Bagian 13

261 43 68
                                    

Adnan berjalan mengekor di belakang Alister yang sibuk melihat-lihat tapi tak meletakkannya di keranjang belajar. Tapi berbeda dengan Adnan yang mengambil apapun yang biasa Ibunya ambil ke dalam troli tanpa tau apa fungsi dari benda itu.

"Kamu mau sekalian belanja buat di Apartemen?" tanya Alister menatap keranjang dorong mereka yang sudah berisi setengahnya. Alister mengerutkan kening karena lebih banyak barang yang dia tak familiar dengan gunanya. Tentu saja, dia hanya menggunakan bumbu dasar untuk masak sehari-hari, dan bumbu yang diambil Adnan adalah bumbu-bumbu tambahan yang dia tak tau.

"Ngga, ini buat kamu" ucap Adnan, dia kembali mengambil kotak berisi daging dengan merek yang Ibunya biasa gunakan.

"Ju—"

"Ya?"

Alister menghela nafas pelan, "Aku ngga butuh itu semua"

"Loh kamu masak kan? Ibuku biasa pake ini kalo masak" ucap Adnan karena memang dia mengambil apapun berdasarkan apa yang biasa orang rumahnya gunakan.

"Aku cuma masak sayur biasa, ngga butuh bubuk-bubuk sebanyak ini" ucapnya sambil memegang berbagai perbumbuan instan yang berada disana.

"Lagian ini mahal" ucapnya lagi ketika tak sengaja membaca label harganya. Satu botol saja mencapai 70 ribu.

"Terus gimana dong?" tanya Adnan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Alister menatap lelaki itu lekat.

"Kamu balikin aja, aku ngga biasa pake begituan takutnya malah mubazir" ucapnya

"Sebanyak ini aku balikin?" tanya Adnan tak percaya. Mereka sudah memutari banyak tempat untuk mendapat sebanyak ini.

"Ya kalo ngga mau balikin, Kamu bawa aja ke rumah kamu"

"Ya udah gitu aja daripada aku ribet balikinnya"

Alister menggelengkan kepala tak habis pikir kedang tingkah Adnan yang diluar perkiraan. Lelaki itu memilih mengeluarkan uang banyak ketimbang mengembalikan barang mereka.

Alister berbalik lalu kembali melangkah mencari apa yang dia butuhkan untuk satu minggu kedepan. Karena minggu berikutnya dia sudah mendapat gaji lagi.

Langkahnya terhenti, dia mengambil kecap dengan ukuran sedang lalu meletakkannya di keranjang. Dia juga mengambil beberapa jenis sayuran, nafasnya di hembuskan karena melihat harga yang tertempel. Jika mereka berbelanja di pasar pasti dengan harga yang sama dia bisa membawa satu keranjang.

Mereka lalu berjalan menyusuri konter perdagingan. Alister mengambil beberapa potong paha ayam dan dada. Lalu beralih pada konter berisi banyak hewan laut dan air tawar.

"Ikan ini kamu bisa makan?" tanya Alister menunjuk pada ikan di dalam etalase.

"Bisa, aku bisa makan apa aja, Al" jawabnya.

"Ibu jago banget masak ikan pepes ini" ucap Alister sambil memasukkan dua ekor ikan berukuran sedang kedalam plastik.

"Ikan pepes?" tanya Adnan tak yakin, dia mengingat bentuk ikan pepes yang dimaksud.

"Iya, cara masaknya di tream pake daun pisang"

"Oh tau tau, tapi aku udah lama banget ngga makan itu"

"Iyalah, di London mana ada" timpalnya. Dia meletakkannya di keranjang yang ternyata sudah cukup banyak.

"Cumi nih, ambil dua cukup ngga?" tanya Adnan.

Alister segera menahan tangan Adnan yang hendak mengambil cumi-cumi dengan ukuran besar itu.

"Kenapa?"

everything, in time. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang