Bagian 9

232 39 10
                                    

Alister berjalan kesana kemari untuk memastikan semua mahasiswanya bekerja dengan baik. Tentu sebagai seseorang yang perfeksionis dia tak mau ada satu hal yang terlewat, walaupun kesalahan sebiji kacang. Dia sudah berada di halaman Fakultas sejak pagi untuk mengatur anak-anak yang hendak berpartisipasi dalam acara pameran kuliner ini yang bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa yang mempunyai minat dan kemampuan di bidang entrepreneur

"Gimana, Dinda? ada kendala?" tanya Alister pada mahasiswi dengan potongan bob yang sedang menjaga salah satu stand disana.

"Pak Alister udah nanyain pertanyaan yang sama lebih dari tiga kali loh, Pak" ucap Dinda sambil tertawa pelan, mencoba bergurau dengan dosen favoritnya itu. Alister hanya tersenyum tipis.

"Mendingan Bapak istirahat dulu, saya liat dari tadi mondar mandir terus" sambung Dinda dengan senyum menenangkan.

Alister menganggukkan kepala, "Ya sudah, nanti kalo ada perlu langsung hubungi saya ya" ucapnya. Dia lalu melangkah menuju kedepan panggung yang sedang di dekor oleh mahasiswa gabungan untuk acara puncak nanti malam.

Alister tersenyum puas karena semua berjalan dengan lancar. Termasuk jalannya bazar yang sudah di mulai sejak pagi tadi.

Acara ini adalah acara tahunan yang cukup bergengsi karena banyaknya pendatang dari kampusnya maupun dari kampus lain. Acara ini biasa disebut dengan pameran kuliner mahasiswa. Dimana semua mahasiswa yang berkenan boleh mengikuti acara ini. Bergabung untuk mencari peruntungan di bidang bisnis.

Alister terdiam ketika tiba-tiba sebuah minuman dingin berada tepat di depannya. Wajahnya berputar ke samping kirinya. Disana Adnan sudah berdiri dengan minuman dingin yang disedot sambil menyodorkan satu kepadanya. Matanya masih fokus menghadap kedepan, tak menatapnya sama sekali.

"Makasih" ucapnya pelan. Dia kembali kearah Adnan menatap. Lelaki itu hanya diam berdiri di sampingnya. Tanpa terlihat, Alister menarik senyum tipis dan mulai meminumnya.

"Mahasiswa kamu bener—"

Alister menatap Adnan. Adnan memutar wajahnya hingga keduanya bertemu pandang.

"Kamu harus mulai percaya sama kemampuan mereka. Mereka udah dewasa, pasti tau apa yang harus di lakuin" ucap Adnan.

Alister menghembuskan nafasnya pelan, "Aku cuma make sure semua berjalan dengan lancar" ucapnya, dia kembali menatap kedepan dimana wallpaper yang dibuat oleh mahasiswanya itu terpasang cantik.

"Aku tau, tapi mereka pasti lebih seneng kalo di kasih kepercayaan"

"Sorry, aku cuma takut tugas pertama aku gagal berantakan" ucapnya lagi.

Adnan masih diam menatap Alister yang fokus menghadap kedepan. Lelaki di depannya itu tampak kelelahan. Matanya sayu menggambarkan betapa tenaga lelaki itu sudah cukup terkuras walaupun baru setengah hari berjalan. Bahkan mungkin jika dia tak memberinya minuman, lelaki itu tak berencana mencari sendiri.

"Ikut aku yuk"

"Kemana?"

"Ketemu orang"

Alister mengikuti langkah Adnan sambil menatap pergelangan tangannya yang digenggam oleh lelaki itu.

"Pak Juan!"

Alister menatap lelaki paruh baya dengan stelan jas mahal melampai kearah mereka. Dia melirik Adnan yang tersenyum sopan membawanya berjalan mendekat kearah mereka.

"Pak Rengga" ucap Adnan, dia melepas genggaman tangan mereka dan segera menyalami lelaki yang bernama Rengga, "Gimana kabar, Pak?" tambahnya.

"Kabar baik, kamu sudah sangat besar ya" ucap Rengga sambil menepuk lengan besar Adnan, "Saya ngga nyangka kamu sudah sebesar ini" ucapnya lagi.

everything, in time. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang