"Berhenti disini, pak" Ucap Singto sehingga membuat sopir Krist menghentikan mobilnya.
"Apa disini rumah mu?" Tanya Krist.
"Ya, terima kasih sudah mengantar ku pulang" Ucap Singto sambil melepas seat belt yang di pakainya.
Melihat Singto keluar dari mobil, Krist juga ikut keluar.
"Apa kamu tak pulang?" Tanya Singto heran.
"Aku hanya ingin mengantar mu sampai rumah" Ucap Krist.
Singto mengangguk, keduanya berjalan menuju rumah sederhana Singto, benar-benar sederhana, Krist bahkan heran apa itu masih bisa di sebut rumah?
"Aku sudah di depan rumah ku sekarang. Silakan pulang" Ucap Singto.
"Apa kamu tak ingin mengajak ku masuk?" Ucap Krist.
Singto berdecak kesal mendengarnya, dia membuka pintu rumahnya kemudian masuk ke dalam.
"Silakan masuk" ucap Singto.
Krist masuk ke dalam, tak ada perabot mahal di sana, rumahnya benar-benar kosong, bahkan kursinya hanya kursi plastik biasa.
"Rumah mu tampak sepi" Ucap Krist.
"Aku tinggal sendiri disini" Ucap Singto.
"Huh... Benarkah? Dimana orang tua mu? Atau saudara mu mungkin?" Tanya Krist penasaran.
"Sudah meninggal dunia, dan aku hanya anak tunggal" Ucap Singto.
Krist sangat prihatin mendengar itu, bagaimana bisa Singto tinggal sendiri selama ini?
"Bagaimana jika kamu ingin makan, dan dari mana biaya sekolah mu?" Tanya Krist yang semakin penasaran.
"Kenapa aku harus menceritakan semuanya pada mu!! Jangan pikir jika aku mau berteman dengan mu, dan sudah melupakan kejadian tadi saat kamu menabrak ku!!" Ucap Singto marah.
Uhh, baiklah. Krist pikir hanya orang kaya yang boleh bersikap sombong, tapi ternyata pria miskin juga boleh sombong.
"Pulang sekarang!!" Ucap Singto sambil menunjukkan pintu keluar.
"B-baiklah. Sekali lagi maafkan aku" Ucap Krist.
Padahal niat Krist baik, dia hanya ingin bertanggung jawab pada Singto karna sudah menabrak Singto tadi, tapi sepertinya Singto tak butuh itu, buktinya dia di usir sekarang. Krist juga ingin berteman dengan Singto, apa itu salah? Bahkan orang yang berada sangat jauh di bawahnya sepertinya enggan berteman dengannya.
Ya, Krist memang tak mempunyai teman yang bisa dia anggap benar-benar teman. Sebenarnya Krist ingin berteman dengan Singto tapi sepertinya Singto juga tak mau di anggap teman olehnya.
****
Pagi-pagi sekali Krist sudah berangkat ke sekolah, tentunya menggunakan motor miliknya. Kejadian kemarin tak membuat Krist takut untuk mengendarai motor, menabrak orang sesekali adalah bagian awal dari lancarnya dia mengendarai motor, itu yang ada di benaknya.Krist berdiri di depan gerbang sekolah sejak tadi hanya untuk menunggu kedatangan Singto. Ya, dia ingin memastikan jika Singto memang sudah baik-baik saja.
"Apa Singto sudah datang, pak?" Tanya Krist pada satpam yang berdiri tak jauh darinya
"Singto, siapa?" Ucap satpam.
Apa Krist pikir dia hapal dengan semua nama murid di SMA mereka?
"Pria yang ku tabrak kemarin" Ucap Krist.
"Entahlah, aku tak memperhatikan itu" Ucap satpam.
Krist mengangguk paham, dia berjalan pergi dari sana, mencari kelas Singto dengan memasuki kelas 3 satu persatu, dia bahkan bertanya pada setiap siswa yang di temuinya namun tak ada yang mengatakan mengenal Singto.
YOU ARE READING
Innocent Love ✓
FanfictionPertemuan awal penuh rasa kesal, lama-lama rasa tak biasa mulai hadir, akankah keduanya bisa bersatu? Apa lagi banyak perbedaan di antara mereka. *Top Krist, Bot Sing, M-Preg.