Bagian 27

227 22 9
                                    

Alister membuka matanya perlahan dan tak menemukan Adnan di sampingnya. Dengan malas dia bangun, kemudian senyumnya terbit ketika melihat pemandangan awan dan kolam renang yang persis berada di depannya. Pintu kamar yang terbuka menampilkan pemandangan indah juga karena Adnan sudah berada di air memunggunginya.

Dia berjalan pelan menyusul, tersenyum karena punggung Adnan yang mengkilat terkena sinar matahari pagi. Putih dan bersinar, khas sekali seperti kulit kebanyakan orang-orang kaya di Negeri ini.

"Masih terlalu pagi buat berenang sayang" ucap Alister.

Adnan memutar tubuhnya, dia tersenyum pada Alister yang masih menggunakan pakaian tidurnya. Celana pendek dengan singlet berwarna putih. Tampak lusuh tapi ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi lelaki itu.

"Prince aku akhirnya bangun juga" timpal Adnan. Dia mendekat pada Alister yang duduk di pinggiran kolam dengan kaki menjuntai ke dalam air.

"Gimana tidurnya? nyenyak?" tanya Adnan. Alister mengangguk. Lelaki yang sudah basah itu masuk kedalam kedua kaki Alister dan memeluk erat pinggang kekasihnya.

"Kita sampe jam berapa? aku ngga sadar turun dari mobil"

"Sekitar jam 2 pagi, sayang. Kamu udah ngantuk berat makanya langsung tidur" jelas Adnan.

"Ya kamu kenapa harus nunggu tengah malem dulu baru berangkat? kan akunya ngantuk pasti"

Alister menggerutu tetapi tangannya tak henti-hentinya merapikan rambut Adnan yang setengah basah dan mengusap lembut pundak lelaki itu.

"Maksud aku kan biar ngga macet sayang" ucap Adnan, kecupan-kecupan lembut nan menggelitik dia sematkan pada perut Alister yang masih dibalut kain. Dia lalu memasukkan kepalanya kedalam sana. Menjilat pusar Alister yang mungil menggemaskan.

"Geli..." ucap Alister, dia mendorong kepala Adnan agar menjauh tetapi lelaki itu justru menambah tangannya untuk menjalar menuju kedua dada montoknya. Mengusap pelan dan sesekali menekan bagian putingnya.

"Ju.." Alister meremas rambut Adnan dengan cukup keras ketika merasakan putingnya ditarik pelan. Permukaan kulit yang saling bersentuhan tipis membuatnya tersengat.

Alister tercekat karena tiba-tiba Adnan menarik tubuhnya masuk kedalam air hingga seluruh tubuhnya basah hingga leher.

"Juan!"

Adnan tertawa lebar ketika Alister menepuk keras lengannya. Tak membuat gentar, dia justru melepas pakaian Alister begitu saja ke lantai. Kini senyumnya semakin lebar menatap Alister yang sudah polos di bagian atasnya. Kulit coklat milik Alister mampu m
membuatnya terpesona. Berbeda sekali dengan miliknya yang seputih susu.

Alister memejamkan matanya pasrah ketika dengan sensual Adnan menjilat ujung putingnya yang sudah mengeras. Sedang sisi lainnya dia usap menggunakan tangan lembut lelaki itu.

Lidah Adnan bergerak memutar, menggelitik jika Alister yang binal.

"Hngg..." Tubuhnya melenguh ketika dengan kasar Adnan melahap seluruh permukaan dadanya yang berisi otot.

Alister yang sudah tak bisa lagi menahan, membawa tangannya sendiri untuk meremas penisnya.

Ting tong!

Alister membuka matanya dan segera mendorong tubuh Adnan menjauh. Dia tebak diluar sudah menunggu pelayan membawakan sarapan untuk mereka.

"Kamu cepet buka pintunya" ucap Alister pada Juan.

"Ngapain cepet-cepet?" goda Adnan.

"Kasian kalo pelayannya nunggu lama"

"Bukan karna kamu yang pingin cepet lanjutin yang tadi?"

everything, in time. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang