23 | Love Language

1.5K 317 24
                                    

"Cantik ya?"

"Kan apa aku bilang, Mbak. Mbak Kalea tuh cantik dilihat langsung, gak percayaan sih."

"Lihat aja dia tidur damai banget, kayak princess aurora. Sleeping beauty."

"Ck! Pada diem gak. Nanti Mbak Kalea bangun."

Kalea perlahan membuka matanya dan pandangannya langsung terarah pada 4 orang yang berdiri di samping ranjangnya. Kalea mengerjap bingung lalu ia mengamati sekelilingnya, ia masih berada di kamar tamu kediaman orang tua Satria, namun dengan 4 orang yang tadi berbisik-bisik hingga mengusik tidur Kalea.

Tangan seorang gadis muda terulur untuk memegang pipi Kalea, dan sebelahnya lagi memegang pipinya sendiri. Kalea berjengit kaget namun ia masih terpaku diam.

"Ngapain sih?" seorang lelaki muda menatap gadis muda itu dengan heran.

"Ngecek kondisinya Mbak Kalea," jawab gadis muda itu. Kalea masih diam menyimak karena ia merasa asing dengan dua orang di depannya ini, sedangkan dua orang lainnya sudah dikenal Kalea. Viona dan Vayana, adik dari Satria.

"Ini lho termometer, mbak Em," ucap Vayana lalu mengambil termometer lalu mengulurkannya pada pelipis Kalea. Suhu tubuhnya normal.

"Normal kok ini," ujar Vayana.

"Ya emang normal! Gak ada yang sakit." Lelaki muda itu melotot kesal.

"Lah? Terus mbak Em ngapain?" tanya Viona dengan bingung.

"Ya gak apa-apa, pengen ngecek aja." Gadis muda dengan rambut pendek sebahu itu menjawab dengan wajah polosnya. Dan hal itu menciptakan decakan kesal dari lelaki muda yang sekilas dilihat mirip dengan Satria.

"Emang sedeng kali lah."

"Sorry..." Kalea membuka suara untuk menyela perdebatan di depannya sambil beranjak duduk. Keempat orang itu menoleh serempak, memusatkan perhatian pada Kalea.

"Kalian—"

"Oh iya, kenalin Mbak. Aku Emira Kirana Putri Nasution, adiknya Bang Satria. Panggil aja Emira." Gadis muda dengan rambut sebahu itu mengulurkan tangannya penuh percaya diri. Kalea balas mengulurkan tangannya dengan canggung.

"Aku Kalea."

"Gue Chandraca Buana Paksa Nasution, panggilannya Chan. Adiknya Bang Satria juga," ucap lelaki yang ternyata bernama Chan itu. Sekali lagi Kalea menyebutkan namanya.

"Abang harus ke kantor, Mbak. Jadi kita diminta untuk jagain Mbak Kalea. Mbak mau makan sekarang?" Viona menjelaskan lalu tersenyum ramah.

"Oh iya, makan. Ayo mbak makan dulu, Buna udah masak khusus untuk Mbak Kalea. Dan sebelum Abang ngamuk, mending makannya sekarang aja ya, mbak," ucap Vayana.

"Kenapa Bang Satria ngamuk?" Kalea menatap bingung.

"Abang tuh galak tahu. Dan Abang udah minta supaya mbak Kalea disuruh makan begitu bangun tidur, kalau enggak yang bakal dimarahin ya kita," jelas Emira. Kalea menggaruk pelipisnya.

"Ayo Mbak, kita makan," ajak Viona lalu menarik lembut tangan Kalea. Kalea akhirnya mengikuti langkah keempat adik Satria masih dengan kebingungan di kepalanya.

"Buna lagi pergi sebentar untuk cek butik, Mbak. Papa juga lagi ada rapat kerja," jelas Emira melihat Kalea yang tampak kebingungan. Kalea hanya mengangguk kaku lalu duduk di sebelah Viona.

Chan bergerak mengambil piring untuk Kalea lalu meletakkan sendok dan garpu setelah ia lap menggunakan tisu.

"Gak usah malu-malu, Mbak. Makan aja yang banyak," ujar Chan. Kalea mengucapkan terima kasih lalu menyendok nasi di piringnya.

FelicidadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang