Bagian 28

248 29 12
                                    

Adegan 18+ sudah di upload di twitter yaa seperti biasa❤️

Jika mau baca bagian itu silahkan, kalo ngga juga ngga papa. Karena disana cuma menggambarkan mereka menghabiskan malam bersama untuk terakhir kalinya. Kalian bisa skip bagian itu dan mulai dari bagian dibawah ini. Please, enjoy!!!

*****************************************

Adnan membawa tubuh Alister di gendongannya dengan hati-hati. Lelaki itu kembali tidur setelah mereka sampai di Bandara. Dengan kantuk dan lelahnya pergumulan mereka membuat Alister tak bisa lagi membuka matanya. Sehingga dengan terpaksa di harus menggendong tubuh Alister.

Tak berapa lama dia sampai di kediaman milik Alister. Dia hendak membuka pintu, tetapi pintu didepannya itu terbuka lebih dulu. Lia tersenyum menyambut kedatangan anaknya yang ternyata sudah terlelap di gendongan Adnan.

"Ibu?"

"Masuk, Nak"

Adnan mengangguk lalu langsung melangkah menuju kamar Alister di pojok ruangan. Dengan amat sangat hati-hati dia menidurkan tubuh Alister diatas kasur.

"Ungh..."

"Suttt..."

Adnan menepuk pelan lengan Alister agar lelaki itu kembali nyenyak. Dia mengusap lembut surai Alister. Tersenyum tipis karena ketampanan lelaki itu.

Adnan melepas sepatu Alister. Menyalakan kipas di ruangan itu dan menarik selimut hingga menutupi dada Alister. Memastikan kekasihnya nyenyak dalam tidurnya. Diciumnya hangat dahi Alister dengan penuh kasih sayang.

Adnan melangkah keluar, berjalan kearah Lia yang sedang berada di dapur.

"Ibu belum tidur?" tanya Adnan, dia melirik jam yang menunjukan pukul 3 dini hari. Terlalu pagi untuk beraktivitas.

"Tadi kebangun, Nak" ucap perempuan itu. Lia memberikan satu gelas berisi teh hangat untuk Adnan yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

"Makasih, Bu"

Lia mengangguk pelan, tersenyum hangat seperti teh di tangannya.

"Gimana liburan kalian?" tanya Lia.

"Seru, Bu. Kapan-kapan Juan ajak Ibu liburan ya. Kemarin mau ajak Ibu takutnya Ibu kecapean karna cuma sebentar" jelas Adnan.

"Terimakasih, Nak"

Adnan menatap Lia dengan rasa bahagia. Lia sudah seperti Ibu keduanya. Bahkan dia menemukan kelembutan dan kebaikan yang sudah lama tidak dia rasakan dari Ibunya sendiri. Lia adalah sosok perempuan yang halus dan bijaksana. Beberapa kali Adnan juga mendapat wejangan yang menenangkan dari perempuan itu. Dan hal inilah yang juga menjadi keyakinannya untuk mempertahankan Alister apapun yang terjadi.

"Nak, Juan. Ibu mau mengucapkan terimakasih banyak karna kamu udah mau menerima Alister dengan suka cita" ucap Lia, air muka perempuan itu berubah sedih.

"Bu..."

Lia mengusap air matanya cepat, tersenyum menenangkan Adnan bahwa dia baik-baik saja.

"Alister... Anak itu udah cukup menderita selama ini... dan Ibu adalah salah satu alasan kenapa hal itu bisa terjadi" ucap Lia. Sebagai Ibu, tentu dia merasa gagal merawat Alister dengan baik. Lelaki itu tumbuh dengan sendirinya. Kokoh karena pijakannya sendiri. Bukan karena orang lain, apalagi dirinya.

"Ibu bisa lihat kalo Alister punya bahagianya kembali setelah ada kamu, Ibu turut senang Nak"

Adnan menekan rahangnya agar air matanya tak ikut mengalir.

"Ibu bahkan terharu setiap mendengar dia tertawa saat bareng sama kamu di rumah ini. Ibu ngga bisa menjabarkan bagaimana terimakasih Ibu atas hadirnya kamu di keluarga kami. Terimakasih banyak" ucap Lia tulus.

Adnan diam tak berkutik, dia sudah berjalan sejauh ini hingga menyebabkan perempuan setulus Lia berbaik sangka padanya.

Adnan menatap nanar jemarinya yang digenggam oleh Lia.

"Ibu cuma minta, tolong jangan sakiti Alister ya, Nak. Ibu ngga akan sanggup kalo harus lihat dia jadi Alister yang dulu lagi" ucap perempuan itu.

"Kalo suatu saat nanti Alister berbuat salah, tolong dimaafkan" lanjutnya.

Adnan tak bisa menghindar lebih jauh lagi dari kenyataan bahwa suatu saat dia akan menyakiti Alister. Perkataan yang keluar dari mulut perempuan didepannya telak membuatnya sadar bahwa banyak manusia yang berharap padanya. Tidak hanya untuk Alister, bahkan Lia juga merasakan ketakutan yang sama. Perempuan itu mempunyai pengharapan yang sama besarnya.

Jika sudah sejauh ini, lalu kemanakah dia akan berlari mencari pembelaan? kemana dia harus mencari jalan keluar selain meninggalkan Alister sekarang? Jika bukan sekarang, lalu sampai kapan? sampai kapan dia akan terus bersikap baik dengan tujuan yang sangat picik.

"Nak, Ibu percayakan kebahagiaan Ali kepada kamu"

TBC!!!

everything, in time. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang