Bagian [18]

299 26 4
                                    

Happy Reading
Jangan Lupa
Vote
-
-

Mark kini benar-benar menyesal, andai mungkin jika dia tidak pergi keluar dia pasti melihat orang itu.

Keesokan harinya Mark terus mencari tahu tapi tidak ketemu dan terus melakukannya sampai hari ke lima. Mark sudah benar-benar lelah dan memutuskan tidak akan melakukan itu lagi.

Mark yang kini baru pulang berkerja berjalan gontai menuju lift. Pintu lift sudah siap untuk menutup tapi dengan pergerakan yang cepat Mark menghentikannya.

"Tunggu-tunggu." ucap Mark

Pintu kembali terbuka, Mark yang masih menundukkan kepalanya mengangkat kepalanya

Rasa terkejut datang, perasaan gundah juga muncul. Berbagai macam perasaan muncul secara bersamaan bercampur jadi satu.

Begitu pula dengan pemuda di hadapannya, yang diam termangu menatapnya. Rasa tidak percaya yang kini dia rasakan.

Malam yang gelap itu dengan heningnya lorong menjadi saksi bisu keduanya kembali bertemu.

Setelah kesadarannya kembali Mark masuk kedalam, tersenyum canggung. Mark melirik ternyata angka yang sama sudah di tekan.

Mark masih diam begitu pula Jaemin. Keduanya tidak ada yang ingin memulai percakapan.

Suasana ini begitu sangat canggung. Suara dentingan lift terdengar menandakan sudah sampai di lantai yang sudah di tuju.

Jaemin keluar lebih dulu lalu di susul oleh Mark.

Dengan begitu ragu dan terdengar samar-samar, Mark memanggilnya.
"Jaemin-aah."

Langkah kaki Jaemin benar-benar terhenti. Tubuh itu masih berdiam diri tidak sanggup untuk menoleh ke arah belakang.

Setelah beberapa saat tidak terdengar lagi suara itu, Jaemin memberanikan diri untuk menglangkahkan kakinya.

Mark juga masih terdiam menatap Jaemin yang terus berjalan menjauh darinya.

Jaemin lalu benar-benar lenyap setelah masuk ke dalam salah satu apartemen itu.

Mark menghela nafasnya begitu berat dan melangkahkan kakinya begitu gundah.

Setelah sampai di dalam rumah, Mark memutuskan masuk kedalam ruangan kerjanya.

Mark mengusap wajahnya begitu kasar. Terdiam di dalamnya gelap malam. Pintu terdengar di ketuk beberapa kali lalu terbuka menampilkan seorang wanita cantik yang tengah membawa secangkir teh.

"Terjadi sesuatu?" tanya Wanita itu begitu sangat lembut.

Mark menggelengkan kepalanya, Arin hanya tersenyum lalu meletakkan cangkir teh itu.

Arin yang sudah selesai berniat pergi dan sudah membelakangi Mark.

"Sepertinya kamu sudah bertemu dengannya, dengan Jaemin mu." ucap Arin

Arin langsung berjalan pergi, Mark menatap Arin begitu sangat sulit untuk di artikan. Mark bangun dan pergi menyusul Arin.

"Kamu sudah mengetahuinya?" tanya Mark

Mark kini berdiri di hadapan Arin yang tengah duduk di sofa.

"Sudah. Jisung bahkan sudah mengenalnya, Jaemin adalah orang yang membantu Jisung saat itu." jawab Arin

"Sebaiknya sudahi percakapan ini, Jisung sudah tidur. Jangan sampai percakapan ini terdengar di telinganya."

Arin lalu pergi meninggalkan Mark ke dalam kamar.

Teacher My Love(?) • MarkminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang