Part 18

330 55 18
                                    

Singto tersenyum saat melihat mobil Krist berhenti di depan rumahnya. Semalam Krist memang sudah mengatakan jika dia akan menjemput Singto dan mengantar Singto bekerja.

Ini hari pertama Singto di jemput oleh Krist dengan status mereka yang berbeda, Krist bukan lagi temannya sekarang, tapi kekasihnya.

"Selamat pagi, pacar" Ucap Krist.

"Tak perlu berlebihan seperti itu" ucap Singto.

Krist membukakan pintu mobil untuk Singto dan mempersilahkan Singto masuk, setelah itu Krist menjalankan mobilnya membelah jalanan.

Jantung keduanya terus berdetak kencang sejak tadi, mereka masih sama-sama malu, apa lagi ini memang kali pertama mereka berpacaran. Krist sebagai cinta pertama Singto, dan Singto sebagai kekasih pertama Krist, meskipun cinta pertama Krist bukan Singto.

"Apa aku boleh meminta kamu untuk menjaga jarak dengan Ohm?" Ucap Krist.

"Aku tak pernah dekat dengannya, Krist" ucap Singto.

"Tapi aku cemburu kamu selalu bersama dia setiap hari di restoran" ucap Krist.

"Ckk, bukankah sudah ku katakan kami hanya teman?" Ucap Singto.

"Kenapa Ohm masih disini? Apa dia tak pulang ke ibunya?" Ucap Krist dengan nada sinis.

"Tak boleh bicara seperti itu, Krist!" Ucap Singto marah.

"Aku takut dia merebut kekasih ku" Ucap Krist sambil menatap Singto.

"Ohm mengatakan dia akan tinggal disini untuk sementara waktu, tak tahu sampai kapan. Mungkin dia masih merindukan ayah dan adiknya" Ucap Singto.

"Aku akan mengusirnya nanti" Ucap Krist membuat Singto reflek tertawa mendengarnya.

Membayangkan Krist mengusir orang untuk segera pergi dari negaranya sendiri? Bagaimana bisa? Krist yang kuasai bumi kah? wkwkkw.

Krist menghentikan mobilnya di depan restoran, sebelum Singto membuka pintu mobil, Krist memegang tangan Singto lebih dulu.

"Kenapa? Apa kamu ingin mencium ku?" Ucap Singto sambil tersenyum manis.

"Jangan ucapkan itu atau aku benar-benar akan mencium mu nanti" Ucap Krist.

"Aku mau di cium" Ucap Singto dengan wajah merahnya.

Krist hanya tersenyum mendengarnya, dia keluar dari mobil, kemudian membukakan pintu mobil untuk Singto.

Singto keluar dari mobil dengan wajah kesalnya. Dia pikir Krist benar-benar ingin menciumnya tadi.

"Jadi kamu memegang tangan ku hanya untuk ini?" Ucap Singto.

"Ya" ucap Krist.

"Terima kasih, tapi aku bisa membuka pintu mobil sendiri!" Ucap Singto.

Singto berjalan masuk ke dalam restoran dengan perasaan kesal.

"Sing..." Ucap Krist yang kini mengejar Singto masuk ke restoran.

"Kenapa masih disini?" Ucap Singto.

"Aku... Aku hanya ingin menagih ucapan mu tadi" ucap Krist.

"Apa?"

Krist mendekatkan dirinya dan mencium bibir Singto sehingga membuat Singto terkejut, apa Krist lupa mereka di dalam restoran sekarang!? Walau restoran belum buka tetap saja ada beberapa waiter dan waitress yang sudah datang.

Krist memejamkan matanya melumat bibir Singto sedangkan Singto masih terpaku diam, mencerna apa yang sedang Krist lakukan sekarang.

"Om Krist, phi Sing!!" Terdengar suara cempreng Namtan sehingga membuat Krist langsung melepas ciumannya.

"Mata ku" ucap Namtan sambil menutup matanya.

"Seharusnya kamu menutup mata mu tadi sebelum aku melepas ciumannya" ucap Krist.

"Benar" ucap Namtan.

Wajah Singto memerah, dia benar-benar malu sekarang!

"Om Krist!! Beraninya om mencium phi Sing!!" Ucap Namtan marah.

"Apa, kenapa? Apa aku salah mencium kekasih ku sendiri?" Ucap Krist dengan nada mengejek.

"H-huh..." Ucap Namtan terkejut.

Mata Namtan memerah mendengarnya, dia memegang dadanya menahan rasa sakit. Ayolah dia baru merasakan jatuh cinta tapi kenapa sudah langsung patah hati?

"Namtan, ayo berangkat sekolah" ucap Ohm yang baru saja datang.

Namtan menatap sinis pada Krist sambil berjalan menghampiri Ohm.

"Om Krist jahat!!" Ucap Namtan sambil mendorong tubuh Krist.

"Kamu benar-benar tak sopan" ucap Ohm menegur adiknya.

Ohm dan Namtan berjalan keluar dari restoran.

"Krist, jam kerja ku di mulai, sebaiknya kamu pergi sekarang" ucap Singto.

"Baiklah. Hati-hati saat bekerja" ucap Krist.

"Kamu juga" ucap Singto.












****
"Sing..." Ucap Ohm membuat Singto menatap ke arah Ohm.

"Ya?"

"Hmm, aku.. aku mendengar dari Namtan... Namtan mengatakan jika dia melihat kamu dan Krist berciuman tadi?" Ucap Ohm.

"M-maaf, Ohm. Harusnya aku melarang Krist mencium ku tadi. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi" Ucap Singto.

"Uhh... Tidak... Maksud ku... Baiklah, kamu tahu sendiri dengan negara kita. Semua orang bahkan berciuman di setiap tempat, dan ya itu hal biasa bagi kita. Aku hanya.. aku hanya ingin bertanya, apa kalian mempunyai hubungan?" Ucap Ohm.

"Ya, aku menjalin hubungan dengan Krist" ucap Singto sambil tersenyum.

"O-oh... Selamat untuk hubungan kalian" Ucap Ohm.

"Terima kasih"

"Aku pergi dulu" ucap Ohm.

Singto hanya mengangguk, kemudian dia melanjutkan pekerjaannya.

Lengan melingkar di pinggang singto membuat Singto menghentikan kegiatannya, dia menatap ke samping Krist memeluk tubuhnya.

Krist mencuri satu kecupan kecil di pipi Singto, baru dia melepas pelukannya.

"Kamu disini?" Ucap Singto.

"Bukankah sudah jam 12, aku ingin makan siang" Ucap Krist.

"Oh, ya"

"Temani aku makan siang" Ucap Krist.

"Aku harus bekerja, Krist" Ucap Singto.

"Ckk, baiklah" Ucap Krist sambil duduk di sebuah kursi.

Singto memberikan buku menu pada Krist namun hanya di lihat oleh Krist tanpa berniat untuk mengambil buku menu itu.

"Harusnya kamu tahu kekasih mu ingin makan apa" Ucap Krist.

Ya, Krist memang selalu memesan makanan yang sama setiap dia ke restoran tempat Singto bekerja, harusnya Singto sudah hapal dengan apa yang di pesannya.

"Mungkin kamu ingin memesan makanan lain, apa tak bosan memakan makanan yang sama setiap hari?" Ucap Singto.

"Tidak" ucap Krist.

Singto hanya tersenyum menanggapinya, dia hendak pergi namun Krist menahan tangannya.

"Kenapa, Krist?" Ucap Singto.

"Aku masih ingin melihat wajah kekasih ku"

"Aku harus bekerja!" Ucap Singto sambil berusaha untuk menarik tangannya, namun masih di genggaman erat oleh Krist

"Pulang bersama ku nanti" Ucap Krist.

"Iya" Ucap Singto baru Krist melepas tangannya.
















Tbx.

Innocent Love ✓Where stories live. Discover now