lefan mencoba menyentuh tangan Airis tapi Airis segera menarik tangannya, dia menunduk singkat lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

"Yang mulia.. yang mulia Airis, tunggu saya !" Jounis berlari menyusul Airis.

Jounis terus mengikuti Airis hingga akhirnya Airis berhenti berjalan, pelayan pribadinya ini langsung mengecek keadaan Airis.

"Ya-yang mulia.. Anda baik-baik saja ?" Tanya Jounis.

"Hmph!" Airis langsung mengangkat wajahnya menatap Jounis.

"Ya-yang mulia.. " Jounis mundur selangkah sedangkan Airis maju lalu menepuk kedua pundak Jounis.

"Bantu aku mengusir pada pelakor itu !! Tidak.. aku tidak mau di madu, hanya aku yang paling manis di istana ini tidak boleh ada yang lain, aku tidak terima ! Bantu aku Jounis.. kamu harus membantu tuan mu !" Ujar Airis penuh percaya diri.

Jounis hanya bisa tersenyum kaku, dia menyesal sudah mengasihani Airis karena suaminya akan memiliki banyak selir tapi ternyata Airis punya rencana untuk mengusir calon selir raja.

.
.

Bersambung ...

The King's Bride (BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang