"Kamu mau nginep disini?" tanya Adnan, dia berjalan mendekat pada Alister yang sedang menonton televisi dengan tenang. Dua piring nasi padang dia letakkan di atas meja. Adnan tak langsung memakannya karena yang dia lakukan kini adalah duduk disamping Alister dan merengkuh tubuh besar kekasihnya. Tak lupa usapan lembut pada lengan Alister menjadi penenang sore itu.
Alister merebahkan tubuhnya bersandar pada dada bidang Adnan yang kokoh. Mencari nyaman yang selalu dia rindukan setiap hari. Posisi ini adalah posisi yang tak pernah gagal untuk membuatnya merasa aman dan nyaman.
"Maunya nginep—" ucap Alister pelan. Dia meraih jemari Adnan untuk dimainkan.
"Tapi?"
"Ibu sendirian di rumah" jawabnya singkat. Dia memang ingin sekali menghabiskan malam bersama Adnan disini tetapi Ibunya belum sembuh betul. Dia tak mungkin meninggalkan perempuan itu sendiri malam ini.
"Aku ngga bisa nginep sayang. Kerjaan aku banyak"
"Kan bisa ngerjain di rumah, Ju" ucap Alister, dia mendongakkan kepalanya keatas menatap Adnan dengan mata bulat memohon. Adnan tersenyum tipis lalu mengusakkan hidung mereka berdua.
"Aku nginep yang ada aku ngga ngerjain kerjaan. Tapi ngerjain kamu lagi" ucap Adnan. Malam bersama Alister bukanlah ide yang bagus karena pada akhirnya mereka hanya akan saling memuaskan satu sama lain.
"Itu bonus namanya"
Mereka berdua terkekeh, "Ayo makan dulu, kamu pasti laper abis olahraga" ucap Adnan. Dia melepas rengkuhannya hati-hati, lalu meraih satu piringnya dan menyerahkannya pada Alister.
Ruang keluarga itu hening, hanya diisi oleh suara dari benda kotak didepan mereka. Keduanya sama-sama sibuk dengan makanan di tangan.
"Aku tadi ketemu istri kamu di depan. Kalian—" ucapan Alister hanya sampai disana. Dia tak mau membayangkan adegan apapun sebelum dirinya sampai disana. Gejolak dalam dirinya tak bisa dikesampingkan karena nyatanya dia juga merasakan cemburu ketika Adnan diam-diam menemui perempuan itu yang notabene adalah seorang Istri dari Adnan Juan. Apalagi menemukan Adnan mandi siang hari dengan pintu tak terkunci. Tentu saja otaknya berkelana kesana kemari.
"Kita cuma ngobrol" jawabnya singkat.
flashback on!
Adnan membuka pintu apartemennya dengan malas. Dia cukup kesal karena Alister lebih memilih menemani Karin daripada menyusulnya barang sebentar. Padahal dia secepat kilat menyelesaikan pekerjaannya yang sialnya harus ada di weekend seperti ini.
Langkah Adnan terhenti karena mendapati Talita yang berada di dapur. Perempuan itu sedang membuat es kopi kesukaannya.
"Sejak kapan kamu kesini?" tanya Adnan. Dia mendekat pada Talita dan memeluk istrinya hangat. Walau pernikahan mereka tanpa dasar cinta, Adnan tetap memperlakukan Talita dengan amat baik. Dia tak pernah sekalipun menyakiti perempuan itu bahkan dengan seujung kuku.
"Baru aja sampe, nih buat kamu—" Adnan menerima gelas berisi kopi itu dengan senang hati setelah mengucapkan terimakasih.
"Ngga biasanya kamu kesini ngga ngasih kabar" ucap Adnan. Dia meletakkan gelasnya dan duduk di seberang Talita.
"Aku udah denger permintaan Kakek" jawab Talita.
Adnan menghembuskan nafas pelan mengingat keinginan si tua bangka itu yang semakin mempersulit hidupnya.
"Kamu ngga usah pikirin itu, kita ngga perlu sejauh itu—"
"Aku mau!" potong Talita cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
everything, in time.
FanfictionAdnan Juan, namanya berhembus kencang beberapa bulan belakangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Muda dan menyenangkan, kata sebagian besar Mahasiswa dan Dosen disana. Tapi tidak bagi Alister, karena nama lelaki tersebut entah kenapa mampu membuatnya...