19

2.7K 419 10
                                    

Luxsius mengantar Airis kembali ke kamar setelah dia selesai menemani Airis hari ini.

"Besok kamu datang lagi kan ?" Tanya Airis.

Luxsius tersenyum.
"Tentu paduka, saya akan menemani kemanapun Anda pergi" jawab Luxsius.

"Ya...terima kasih" mata Airis menangkap sesuatu di rambut Luxsius.

"Menunduk lah sedikit"

Luxsius menunduk sesuai permintaan Airis, perlahan Airis menarik potongan daun dari rambut Luxsius.

"Potongan daun, sepertinya jatuh saat kita di kebun pir tadi" Airis terkekeh pelan.

Luxsius mengambil potongan daun tadi dari tangan Airis.
"Terima kasih paduka, silahkan istirahat.. Anda pasti merasa lelah"

"Ya, sampai jumpa besok"

"Iya, selamat sore yang mulia" Luxsius menundukkan kepalanya singkat kemudian berjalan menjauh dari Airis.

"Hah..." Airis menyentuh pipinya.
" ..dia sangat berkarisma"

"Siapa ?"

Deg.

Airis langsung menoleh ke belakang, dia bisa melihat Lefan berdiri di belakang Airis.

"Bu-bukan apa-apa" Airis terlihat gugup.

Lefan melihat Luxsius yang sudah sangat jauh berjalan dari kamar pasangan ini.
"Apa kamu menyukainya ?" Tanya Lefan.

"Dia prajurit penjaga ku, aku menyukainya sama seperti Jounis.. " Airis berjalan masuk ke dalam kamar diikuti oleh Lefan.

" ..aku tidak punya alasan untuk tidak menyukainya"

Lefan mengepalkan kedua tangannya.
"Suka yang ku maksud berbeda dengan pemahaman mu, katakan.. apa suka itu sama seperti rasa mu pada ku Airis ?"

Airis berbalik menatap Lefan.
"Apakah aku harus menjawab itu juga ?"

"Airis !"

"Karena yang mulia sebentar lagi memiliki selir, perhatian Anda akan terbagi.. aku tidak mau merasakan kesepian jadi biarkan saja Luxsius yang mengisi kekosongan itu!" Airis meninggikan nada suaranya.

"Kamu sengaja melakukan ini karena aku akan memiliki selir ?"

"Memangnya kenapa kalau iya ?! Apakah aku menanyakan pertanyaan yang sama saat Anda memberitahu ku kalau Anda akan memiliki lebih dari dua selir ?! Aku hidup bersama Anda sejak kecil tapi kenapa aku saja tidak cukup untuk Anda ?!"

"Airis.. aku seorang raja dan koneksi antar kerajaan itu penting" ujar Lefan.

"Jadi perasaan ku tidak penting ?! Kenapa sistem selir harus ada dan menyakiti perasaan ku.. kalau sejak awal seperti ini maka lepaskan saja aku dan jangan pernah menjadikan aku permaisuri mu !"

Lefan berjalan mendekat lalu meremas kedua lengan Airis
"Aku menyelamatkan mu dari neraka !! Aku tidak ingin kamu terluka tapi aku pun tidak mampu berbuat banyak untuk membatalkan semua ini Airis !"

"Itu masalahnya!" Airis menepuk-nepuk dada Lefan.
"Aku terlanjur jatuh hati pada mu yang mulia, seharusnya sejak awal Anda biarkan saja aku mati daripada aku merasakan luka seperti ini !!"

"Airis.. kamu harus memahami keadaan kerajaan, bersikaplah dewasa"

"Aku baru 18 tahun, aku egois dan aku tidak mau Anda membagi cinta itu !!" Teriak Airis, air matanya mulaii berjatuhan.

"Tenangkan diri mu, hei.. jangan seperti ini" Lefan merasa khawatir karena sejujurnya dia tidak ingin melihat Airis menangis.

Airis mencoba melepaskan diri dari Lefan, dia mendorong Lefan tapi yang ada Lefan malah memeluk Airis dari belakang.
"Tenangkan diri mu, hm.. maafkan aku Airis.. aku minta maaf"

Lefan berusaha semampunya agar Airis tenang, kehilangan orang tuanya memang tak mudah bagi Airis terutama sejak kecil dia sudah dimanja oleh Lefan dan sekarang dia harus membagi cinta Lefan bersama orang lain tentu hal itu tidak mudah  untuk Airis.

Jounis yang mendengar pertengkaran Lefan dan Airis pun hanya bisa menghela nafas, dia menyandarkan tubuhnya di pintu kamar pasangan ini saat mendengar tangis Airis.

Jounis paham tidak mudah ada di posisi Airis, sejak kecil dia menganggap Lefan sebagai kakaknya dan saat remaja dia harus menerima takdir menjadi pasangan Lefan lalu sekarang dia harus menerima fakta kalau Lefan akan memiliki selir.

Tantu kehidupan Airis seolah dipermainkan, dia merasa sia-sia ada disisi Lefan kalau pada akhirnya Airis tidak bisa memiliki cinta Lefan seutuhnya.

.
.

Bersambung ...

The King's Bride (BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang