"Yar, ini gue salah baca ngga sih? semua kelas pindah di gedung A?" tanya Alister ketika membaca pengumuman di grup sesama Dosen di Fakultas mereka. Alister mendongak menatap Tiar yang sedang sibuk menyiapkan berkas entah apa.
"Iyalah, udah jelas gitu pengumumannya" jawab Tiar sekenanya karena dia sibuk mencari berkas penting yang sedari tadi tak ia temukan juga.
"Iya tapi kenapa?" Alister masih penasaran karena pengumuman itu mendadak dan tidak dijelaskan secara detail. Hanya arahan untuk penempatan kelas yang berubah.
Tiar menghela nafas, dia tau betul temannya sangat amat mengisolasi diri. Kerja lalu pulang, tentu saja tak sempat untuk bergosip sekedar menelan berita hangat setiap harinya. Seperti sekarang.
"Makanya, lu bersosialiasilah sesekali biar tau berita terbaru. Tau ngga lu? kalo Bu Eni dosen pendidikan udah hamil lagi padahal baru juga kemaren lahiran. Gue rasa suaminya hiper deh"
Alister menggelengkan kepala mendengar ucapan yang sama sekali tak nyambung dengan pertanyaannya itu.
"Gue cuma nanya alasannya, kenapa lo malah jadi bahas Bu Eni"
"Ya lagian lu kudet amat. Kita masih muda bro—"
"Yar, please lah" gumam Alister muak. Dia kembali pada ponsel di tangannya. Membalas pesan penting para mahasiswanya yang menunggu jadwal bimbingan atau sekedar mengajaknya diskusi.
"Gedung Ormawa mau di renovasi"
Alister mengerutkan dahi, menatap Tiar heran. Seingatnya gedung itu masih bagus, ya walaupun memang paling usang diantara gedung-gedung lain di sini.
"Lo udah denger beritanya Pak Juan Wakil Dekan 3 kita belum? jangan-jangan belum lagi. Ah lu mah kagak asik banget—"
"Udah"
"Tumben" Tiar menatap curiga pada temannya itu.
"Anak-anak sering banget ngomongin, gue denger"
"Oh—" Tiar menganggukkan kepala paham. Jelas saja nama Juan sangat harum di seantero Fakultas karena pembawaannya yang tenang dan asik secara bersamaan. Setiap orang yang melihatnya akan merasa tenang karena tidak mengintimidasi.
"Pantes aja anak-anak rame ya lu bayangin, dia beneran kerja nyata buat kesejahteraan anak-anak. Kemaren aja gue denger dari Alisya kalo Pak Juan hari pertama udah ngajak anak ormawa buat rapat perbaikan alokasi dana, mana kemaren juga minta dana besar buat renov itu gedung ormawa. Gila ngga lu?"
Alister merasa aneh dengan hal itu, karena Fakultasnya memang terkenal dengan pemberian dana jor-joran hanya di hidang akademik bukan non akademik.
"Dan langsung di ACC sama Pak Dekan. Mana ternyata beliau juga minta dana ke Universitas dan dikasih buat nambah fasilitas—"
Diam-diam Alister merasa kagum, tapi lebih banyak herannya karena tidak mungkin semudah itu jika Juan bukan berasal dari keluarga yang mempunyai kuasa akan hal itu. Dia tau betul jika hal demikian susah sekali dilakukan karena Alister sudah pernah juga membersamai Ibu Lilia dalam pencairan dana kampus.
"Kemaren gue denger anak-anak, katanya Pak Juan marah karena AC kelasnya mati. Dan beliau langsung telfon teknisi kampus terus langsung dibenerin jam itu juga. Padahal lu tau sendiri kalo kita komplain bisa seminggu kemudian baru dibenerin" cibir Tiar.
"Lo ngga penasaran dia punya power segede itu darimana?" akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Dia sudah gatal menahan sedari tadi
"Gue ngga tau sih, tapi yang pasti dia punya koneksi sama orang-orang diatas kita. Privasinya beneran ngga bocor sama sekali" jawab Tiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
everything, in time.
Fiksi PenggemarAdnan Juan, namanya berhembus kencang beberapa bulan belakangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Muda dan menyenangkan, kata sebagian besar Mahasiswa dan Dosen disana. Tapi tidak bagi Alister, karena nama lelaki tersebut entah kenapa mampu membuatnya...