7 | 'Lo-Gue' Era

1.5K 297 23
                                    

Kalea berjalan kaki di sekitar apartemennya. Belakangan ini insomnianya kembali parah karena Kalea merasa stress dengan skandal yang menimpanya. Bahkan sudah hampir satu bulan, berita tentangnya masih saja menjadi perbincangan publik.

Langkah Kalea terhenti di penjual pecel ayam langganannya. Warung pinggir jalan itu tampak ramai pengunjung. Kalea menghela napas dan melanjutkan langkahnya, namun seseorang memanggil namanya.

"Mbak Kalea!"

Kalea menoleh dan melihat Mas Joko yang melambai singkat dan tersenyum ramah ke arahnya. Kalea balas tersenyum lalu memutuskan untuk mampir.

"Mas, aku pesan yang kayak biasa ya," ucap Kalea. Mas Joko mengacungkan jempolnya lalu kembali melayani pelanggan lain yang baru saja datang.

"Gila ya, rumah tangga Damian yang harmonis malah diganggu pelakor."

Kalea menggigit bibir bawahnya, sepertinya pelanggan yang baru datang itu tidak menyadari kehadiran Kalea di sana.

"Kalea tuh emang problematik tahu. Ada aja skandalnya. Dulu banget juga kan dia selingkuh dari mantannya, makanya diputusin kan."

Suara kursi digeser membuat Kalea mendongakkan kepalanya. Seorang lelaki meletakkan piringnya dengan cuek lalu duduk dihadapan Kalea tanpa meminta persetujuan dari Kalea terlebih dahulu.

"Abang kok di sini?"

Lelaki itu adalah Satria. Kalea benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan lelaki itu lagi setelah pertemuan mereka kemarin di rumah sakit.

"Ya saya makan," jawab Satria lalu kembali menyantap makanannya.

"Saya juga tahu, maksudnya tuh kok bisa ada di sini?"

Satria menatap Kalea dengan intens.

"Dari kantor ke apartemen saya kebetulan lewat sini, saya lapar makanya mampir untuk makan. Kamu terganggu saya duduk di sini?"

Kalea menggelengkan kepalanya bersamaan dengan makanan pesanannya yang datang. Sepiring pecel ayam dengan sambal dan lalapan serta es jeruk. Mereka kemudian makan dalam diam hingga makanan Kalea habis.

"Kamu sendiri kenapa ada di sini?" tanya Satria. Kalea menolehkan kepalanya lalu menunjuk apartemennya yang terlihat dari kejauhan.

"Saya tinggal di sana," jawab Kalea lalu kembali menyesap es jeruknya. Satria mengangguk paham.

"Pecel ayam di sini tuh langganan saya, Bang. Sambalnya enak banget. Menurut Bang Satria, sambalnya rating berapa?" Kalea kembali membuka suara, tak membiarkan keheningan menemani mereka lebih lama.

"7/10, lumayan enak sambalnya," jawab Satria. Kalea mendengus.

"Kok 7 doang? Enak banget padahal," ujar Kalea.

Setelah mengucapkan itu, Kalea beranjak berdiri karena minumannya yang sudah habis.

"Kamu mau ke mana?" tanya Satria yang ikut berdiri.

"Pulang," jawab Kalea lalu dia melangkah untuk membayar makanannya.

"Kembaliannya ambil aja ya, Mas. Saya gak ada uang kecil," ucap Kalea pada Mas Joko.

"Harus ambil kembaliannya, Mbak. Mbak Kalea setiap makan itu terus alasannya," jawab Mas Joko sambil mengambil uang kecil di laci mejanya.

"Saya bareng deh ini sama temen saya, atau gak nanti aja kalau dia makan lagi di sini gak perlu bayar, potong dari uang kembalian saya aja, Mas. Oke ya?"

Setelah mengucapkan itu Kalea langsung berbalik pergi. Langkahnya ditahan Satria saat mereka sudah berada di depan tenda.

"Kamu jalan kaki pulang ke apartemen?" tanya Satria karena tidak menemukan kendaraan Kalea. Kalea mengangguk santai.

FelicidadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang