22

2.2K 303 5
                                    

"Kenapa Anda tidak memberitahu ku sejak awal yang mulia ?" Tanya Airis, dia bahkan tidak melepaskan pelukannya dari Lefan.

"Sejak awal ? Apakah aku harus mengatakan hal seberat itu pada anak berusia 6 tahun ? Airis, kau belum memahami apapun"

"Sekarang aku sudah cukup dewasa jadi katakan kalau semua itu benar yang mulia !"

Lefan membawa Airis untuk duduk, dia bahkan memangku Airis walaupun tubuh Airis sekarang sudah lumayan besar.

"Ya, semua itu benar" jawab Lefan.

Airis melepas pelukannya lalu menatap Lefan.
"Ini tahta Anda, jangan biarkan mereka mengatur apa yang ingin Anda lakukan !!"

Lefan tersenyum, dia mengusap lembut pipi Airis.
"Aku tengah berusaha mengubah segalanya jadi sabarlah ya"

"Tidak !!" Buliran bening keluar membasahi pipi Airis.
"Katakan apa yang bisa ku bantu, anak-anak itu akan datang dan Anda akan memilih selir !! Bagaimana aku bisa sabar dalam situasi seperti ini ?!"

"Airis .."

"Yang mulia.. " Airis kembali memeluk Lefan.
" ..huu.. bisakah kita hanya hidup berdua ? Aku tidak menginginkan kekayaan tapi aku ingin sebuah keluarga" Airis menangis sesenggukan.

Deg.
Lefan bisa merasakan nyeri di dadanya saat mendengar permintaan Airis.

Lefan langsung memeluk Airis erat.
"Airis, sejak lama aku menginginkan hal yang sama tapi setelah aku meninggalkan tahta.. rakyat, bagaimana dengan rakyat ku ?"

Keduanya sama-sama terluka, Lefan yang harus membunuh keluarga palsu Airis dimasa lalu dan merebut tahta pamannya hanya untuk melindungi Airis kini mendapat permintaan seperti itu dari orang yang dia cinta.

Selain Airis, Lefan pun sangat mencintai rakyatnya. Lefan sudah mengorbankan banyak hal agar rakyatnya dapat hidup makmur seperti sekarang tapi di satu sisi Lefan pun ingin menjalani kesederhanaan bersama Airis.

Atas permintaan Airis untuk sementara Lefan tak dapat mengabulkannya, dia meminta Airis bersabar dulu karena ada beberapa hal yang harus dia urus.

Jujur saja hal ini menyakitkan bagi Airis, dia sampai pada titik pasrah karena bagaimanapun caranya untuk mengusir para calon selir pun tidak berguna sebab mereka tidak mau pergi.

Beberapa hari berlalu, Airis yang saat ini tengah bersantai di taman istana dikejutkan oleh kehadiran pangeran George saudara sepupu dari Lefan.

"Hormat saya yang mulia" ujar George saat berhadapan dengan Airis.

"Ah, ini sangat mengejutkan.. kenapa Anda datang kemari ?" Tanya Airis.

Pangeran George tersenyum manis.
"Hanya berkunjung, sudah lama saya tidak mampir kemari"

Keduanya bicara santai, pangeran George memang cukup lama tidak pernah ke istana karena dia bertugas menjaga perbatasan negeri.

Pembicaraan mereka sampai pada pemilihan calon selir raja, Airis menanyakan apakah langkah seorang raja harus di atur oleh para penatua ?

"Apakah Anda ingin mendengar jawaban jujur saya ?" Tanya George.

"Ya, katakan" Airis terlihat penasaran.

George menatap langit yang terlihat cerah hari itu.
"Masalahnya ada pada para penatua kalau kita menghabisi satu persatu maka raja punya kuasanya"

"Apa ?" Airis terkejut mendengar jawaban George.

George mengarahkan jari telunjuknya ke depan bibir.
"Itu tidak mungkin, kalau pun terjadi maka harus ada yang melakukan kudeta.. akan banyak orang yang terluka bahkan meninggal sekalipun termasuk raja"

DEG!
Airis membulatkan kedua matanya.

George terkekeh pelan.
"Hanya bercanda yang mulia, apa yang mau di kudeta dari raja sekarang.. beliau punya banyak citra positif"

Airis meremas celananya.
"Apakah kudeta akan memutus rantai itu ?" Tanya Airis.

Senyuman George langsung menghilang, dia menatap Airis dengan tatapan tajam.
"Anda sudah tau ?" Tanya George.

Airis mengangguk.
"Apakah bisa melakukan kudeta tanpa membunuh raja ?"

Hembusan angin perlahan menyapu tubuh mereka berdua, Luxsius yang sejak tadi berjaga cukup jauh tak sengaja mendengar pertanyaan Airis.

Dia berjalan kearah Airis dan George, Luxsius melindungi Airis di balik tubuhnya.
"Ini pembicaraan yang sangat berbahaya yang mulia, saya tidak bisa membiarkan ini berlangsung.. permisi "

Tanpa pikir panjang, Luxsius langsung menarik lengan Airis untuk ikut bersamanya.

"Luxsius !! Lepaskan aku !!" Airis mencoba melepas tangannya dari Luxsius tapi pengawalan pribadi Airis ini tidak mau mendengar perintah Airis.

"Luxsius!!" Airis akhirnya menahan tubuhnya hingga akhirnya Luxsius berhenti berjalan dan melepaskan tangannya dari Airis.

Luxsius menatap Airis.
"Maafkan saya yang mulia"

Airis mengusap-usap pergelangan tangannya, dia merasa kesal tapi berkat Luxsius pembicaraan berbahaya itu tidak berlanjut.

.
.

Bersambung ...

The King's Bride (BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang