Part 22

316 59 13
                                    

Singto memeluk Krist yang duduk di sampingnya, dia tahu Krist sepertinya sedang memikirkan banyak hal. Krist terus diam sejak tadi padahal Krist sendiri yang mengatakan ingin bertemu dengan Singto.

Singto juga tak mengeluarkan suaranya, dia lebih memilih untuk ikut diam dari pada harus bertanya apa penyebab Krist terus diam.

Singto memeluk erat lengan Krist, sedangkan Krist mengusap rambut Singto sekarang. Krist memegang dagu Singto membuat Singto menatap Krist. Perlahan Krist menyatukan bibir mereka. Krist mencium bibir Singto dan Singto langsung membalas ciuman Krist, mereka saling melumat dengan penuh perasaan, tangan Singto meremas bagian bawah Krist sehingga membuat Krist langsung menyudahi ciuman mereka.

"Kita di tempat umum sekarang" ucap Krist.

"Kenapa? Aku hanya ingin memegangnya" Ucap Singto sambil meremas penis Krist yang masih terbungkus celananya.

"Kenapa kamu semakin hari semakin nakal, hmm" ucap Krist sambil menggenggam tangan Singto agar tak meremas miliknya lagi.

"Aku hanya ingin, sudah lama kita tak melakukannya" ucap Singto.

"Nanti kita ke hotel, sekarang aku masih ingin disini bersama mu" ucap Krist.

Singto cemberut mendengarnya, Krist mencium kening Singto singkat dan kembali menatap lampu-lampu taman, kembali berperang dengan isi kepalanya sendiri.

Saat ini mereka sedang berada di taman tepi jalan, duduk di sebuah kursi, karena bingung harus kemana lagi setelah makan malam bersama. Awalnya Singto mengajak Krist untuk langsung pulang, tapi Krist menolak, dia masih ingin bersama Singto, hingga disinilah mereka sekarang, duduk di taman tepi jalan sambil melihat lampu-lampu jalan, dan banyak kendaraan yang lewat.

"Krist" Ucap Singto.

"Hmm"

"Bagaimana jika papa mu tidak merestui hubungan kita?" Ucap Singto.

Sejujurnya Singto mulai curiga jika papa Krist tidak merestui hubungan mereka, itu terlihat jelas dari Krist yang tak pernah membawa Singto ke rumahnya lagi.

"Papa pasti akan merestui hubungan kita, sayang. Akan ku pastikan itu"Ucap Krist.

"Jika tidak?" Ucap Singto.

"Pasti di restui, secepatnya kita akan menikah" Ucap Krist.

"Bagaimana jika tidak" Ucap Singto lagi.

"Tidak mungkin tidak. Aku akan memastikan papa akan merestui hubungan kita, dan kita akan menikah secepatnya"

"Dan apa kamu siap jika kita tak akan punya anak nanti?" Ucap Singto.

"Ya, aku siap. Aku tak terlalu menginginkan anak. Yang ku mau hanya kamu, kamu yang menemaniku hingga aku tua nanti" Ucap Krist.

Singto tersenyum mendengarnya, Krist mencium punggung tangan Singto, setelah itu Singto mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Krist.

Keduanya saling melumat penuh cinta, Singto mengalungkan tangannya di leher Krist memperdalam ciuman mereka.

"Apa kamu benar-benar menginginkan itu sekarang" bisik Krist.

Terlihat dari cara Singto menciumnya sepertinya Singto sedang horny sekarang.

"Bukankah sudah lama kita tak melakukannya" ucap Singto sambil memainkan jarinya di dada Krist, membentuk pola abstrak di sana.

Singto membuka tiga teratas kancing kemeja Krist, dia mendekatkan wajahnya ke dada Krist, mencium dada Krist, menghisap dan menjilatnya hingga menghasilkan bekas merah kebiruan di sana.

"Milik ku" Ucap Singto sambil mengusap bekas kiss mark di dada Krist.

"Ya, aku milik mu. Ayo pergi" bisik Krist.






******
Sinar matahari menembus kaca kamar membangunkan Krist dari tidurnya, Singto masih betah terlelap di samping Krist dengan tubuh polosnya.

"Sayang" Ucap Krist membangunkan Singto.

"Hmm?"

"Aku ada jadwal operasi jam 3 sore nanti, ayo pulang" ucap Krist.

"Jam berapa sekarang, Krist?" Ucap Singto.

"Jam 1"

"Aku masih lemas" Ucap Singto.

"Baiklah, beristirahat sebentar" ucap Krist.










*****
Jam 2 Krist tiba di rumahnya setelah dia mengantar Singto pulang, Krist langsung berjalan ke kamarnya membersihkan diri dan bersiap untuk ke rumah sakit.

"Papa perhatikan kamu semakin jarang pulang sekarang" ucap tuan Edward saat melihat Krist lewat di dekatnya.

Sekarang Krist sudah siap ingin berangkat ke rumah sakit, dia bahkan sudah mengenakan jas dokternya.

"Aku bersama Singto semalam" Ucap Krist.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini, Krist?" Ucap tuan Edward.

"Sampai papa memberi ku restu untuk menikah dengan Singto" Ucap Krist.

"Papa tidak akan pernah merestui hubungan kalian!" Tekan tuan Edward.

"Yeah, maka biarkan aku terus seperti ini" Ucap Krist santai.

"Krist!!"

"Pa, aku lelah membahas hal ini berulang kali" Ucap Krist.

"kamu menjadi pembangkang semenjak berpacaran dengan Singto sekarang" ucap tuan Edward.

"Ku mohon restui hubungan ku dan Singto, pa. Aku sangat mencintainya. Atau, apa papa mau aku menikah dengan Singto meski tanpa restu papa?" Ucap Krist.

"Tidak, Krist!! Jika kamu masih nekat menikah dengannya, jangan pernah anggap papa sebagai papa mu lagi! Bahkan jika papa mati sekalipun nanti, papa tak ingin kamu hadir di pemakaman papa!!" Ucap tuan Edward.

"Pa" Lirih Krist.

"Bagaimana dengan pilihan yang papa berikan waktu itu? Apa kamu sudah mempunyai jawaban sekarang?" Ucap tuan Edward.

"Papa tahu sendiri menjadi dokter adalah cita-cita ku sejak kecil" Ucap Krist.

"Papa tahu itu, Krist. Papa tak ingin mendengar apapun lagi. Cukup beri papa jawaban sekarang, apa yang kamu pilih?" Ucap tuan Edward.

"Beri aku waktu untuk memikirkan semuanya" Ucap Krist.

"Tidak, papa ingin mendengar jawaban mu sekarang" ucap tuan Edward.

"Ya, aku akan berhenti menjadi dokter, minggu depan aku akan mulai belajar tentang bisnis?" Ucap Krist.

"Jadi kamu lebih memilih Singto sekarang? Kamu mengorbankan cita-cita mu sejak kecil demi Singto?" Ucap Tuan Edward.

"Aku mencintai Singto, dia segalanya untuk ku" Ucap Krist.

"Baiklah, papa akan merestui hubungan mu dan Singto. Tepati janji mu, belajar bisnis mulai minggu depan, setelah itu kamu boleh melamar Singto dan menikahinya" ucap ruan Edward.

"Aku akan melakukan itu" ucap Krist yakin.











Tbc.

Innocent Love ✓Where stories live. Discover now