Sekarang sudah jam 1 siang namun Singto masih berada di rumah Krist. Tay hanya mengajari Krist 2 jam tadi karna Tay mengatakan akan berkencan dengan kekasihnya, apa lagi sekarang hari minggu, Tay pasti lebih ingin berkencan dari pada mengajari Krist mengendarai motor.
Sejak tadi Krist dan Singto berada di kamar Krist, mereka bermain game.
"Yes!! Aku menang lagi!!" Ucap Singto sambil tertawa mengejek Krist.
"Cih, itu karna aku sengaja mengalah padamu" Ucap Krist.
"Benarkah, huh?" Ucap Singto mengejek.
Sejak tadi mereka bermain, Krist memang selalu kalah, apa Singto harus percaya jika Krist sengaja mengalah untuknya?
"Ya, ayo main lagi" Ucap Krist yang masih tak terima akan kekalahannya.
"Tidak, aku lelah. Kapan kamu mengantar ku pulang?" Ucap Singto sambil melepas stick game yang di pegangnya.
"Nanti malam" Ucap Krist.
"Apa kamu lupa aku harus bekerja jam 3 sore nanti?" Ucap Singto.
"Main sekali lagi, aku benar-benar akan mengalahkan mu kali ini" Ucap Krist.
"Jika aku menang lagi, apa aku boleh meminta hadiah?" Tanya Singto.
"Apapun itu, dan jika aku menang, apa aku juga boleh minta hadiah padamu?" Ucap Krist.
"Ya" Ucap Singto.
Permainan di mulai, Krist dan Singto mulai larut dalam permainan mereka.
"Yes!! Aku menang!!" Teriak Krist bahagia.
"Krist kamu curang!" Ucap Singto sambil memukul lengan Krist.
"Aku menang, sing!" Ucap Krist.
"Cih, kamu bahkan mengeroyok ku disana!! Apa aku membawa pasukan ku tadi? Kenapa kamu membawa pasukan mu!!!!" Ucap Singto.
"Bukankah tak ada peraturan tidak boleh membawa pasukan?" Ucap Krist
"Baiklah, apa yang kamu inginkan? Jangan meminta sesuatu yang mahal" ucap Singto mengalah, dia hanya ingin segera pulang, Singto takut akan terlambat berangkat bekerja nanti.
"Aku tak akan meminta itu. Aku ingin sesuatu yang lebih penting" Ucap Krist sambil menatap wajah Singto.
"Apa?" Tanya Singto.
Krist tersenyum menatap wajah Singto sehingga membuat Singto sedikit gelagapan, kenapa Krist terus menatapnya sejak tadi?
"Aku..." Ucap Krist sambil mendekatkan dirinya pada Singto.
Jantung Singto berdetak kencang saat Krist semakin dekat. Kenapa, ada apa, apa yang akan Krist minta?
"Sing..." Ucap Krist.
"Hmm?" Gumam Singto.
Krist menggenggam tangan Singto sehingga membuat Singto semakin gugup, pipinya bisa di pastikan merah bak kepiting rebus sekarang.
"Hey, kenapa wajah mu memerah?" Ucap Krist yang menyadari itu.
Krist mengusap pipi Singto sehingga membuat jantung Singto terasa berhenti berdetak, tatapan keduanya bertemu, Krist tersenyum menatap Singto, sebelah tangannya masih betah menggenggam tangan Singto sejak tadi, dan tangan kanannya mengusap pipi Singto yang memerah.
"Bisakah aku meminta tolong bantu aku mendekati Jane?" Ucap Krist.
*Deg... Entah kenapa itu terdengar menyakitkan. Singto reflek menarik tangannya yang di genggam oleh Krist.
"Ku mohon" Ucap Krist sambil menggenggam tangan Singto lagi.
Singto menarik tangannya sekali lagi dari genggaman Krist, dia menganggukkan kepalanya.
"Aku akan membantu mu" Ucap Singto.
"Terima kasih!! Terima kasih, Sing" Ucap Krist bahagia.
Krist memeluk tubuh Singto, dia benar-benar bahagia mendengar itu, sedangkan Singto hanya diam, tak berekasi apapun.
"Ayo ku antar pulang" ucap Krist, mengingat jika jam 3 nanti Singto harus bekerja.
Singto hanya mengangguk, keduanya beranjak dari duduk mereka dan berjalan keluar dari kamar Krist.
*****
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Krist sudah menjemput Singto di rumahnya. Akhir-akhir ini Krist memang sering menjemput Singto agar mereka bisa berangkat sekolah bersama, singto juga tak pernah menolak jika Krist menjemputnya."Tolong beritahu aku langkah awal untuk mendekati Jane" Ucap Krist sambil membuka helmnya.
Saat ini mereka sudah tiba di tempat parkir sekolah mereka.
"Ubah penampilan mu, minta papa mu untuk membawa mu ke dokter dan memeriksa mata mu, lalu minta dokter membuatkan mu soflens yang sesuai dengan kebutuhan mata mu agar kamu tak menggunakan kaca mata lagi" Ucap Singto.
"Kenapa kamu selalu membahas kaca mata ku!" Ucap Krist.
"Percayalah jika kamu lebih tampan jika tanpa kaca mata, Krist" Ucap Singto.
"Baiklah. Aku akan bicara dengan papa nanti" Ucap Krist.
"Apa kamu sudah mengajaknya pulang bersama?" Tanya Singto.
"Setiap hari aku melakukan itu, namun di tolak" Ucap Krist.
"O-oh..." Gumam Singto.
"Ajak lagi nanti, atau jika kalian mempunyai tugas, ajak dia mengerjakan tugas bersama" ucap Singto.
"Akan ku coba. Jam istirahat bertemu dimana?" Tanya Krist.
"Aku pasti akan ke taman biasa tempat aku makan" Ucap Singto.
"Baiklah, aku akan menghampiri mu disana nanti" Ucap Krist.
Singto mengangguk, kemudian Krist berjalan menuju kelasnya sendiri.
Tbc

YOU ARE READING
Innocent Love ✓
FanfictionPertemuan awal penuh rasa kesal, lama-lama rasa tak biasa mulai hadir, akankah keduanya bisa bersatu? Apa lagi banyak perbedaan di antara mereka. *Top Krist, Bot Sing, M-Preg.