Adnan menatap sedu dari jendela kamarnya yang langsung menghadap taman dimana Alister berjalan gontai menuju mobilnya setelah pertengkaran mereka beberapa menit lalu di dapur.
"Adnan udah hancurin mental Alister. Ibu udah puas?" desisnya pelan. Matanya memanas mendapati Alister menangis menatap kamarnya. Mata lelaki dibawah sana basah, tubuhnya bergetar.
Renata yang berada dibelakang Adnan hanya diam menatap Anaknya yang sedari tadi tak mau turun kembali. Dia juga turut menyaksikan bagaimana seorang Alister yang berhati lembut menangis memohon pada Adnan agar Anaknya itu tidak meninggalkan Alister.
Adnan memutar tubuhnya menatap Renata yang juga mempunyai mata yang lebih tajam dan jernih daripada miliknya.
"Adnan ngga mau lanjutin ini semua" ucap Adnan.
Renata masih diam menatap anak lelakinya satu-satunya. Dia menghela nafas karena sudah tak heran dengan keputusan Adnan yang sudah lama dia prediksi. Dan benar, anak itu meminta menyudahi semua yang sudah mereka mulai. Karena sesuai dengan prediksinya, Adnan mulai jatuh pada Alister.
"Kenapa?"
"Adnan ngga tega sama Alister, Bu..."
"Ngga tega atau karna kamu udah mulai jatuh cinta juga sama anak itu?" tanya Renata retorik.
Adnan membeku di tempatnya, dia tak bisa menimpali apapun karena semua yang Renata ucapkan adalah fakta.
"Dari kapan Ibu tau?" Adnan mengepalkan tangannya.
"Dari awal, Ibu udah yakin kalo kamu akan jatuh cinta sama Alister" ucap Renata kelewat santai.
"Ibu sengaja?"
"Iya"
Adnan semakin mengeratkan rahangnya keras, menahan semua gejolak yang ada di dalam dirinya, "Ibu ngga kaget kalo memang benar iya, karena Alister memang mudah untuk dicintai" sambungnya.
Renata tersenyum amat tipis, dia memang menyukai Alister karena tanggung jawab dan kebaikan lelaki itu. Apalagi melihat bagaimana ketidakberdayaan Alister.
"Dan Alister ngga pantes jadi kambing hitam balas dendam Ibu" ucap Adnan menohok.
Renata menghela nafas pelan, "Jadi kamu mau berhenti?"
"Karena Adnan ngga akan sanggup nyakitin Alister. Ibu bener, Adnan udah jatuh cinta ke Alister" ucapnya yakin.
"Jadi lebih baik Ayahmu yang akan menginjak-injak orang yang kamu sayang?" tanya Renata lagi.
Adnan diam, dia kembali mengingat perlakuan Ayahnya di meja makan. Lelaki itu dengan tanpa hati memojokkan dan mengatai Alister sepanjang makan malam. Dan dia lebih marah lagi pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apapun untuk lelaki yang dia cintai.
"Kamu tau sendiri watak Ayahmu, Nan. Dia ngga akan berhenti memaki Alister dan merendahkan lelaki itu walaupun Alister dan Karin sudah resmi menikah nantinya. Dan mungkin penderitaan lelaki itu akan semakin bertambah"
Ucapan Renata bisa jadi seratus persen benar. Mengingat Hendrik tidak merestui secara keseluruhan hubungan Karin dan Alister. Ditambah Alister yang tak pernah membela diri akan semakin membuat Hendrik berlaku sesuka hati. Membayangkannya saja mampu membuat dia naik darah.
"Alister butuh kamu, pun dengan kamu yang butuh dia..."
Adnan menatap Ibunya dalam, "Tapi bukan begini caranya, Bu"
"Kenapa ngga?"
"Ini akan nyakitin Alister nantinya"
"Justru dengan kamu sama Alister sekarang, Kamu bisa jagain Anak itu dari Hendrik. Dan anggap aja warisan Karin sebagai bonusnya" jelas Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
everything, in time.
FanfictionAdnan Juan, namanya berhembus kencang beberapa bulan belakangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Muda dan menyenangkan, kata sebagian besar Mahasiswa dan Dosen disana. Tapi tidak bagi Alister, karena nama lelaki tersebut entah kenapa mampu membuatnya...