Kalea bangun dengan keadaan mata yang sembab. Semalaman dia menangis sendiri di apartemennya karena keributannya kemarin membuatnya kembali menjadi perbincangan, padahal kasus pelakor kemarin belum juga selesai. Kalea sudah meminta maaf pada Iren, Iren juga sudah membuat klarifikasi di akun instagram restoran mereka.
Kalea menuruti Iren kemarin untuk meminta maaf pada pelanggannya itu, namun keributannya semakin pecah karena pelanggannya itu terlihat angkuh dan tidak tahu diri.
"Saya benar-benar tulus meminta maaf, Bu." Kalea menunduk sopan sambil menyunggingkan senyuman tipisnya.
"Kalau gitu, sujud di kaki gue! Lo udah jambak rambut gue tadi. Enak aja minta maaf doang." Ibu muda itu berujar dengan sinis dan meremehkan.
"Apa-apaan lo? Kelakuan lo udah kayak beradab aja, lo yang tadi duluan narik rambut perempuan itu ya."
Tidak, itu bukan jawaban Kalea, melainkan Iren yang marah karena harga diri Kalea diinjak-injak oleh orang asing.
"Udah, Kal. Yang penting lo udah minta maaf, lo ngaku salah. Kita pergi aja."
Iren langsung menarik tangan Kalea untuk keluar dari cafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan sang pelanggan semalam.
Kalea mengamati wajahnya yang pucat, seperti hari-hari biasa, Kalea lagi-lagi harus merasakan kesepian yang mencekam. Mami dan Papinya semalam menyalahkan dirinya tanpa mau mendengar cerita yang sebenarnya.
"Kamu itu ya Kalea, tahunya marah aja. Persis banget sama Papi kamu itu. Terus kamu bohongin Mami? Katanya bukan pelakor, tapi kamu malah ngaku juga kan kalau pelakor? Kamu tahu Mami benci dengan pelakor."
"Terus Mami juga benci sama aku? Iya?"
"Mami gak pernah ya ajarin kamu kayak gitu! Mami benar-benar kecewa dengan sikap kamu kali ini."
Hembusan napas berat kembali dikeluarkan Kalea. Kenapa dia harus dilahirkan di dunia ini kalau orang tuanya seperti hanya menjadikannya pajangan? Kalea punya orang tua yang lengkap, namun dia tidak memiliki keluarga yang utuh.
Kalea memutuskan untuk membersihkan apartemennya, hari ini kebetulan dia tidak memiliki jadwal apapun. Apartemen yang Kalea tempati memiliki dua kamar tidur. Kamar utama sendiri dipakai oleh Kalea, dan kamar kedua biasanya digunakan Kalea untuk menaruh barang endorse dan syuting endorse.
Tatapan Kalea tanpa sengaja jatuh pada jaket jeans yang tergeletak di sofa bersama tas nya. Semalam Kalea langsung masuk kamar saat tiba di apartemen. Kalea meletakkan vacuum cleaner nya lalu mencari ponsel di dalam tasnya. Kalea melihat chat dari Satria yang belum dibacanya sejak kemarin. Kalea mengetikkan pesan untuk Satria. Sebelumnya dia menyimpan kontak Satria lebih dulu.
Kalea kembali meletakkan ponselnya dan melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya, namun baru beberapa menit ponselnya berdering. Panggilan masuk dari nomor asing. Awalnya Kalea tidak menerimanya, tetapi nomor itu terus menghubunginya hingga kali ke empat, Kalea memutuskan untuk menerima panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicidad
Storie d'amoreDiusianya yang menginjak 30 tahun, Satria belum memiliki rencana untuk menikah setelah beberapa tahun yang lalu pernikahannya batal. Takdir kemudian mempertemukannya dengan Kalea, gadis 27 tahun yang hidupnya sangat bertolak belakang dengan Satria. ...