"Ayo naik" ucap Krist sambil menghidupkan mesin motornya.
Singto menatap ragu, bukankah kemarin dia di tabrak oleh Krist menggunakan motor itu? Bagaimana jika Krist kembali menabrak orang nanti?
"Aku bisa, jangan khawatir" Ucap Krist seakan paham dengan ketakutan Singto.
Singto naik ke atas motor Krist, Krist memegang dua tangan Singto dan melingkarkan tangan Singto ke pinggangnya.
"Agar kamu tak jatuh" Ucap Krist.
Singto memeluk tubuh Krist sambil menyandarkan kepalanya di pundak Krist, dia sangat pusing, itu sebabnya Singto memeluk tubuh Krist agar tak jatuh.
Krist tak menyangka jika orang yang di boncengnya pertama kali menggunakan motor adalah Singto, pria asing yang baru di kenalnya kemarin. Padahal Krist sudah membayangkan orang pertama yang di boncengnya adalah Jane, Jane yang memeluk tubuhnya dari belakang.
Bolehkah Krist bersedih? Kenapa dia malah di peluk oleh seorang pria sekarang?
"Hati-hati Krist" gumam Singto.
"Iya" Ucap Krist.
Terasa tangan Krist mengusap tangan Singto sehingga membuat Singto sedikit takut. Jelas saja, itu artinya Krist mengendarai motor dengan sebelah tangannya sekarang.
Tak ada maksud apapun, Krist hanya berniat untuk menenangkan Singto agar tak takut di bonceng olehnya.
30 menit kemudian mereka tiba di sebuah rumah sakit.
Krist dan Singto berjalan masuk ke sana, Krist mengambil nomor antrian sedangkan Singto duduk di kursi tunggu. Cukup lama menunggu, kini giliran Krist dan Singto yang di panggil.
Dokter mengobati luka Singto, setelah itu menulis resep obat untuk Singto.
"Usahakan tangan mu jangan terkena air dulu, saya takut luka kamu akan infeksi nanti" Ucap dokter.
"Dengar, sing?" Ucap Krist.
Setelah berbicara dengan dokter, kini keduanya keluar dari ruangan dokter. Krist menebus obat Singto di apotik, setelah itu baru mereka pulang.
Sebelum pulang Krist menjalankan motornya ke sebuah tempat makan lebih dulu.
"Kamu pasti belum makan siang" ucap Krist.
"Aku tak selera makan, Krist. Ayo pulang, aku ingin tidur" Ucap Singto.
Terlihat dari wajahnya jika Singto sangat pucat, ya, dia benar-benar lemas.
"Baiklah" Ucap Krist.
Krist menjalankan motornya untuk pulang ke rumah Singto.
"Terima kasih, kamu boleh pulang" Ucap Singto sambil berjalan masuk ke rumahnya.
Meskipun sudah di suruh pulang oleh Singto, Krist tetap masuk ke rumah Singto, dia mengantar Singto hingga kamar.
Singto demam karna Krist, maka dia akan bertanggung jawab dengan merawat Singto hingga benar-benar sembuh.
Singto bahkan tak kuat mengeluarkan suaranya untuk sekedar mengusir Krist, dia merebahkan tubuhnya di ranjang dan tertidur.
Krist mengompres kening Singto, dia juga melepas jaket tebal yang di kenakan Singto, setelah memastikan Singto tidur dengan nyaman, Krist memainkan ponselnya, memesan makanan secara online agar Singto bisa makan saat bangun tidur nanti.
Hampir 2 jam Singto tidur, kini dia terbangun karna merasakan sempit, Singto melihat Krist tidur di sampingnya, wajar saja dia kesempitan, ranjang yang harusnya untuk dia sendiri kini dia harus berbagi dengan Krist.
"Krist..." Ucap Singto membangunkan Krist dari tidurnya.
"Kamu sudah bangun, sing. Apa kamu lapar? Aku sudah memesan makanan tadi" ucap Krist.
"Kenapa kamu belum juga pulang?" Tanya Singto.
Singto melihat jam di dinding yang ternyata sudah hampir jam 6. Papa Krist pasti mencari Krist sekarang.
"Aku ingin memastikan kamu makan lebih dulu baru pulang. Ayo ke dapur, aku akan memanaskan makanan untuk mu" ucap Krist.
Singto mengangguk, keduanya berjalan ke dapur. Di atas meja makan ada piring bekas Krist makan namun belum di cuci.
Singto tak suka melihat sesuatu yang kotor, dia mengambil piring tersebut, ingin mencucinya.
"Apa yang kamu lakukan! Bukankah dokter mengatakan berhati-hati agar tangan mu tak terkena air?" Ucap Krist marah.
"Mencuci piring bekas mu makan" Ucap Singto.
"Biarkan saja. Aku akan menyuruh sopir ku nanti mencucinya" ucap Krist.
"Huh?" Ucap Singto.
"Sekarang sudah malam, aku akan meminta sopir untuk menjemput ku, sebelum aku pulang aku akan menyuruh dia mencuci piring dulu" Ucap Krist sambil menghidangkan makanan yang baru saja di panaskannya di atas meja.
"Aku titip motor ku di rumah mu, aku sedikit ngeri jika harus pulang sendiri menggunakan motor" Ucap Krist lagi.
Ya, itu alasan Krist meminta sopir agar menjemputnya. Krist belum terlalu pandai mengendarai motor, dia hanya takut akan jatuh nanti, apa lagi matanya minus, dia tak bisa melihat dengan jelas saat malam hari.
Terdengar suara pintu rumah di ketuk, itu pasti sopir Krist.
"Silakan makan, aku akan melihat siapa yang datang" ucap Krist.
Singto mengangguk, dia berjalan ke meja makan, dan duduk di kursi yang ada di sana, lalu mulai memakan makanannya. Setidaknya dia sudah baik-baik saja sekarang, tak demam seperti tadi.
Krist datang ke dapur bersama dengan sopirnya.
"Cuci piring itu, pak" Ucap Krist pada sopirnya
"Tak perlu, biarkan saja" Ucap Singto.
"Baiklah, jangan mencuci piring, ingat pesan ku, Sing!" Ucap Krist.
"Hmm" gumam Singto
"Aku pulang dulu" Ucap Krist.
"Ya, terima kasih untuk semuanya" Ucap Singto.
"Itu sudah menjadi kewajiban ku untuk bertanggung jawab merawat mu, kamu seperti ini karna aku" Ucap Krist.
"Hmm" Gumam Singto malas.
Tbc.
Nih cerita sepi banget deh, keknya pada trauma gamau baca takut beneran ga gue selesaiin :(
Guys, neh cerita dah w tulis banyak yaa, jangan takut bakal gue abaikan plssss :(
Oh iyaa, buat yang baca jangan lupa di vote bejirrr, vote klen tuh semangat gueee :(
YOU ARE READING
Innocent Love ✓
FanfictionPertemuan awal penuh rasa kesal, lama-lama rasa tak biasa mulai hadir, akankah keduanya bisa bersatu? Apa lagi banyak perbedaan di antara mereka. *Top Krist, Bot Sing, M-Preg.