Bagian 14

260 44 93
                                    

Adnan membelah jalanan dengan mobil mewahnya. Alister duduk tenang disamping lelaki itu sambil menautkan genggaman tangan mereka. Setelah kejadian beberapa waktu lalu, mereka menjadi semakin dekat. Walaupun Alister tidak memberi jawaban dan memberi penolakan juga. Hubungan mereka mengalir begitu saja. Mereka secara naluriah saling mendekat dan mengisi kekosongan satu sama lain. Bahkan kini Adnan juga lebih sering mengunjungi dirinya di rumah, tidak lagi sekedar bertemu di kampus. Seperti sekarang, mereka sedang di jalan menuju tempat penjual ketoprak yang sempat Alister rekomendasikan. Baru kali ini mereka sempat untuk mencobanya.

Adnan menjemputnya pagi-pagi sekali, katanya takut kehabisan karena hari ini libur.

"Al, besok senin sampe rabu kamu ngga usah bikin bekal makan siang buat Aku ya" ucap Adnan tanpa menoleh.

Alister mengerutkan keningnya, "Kenapa?" tanyanya penasaran. Karena walaupun Adnan mempunyai jadwal di luar kampus, dia akan tetap membuatkan bekal untuk lelaki itu. Entah dia titipkan pada Alisya atau di berikan sendiri ketika mereka bertemu di parkiran.

"Aku ada kerjaan di luar kota" jawabnya.

"Dimana?"

"Surabaya"

"Acara kampus?"

"Bukan, ada urusan bisnis disana. Aku rencana mau bikin cabang sekolah programer disana"

Alister menganggukkan kepala, dia memang sudah mendengar cabang bisnis milik Adnan yang tidak hanya satu tapi beberapa. Itu sebabnya dia sibuk sekali dan jarang di kampus. Tapi walau begitu, Adnan tetap memberikan performa terbaiknya di kampus. Hasil dari kerja keras Adnan bisa dilihat dari semakin pesat dan banyaknya mahasiswa yang meraih penghargaan di bidang akademik maupun non akademik. Bahkan lebih dari 30 persen, gedung di Fakultas di renovasi menjadi lebih baik. Juga penambah fasilitas seperti stop contact, galon isi ulang dan pembalut khusus perempuan di kamar mandi. Semua hal itu Adnan sendiri yang terjun langsung agar semua tepat waktu

"Sekolah programmer masuknya SMK atau gimana?" tanya Alister.

"Sejenisnya"

"Terus abis itu mereka lanjut kuliah?"

"Sedikit, 70 persen mereka emang langsung kerja di luar. Banyakan di Jepang sama Barcelona karena emang kita juga kasih fokusnya ngga cuma di kemampuan IT-nya tapi juga bahasa" jelasnya. Dia tersenyum menatap Alister yang menganggukkan kepala.

"Jadi kamu sebagai penyalur gitu?"

"Gimana ya jelasinnya. Yang jelas, kita kasih informasi ke mereka. Kita juga fasilitasi jalan kesana. Karena kita juga udah punya kerjasama beberapa perusahaan disana, juga sama pemerintah kita buat mempermudah urusan imigrasi mereka" jelasnya.

"Ada berapa perusahaan yang kerjasama sama kamu?"

Adnan mengerutkan dahi, berfikir sejenak, "Ada sekitar 17an"

"Banyak itu"

"Lumayan"

"Terus dari sekolah yang rekruitment?"

"Iya, tapi biasanya dari sana kasih delegasi sih. Tapi ngga semua perusahaan sama. Kadang ada juga yang kasih kepercayaan ke kita untuk nyeleksi calon pekerjanya, mereka terima beres" terangnya.

"Wih, keren" ucap Alister, Adnan tersenyum karena Alister sudah mulai tertular kosakatanya.

"Atau kita buat sekolah keuangan aja macem STAN?" tanya Adnan.

"Emang bisa?" ucap Alister, dari mimiknya jelas tak percaya.

"Bisa, kamu yang ngajar. Terus nanti kita cari pengajar yang kompeten"

everything, in time. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang