Istrinya Mas Adnan...
Kalimat itu terus berdengung di telinganya. Dunia di sekelilingnya seperti berhenti bergerak seketika. Dia terasa terhimpit di sebuah ruangan yang gelap gulita tanpa pencahayaan sama sekali. Sesak mencekik kewarasannya yang hampir hilang.
"Kak!"
Alister seperti tersengat, ditarik paksa kembali pada aksi nyata disekitarnya. Dia mengerjapkan matanya menatap perempuan yang sudah menyodorkan tangannya.
"Kak, itu Mbak Talita mau kenalan" ucap Karin karena tunangannya hanya menatap tangan Talita yang terulur.
Alister dengan susah payah menerima tangan tersebut untuk dia jabat. Senyumnya kaku karena dipaksakan.
"Ali"
"Talita. Kamu tunangannya Karin, kan?" tanya perempuan itu lembut.
Alister yang sudah tak lagi bisa mengeluarkan suaranya hanya bisa mengangguk.
"Akhirnya kita bisa ketemu. Karin suka sekali cerita tentang kamu"
Alister lagi-lagi hanya diam tak berkutik. Kepalanya terlalu penuh untuk menerima fakta sebesar ini. Fakta bahwa ternyata Adnan sudah mempunyai Istri dan dialah selingkuhan yang sebenarnya.
"Kenalannya nanti lagi, ayo kita mulai makan malamnya" ucap Kevin.
Perempuan bernama Talita itu mengangguk. Dengan sangat anggun dia berjalan menuju kursi disamping Adnan. Matanya menatap tajam pada Adnan yang dengan sangat gentle menarik kursi dan mempersilahkan wanita itu untuk duduk. Hatinya pedih mengetahui bahwa tidak hanya dirinya yang diperlakukan baik oleh Adnan, tapi juga istrinya. Atau mungkin bahkan Adnan lebih baik dalam memperlakukan istrinya ketimbang dirinya.
Adnan dengan telaten mengambilkan lauk dan sayur pada piring istrinya. Mereka saling melempar senyum mengucapkan terimakasih. Bahkan Adnan memberikan usapan lembut di lengan perempuannya.
"Kamu di Jakarta sampe kapan, Ta?" tanya Renata di tengah makan malam mereka yang baru saja dimulai.
"Sampe Adnan mau balik ke London, Bu" ucap Talita dengan senyum menawan. Alister gusar karena dia tak tau sebelumnya jika Adnan berniat untuk kembali ke London. Dia pikir lelaki itu akan menetap di Jakarta untuk seterusnya.
"Kalian sudah menikah 3 tahun tapi tidak juga kasih Ayah cucu" ucap Hendrik. Alister bisa melihat raut muka pasangan suami istri didepannya ini berubah keruh.
"Jaga mulut kamu, Hendrik" ucap Kevin keras.
Alister menatap Adnan yang sudah mengeraskan rahangnya. Dia hampir saja menangis menatap lelaki itu karena rindu yang dia pupuk beberapa hari belakangan.
Tiga tahun...
Alister mengeratkan pegangannya pada sendok dan garpu ditangannya. Dengan sekuat hati dia menahan gejolak yang bisa kapan saja meledak di dadanya. Bagaimana mungkin selama mereka dekat, dia tak mengetahui status pernikahan Adnan yang bahkan sudah berjalan tiga tahun. Dia tentu harus memberikan tepuk tangan pada keahlian Adnan yang menutupi fakta sebesar itu. Atau dirinyalah yang harus memaki diri sendiri karena ketololan dan kenaifan yang dia miliki.
"Maaf, Yah. Tapi kita masih berusaha untuk program. Adnan juga udah nemuin Rumah Sakit yang bagus disini" ucap Talita, dia menatap Adnan dengan penuh cinta. Pun dengan Adnan yang mengangguk pelan. Dia membawa tangan perempuan itu untuk dikecup mesra.
Hati Alister kembali remuk karena semua yang terjadi didepannya nyata, tak hanya halusinasinya.
"Karin ngga sabar dapet ponakan yang lucu-lucu" ucap Karin."Kenapa ngga secepatnya menikah aja sama Ali? biar kamu bisa bikin sendiri" ucap Talita tertawa kecil.
"Aku sih mau, tapi Kak Ali ngga mau kalo Aku belum lulus. Lagian Ayah juga masih belum bolehin" keluh Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
everything, in time.
FanfictionAdnan Juan, namanya berhembus kencang beberapa bulan belakangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Muda dan menyenangkan, kata sebagian besar Mahasiswa dan Dosen disana. Tapi tidak bagi Alister, karena nama lelaki tersebut entah kenapa mampu membuatnya...