22 | Who's Benazir?

1.4K 304 21
                                    

"Jangan bergerak! Kalian telah dikepung," ujar Satria sambil menodongkan senjata apinya saat dua orang remaja lelaki sedang melakukan transaksi. Satu anak lelaki yang menerima amplop cokelat mengangkat tangannya dan satunya lagi tiba-tiba kabur.

Satria bergerak gesit untuk mengejar sedangkan anggota Satria yang lain meringkus satu anak lelaki itu. Satria berlari dengan cepat, saat di Akademi Kepolisian dulu ia menjadi taruna yang tercepat dalam latihan fisik maka tidak butuh waktu lama untuk berhasil menangkap anak lelaki yang kabur itu.

Satria menarik pelatuk senjatanya, membuat anak lelaki itu refleks mengangkat tangannya.

"Ampun, Pak. Saya cuma disuruh aja, Pak," ujar anak lelaki itu dengan tatapan memohon.

"Nanti jelaskan di kantor."

Alfian berlari mendekat menyusul Satria untuk meringkus anak lelaki itu. Bukti yang mereka dapatkan memang hanya beberapa ons, namun Satria tahu itu dari salah satu orang suruhan Jayden Benazir. Mereka sudah mulai bergerak untuk melakukan transaksi narkoba dan target mereka saat ini adalah anak jalanan di bawah umur.

Satria memasukkan kembali senjata apinya lalu membawa dua orang anak lelaki itu untuk di proses ke kantor polisi. Semakin banyak orang yang mereka tangkap, maka akan semakin dekat juga mereka menemukan Jayden.

Perjalanan menuju kantor, Satria memeriksa ponselnya dan keningnya berkerut melihat banyak panggilan telepon dari Iren. Perasaan Satria langsung tidak enak, tanpa memedulikan jam yang masih menunjukkan pukul 4 pagi, Satria segera menghubungi Iren.

"Halo, Iren."

"Astaga Sat, ini masih pagi banget. Ada apa?"

"Lo semalam telepon gue ada apa? Opung atau Ninda kenapa?" tanya Satria dengan cemas.

"Oh itu, bukan Opung atau Ninda, tapi Kalea."

Jantung Satria berdetak kencang, kondisi Kalea baru saja stabil, jangan sampai ada hal yang menyebabkan kekasihnya itu kembali drop.

"Kalea kenapa?"

"Semalam dia gak sengaja lihat mantannya dan anxiety nya kambuh. Dia di rumah sakit sekarang ditemenin adiknya. Nanti kalau lo udah selesai kerja, lo ke sana aja ya."

Alasan Iren membawa Kalea ke rumah sakit karena menjelang tengah malam kondisi Kalea masih belum stabil, Iren takut jika Kalea mengalami over dosis obat makanya ia memutuskan untuk membawa Kalea ke rumah sakit.

"Dia gak histeris atau lukai dirinya kan, Ren?"

"Enggak. Tapi ini yang mengkhawatirkan, Sat. Kalea nahan perasaannya dia. Lo ajak dia ngobrol ya nanti, gimana pun cemasnya dia harus diluapin, itu kata psikiaternya semalam," jelas Iren.

"Oke. Thanks ya, Ren. Sorry gue ganggu."

Setelah itu Satria memutuskan panggilan teleponnya. Satria memejamkan matanya sejenak. Sedalam apa luka yang ditorehkan Jayden pada Kalea hingga melihat lelaki itu saja menjadi trigger untuk mental Kalea?

Setibanya di kantor, Satria langsung memproses dua anak lelaki itu. Keduanya tentu saja mengelak, saat dilakukan tes, salah satu dari keduanya positif narkoba.

"Fito, kamu periksa Ozi, biar saya yang memeriksa Rino. Usut terus sumber barangnya sampai ketemu," ucap Satria memberi instruksi pada Fito.

"Siap, Ndan."

Satria kemudian membawa anak lelaki yang bernama Rino itu ke ruang introgasi.

☆☆☆☆☆

Satria menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, setelah melakukan interogasi pada Rino dan anak lelaki itu terbukti tidak bersalah. Rino dijebak oleh Ozi, mengatakan jika ingin memberikan pendapatannya untuk anak-anak jalanan, namun ternyata Ozi memberikannya barang haram yang dibungkus dengan amplop. Rino jelas tidak mengetahui isi amplop itu. Dari Rino juga Satria akhirnya tahu jika Ozi tinggal di perkampungan narkoba.

FelicidadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang