"Ah.. " Airis terbaring lemah diatas kasur, dia menatap langit-langit kamar.
" ..aku hampir mati" gumam Airis karena ulah Lefan dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 3 sore sementara Lefan tengah mandi membersihkan tubuhnya.
Tak lama, Lefan keluar kamar mandi.
Dia menatap Airis yang terkapar tak berdaya di atas kasur.Lefan tersenyum kecil, dia berjalan kearah Airis.
"Kamu baik-baik saja ?" Tanya Lefan.Airis mengerutkan alisnya.
"Apa aku terlihat baik-baik saja ? Aku hampir mati !""Tapi buktinya kamu masih hidup" goda Lefan.
Airis membuang muka, dia tidak mau melihat Lefan. Lefan berusaha membujuk Airis agar tidak marah lagi hingga akhirnya perut Airis berbunyi karena dia belum makan siang.
Lefan lebih dulu membersihkan tubuh Airis lalu menyelimuti Airis yang tak bisa bergerak dari posisinya.
"Aku akan mengambil makanan jadi istirahat saja dulu" Lefan mengecup singkat dahi Airis lalu melangkah keluar dari dalam kamar.
"Hah.. " Airis menghela nafasnya berat, dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur.
" ..aku tidak menyangka kak Lefan bisa sebrutal itu padahal dia selalu terlihat baik padaku" ujar Airis.Walaupun begitu, sejujurnya Airis tidak mempermasalahkan hal itu karena dia juga sedikit menikmati.
Tak lama kemudian pintu kamar raja terbuka, Lefan datang bersama beberapa pelayan yang membawa makanan untuknya dan Airis.
Lefan menyuruh para pelayan mengangkat meja kecil agar lebih dekat dengan kasur. Setelah para pelayan pergi, Lefan dengan perhatiannya menyuapi Airis.
"Ya-yang mulia.. aku bisa makan sendiri" tolak Airis tapi Lefan bersikeras melakukannya karena Lefan secara tidak langsung ingan meminta maaf melalui sikap perhatiannya.
Tak hanya itu, Lefan ternyata juga memperhatikan tekstur makanan Airis sebelum membawa makanan ini masuk ke dalam kamar.
Airis menahan tangan Lefan yang bergerak mengangkat sendok.
"Ada apa ?" Tanya Lefan."Makanlah juga, yang mulia belum makan sejak tadi pagi" ujar Airis karena dia tau Lefan pergi bersama lady Rose.
Lefan tersenyum manis, dia menyodorkan sendoknya.
"Lakukan hal yang sama dengan ku.. Aaa.. aku menunggu"Kedua pipi Airis memerah, dia menyendok makanan itu lalu memasukkannya ke dalam mulut Lefan.
Lefan terlihat senang karena kali ini dia tidak lagi harus bersikap seperti kakak untuk Airis, dia juga ingin dimanja oleh pasangannya.
.
.Selesai makan, Airis meminta kembali ke kamarnya karena dia tau Lefan sangat sibuk bekerja dan perlu istirahat.
Lefan tiba-tiba berbaring dipangkuan Airis.
"Kenapa ? Kamu tidak ingin tidur dengan ku malam ini ?" Tanya Lefan."Bu-bukan begitu, hanya saja yang mulia perlu banyak istirahat"
Lefan menatap wajah Airis.
"Aku menolak membawa mu keluar dari kamar ini""Eh, kenapa ?!"
"Kamu bertanya kenapa ? Tentu saja karena kita sebentar lagi akan menikah, dulu permintaan mu selalu ku turuti tapi tidak untuk sekarang.. kamu harus tidur disini bersama ku Airis" tegas Lefan.
"Oh ya ampun, kenapa kakak jadi keras kepala seperti ini !" Airis terlihat kesal.
"Aku bukan kakak mu.. jadi berhenti memanggilku seperti itu"
"Hah.. " Airis menghela nafasnya berat, entah apa yang Airis pikirkan tiba-tiba satu pertanyaan muncul di kepalanya.
" ..bukankah seorang raja memiliki selir ? Apakah-"
Lefan langsung bangun dari posisi tidurnya.
"Kita belum menikah tapi kamu sudah membahas hal itu" ujar Lefan membelakangi Airis."Aku benar kan ? Raja sebelumnya pun sama, apakah.. " Airis meremas seprei kasur.
" ..yang mulia akan memilih selir dikemudian hari ?"Lefan turun dari kasur.
"Aku tidak ingin membahas ini Airis, kamu merusak suasana""Aku perlu tau karena-"
"Airis.. " Lefan masih tidak mau melihat Airis.
" ..kita akan membahas ini nanti, istirahat lah.. masih ada pekerjaan yang harus ku lakukan"Lefan berjalan keluar dari kamar meninggalkan Airis seorang diri sementara Lefan yang sudah didepan kamar hanya bisa menghela nafas berat karena dia tidak menyangka Airis akan bertanya hal seintens itu padahal mereka baru selesai memadu kasih.
Lefan belum mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan itu.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Bride (BL18+)
De TodoDia yang sudah menyelamatkan ku tapi dia pula penyebab dari hancurnya kehidupan ku, entah apakah aku masih bisa menganggapnya sebagai cinta atau ini hanya perasaan semu ?