Part 4

338 57 18
                                    

Sudah 3 hari Singto ijin tak masuk sekolah, dan juga tak masuk bekerja, akhirnya sekarang dia benar-benar sehat.

Percayalah jika selama 3 hari ini Krist benar-benar bertanggung jawab dengan setiap hari ke rumah Singto, membawakan Singto makanan untuk dia makan.

Pagi-pagi sekali Krist sudah berada di depan rumah Singto, dengan motornya tentunya, Krist sengaja menjemput Singto untuk pergi sekolah bersama.

Baiklah, ini kali kedua Singto di bonceng oleh Krist, Singto masih sangat ragu untuk naik ke atas motor Krist karna dia masih belum sepenuhnya percaya dengan kemampuan Krist mengemudikan motor, tapi bagaimana bisa Singto menolak jika Krist terus memaksanya sejak tadi.

"Apa kamu mau ku antar dan ku jemput setiap hari?" Tanya Krist.

Kini Krist sudah menjalankan motornya untuk pergi ke sekolah. Singto mengerenyitkan dahinya saat mendengar itu, kenapa tiba-tiba?

"Huh?" Gumam Singto tak yakin dengan apa yang di dengarnya tadi.

Ayolah mereka tidak terlalu dekat sehingga membuat Krist harus mengantar dan menjemput dia ke sekolah setiap hari.

"Ya, sekalian aku menguji kemampuan ku mengendarai motor, itu sebabnya aku ingin mengantar dan menjemput mu setiap hari" Ucap Krist.

"Tak perlu" Ucap Singto.

"Baiklah" Ucap Krist.

Akhirnya motor Krist tiba di sekolah, dia langsung menjalankan motornya menuju tempat parkir khusus motor.

Disana Krist bertemu dengan Jane dan Natt yang sepertinya baru saja tiba.

"Ahh, kamu sudah menemukan pengganti Jane sekarang, Krist?" Ucap Natt saat melihat Krist dan Singto.

"Baguslah, itu artinya aku tak perlu khawatir kekasih ku di rebut oleh mu" Ucap Natt.

Krist menatap kesal pada Natt, apa Natt berpikir jika dia gay?

"Dia hanya teman ku! Dan untuk Jane, aku masih tetap menyukainya dan masih berniat ingin merebut dia dari mu!" Ucap Krist secara terang-terangan.

"Natt, ayo pergi" Ucap Jane sambil menarik tangan Natt agar segera pergi dari sana.

"Siapa mereka?" Tanya Singto yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Apa wanita tadi cantik?" Tanya Krist dengan senyum cerahnya.

"Tidak" Ucap Singto.

"Ku pikir kamu harus memeriksa kesehatan mata mu" Ucap Krist dengan nada sinis.

Krist langsung pergi dari sana dengan di susul oleh Singto.

"Mata ku sehat, buktinya aku tak menggunakan kaca mata. Wanita tadi benar-benar jelek" Ucap Singto.

"Berhenti mengatakan dia jelek, dia wanita yang ku sukai" ucap Krist.

"Bukankah harusnya kamu yang harus memeriksa mata mu? Ku pikir min di mata mu bertambah" Ucap Singto dengan nada mengejek.

"Mata ku memang minus, tapi aku tetap bisa membedakan mana yang cantik dan jelek! Apa kamu tahu alasan aku belajar mengendarai motor karna wanita tadi? Aku sangat ingin menjadikan dia kekasih ku dan membonceng dia menggunakan motor ku suatu saat nanti" Ucap Krist.

"Hah?" Ucap Singto tak percaya.

"Ya" Ucap Krist yakin.

Singto ingin mengeluarkan suaranya lagi namun dia memilih untuk diam sekarang, kenapa dia harus peduli pada Krist?

"Terserah. Aku ingin ke kelas ku" Ucap Singto.

"Apa kita berteman mulai sekarang?" Ucap Krist membuat Singto menghentikan langkahnya.

Sejak kemarin Krist adalah satu-satunya orang yang selalu ingin berteman dengannya, padahal Singto pikir tak ada yang special darinya, dia juga bukan orang kaya seperti Krist, mungkin Krist ingin berteman karna masih merasa bersalah karna menabrak dirinya waktu itu.

"Jika kamu ingin mempunyai teman seperti ku, kita berteman" Ucap Singto sambil tersenyum.

"Apa maksud mu teman seperti mu? Aku tak peduli kamu seperti apa, kamu teman ku!" Ucap Krist sambil merangkul pundak Singto.

Apa seperti ini rasanya mempunyai seorang teman? Selama 3 tahun sekolah, baru kali ini Singto mempunyai teman.

"Terima kasih" Ucap Singto.

"Nanti jam istirahat ku traktir makan siang di kantin" Ucap Krist.

"Tak perlu, aku membawa bekal makan siang tadi, jika kamu ingin bertemu aku, kamu bisa mencari ku di taman sekolah" Ucap Singto.

"Ya, aku akan menemui mu nanti" Ucap Krist.






*****
Bel berbunyi petanda pelajaran telah usai, sekarang jam istirahat. Krist memasukan bukunya ke dalam tasnya, kemudian dia berjalan menghampiri Jane.

"Ayo ke kantin bersama" Ucap Krist.

"Aku ingin ke kantin bersama Natt" ucap Jane.

"Sesekali bersama ku Jane, ayolah" ucap Krist memohon.

"Tidak, Krist. Berhenti mengejar ku!! Ku pikir semenjak kehadiran pria itu di hidup mu kamu akan berhenti mengganggu ku!" Ucap Jane kesal.

"Pria, pria yang mana?" Ucap Krist bingung.

"Pria yang bersama mu di tempat parkir tadi" Ucap Jane.

"Dia hanya teman ku, Jane" Ucap Krist.

Bagaimana bisa Jane juga memikirkan hal yang sama seperti Natt tadi, apa mereka tak melihat jika Singto adalah pria sama seperti dia!

Jane hanya tersenyum menanggapinya kemudian pergi meninggalkan Krist.

Krist berjalan ke kantin sendiri, dia membeli beberapa cemilan, juga minuman kemudian membawanya ke taman sekolah. Krist mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Singto.

Terlihat Singto tengah duduk di sebuah kursi dengan kotak bekal makanan di pangkuannya sedangkan tangan kanannya memegang buku. Krist menghampiri Singto, dia menyimpan semua yang di belinya tadi di atas meja hadapan Singto.

"Apa kamu menunggu lama?" Tanya Krist.

"Tidak, aku juga tak berharap jika kamu benar-benar akan menemuiku disini" Ucap Singto

Ya, dia bahkan tak menyangka jika Krist benar-benar akan menemuinya.

"Lihat mereka" ucap Krist sehingga membuat Singto mengalihkan pandanganya dari buku miliknya.

Tak jauh dari mereka ada Natt dan Jane yang sedang duduk bersama.

"Bagaimana cara mendapatkan hati seorang wanita?" Tanya Krist tanpa mengalihkan tatapannya dari Natt dan Jane.

"Kamu sangat menyukainya?" Tanya Singto.

"Ku pikir aku juga mencintainya, bukan hanya sebatas suka" Ucap Krist.

Singto menatap Krist yang berada di sampingnya, Krist terlihat tampan, hanya saja setiap hari dia menggunakan kaca mata karna matanya minus.

Tiba-tiba Singto melepas kaca mata Krist sehingga membuat Krist reflek menatap Singto.

Tatapan keduanya bertemu, kenapa Singto merasa Krist sangat tampan sekarang.

"Kamu lebih baik tanpa kaca mata" Ucap Singto.

"Kamu terlihat buram di mata ku" Ucap Krist sambil merebut kaca matanya dari Singto dan memakainya kembali.

"Apa kamu mau?" Tanya Singto.

Krist melihat bekal makanan Singto, dia mengangguk sehingga membuat Singto reflek menyuapi Krist dan Krist juga langsung membuka mulutnya menerima suapan dari Singto.

Percayalah beberapa siswa yang tanpa sengaja melihat itu mulai berbisik-bisik membicarakan Krist dan Singto, sedangkan mereka terlihat tak menyadari itu dan terus makan bersama hingga bekal yang di bawa Singto habis.














Tbc.

Innocent Love ✓Where stories live. Discover now