11 | Sendiri Itu Sepi

1.3K 307 32
                                    

Pagi-pagi sekali tidur Kalea terusik karena ponselnya yang tidak berhenti berdering. Kalea berdecak kesal lalu mengambil ponselnya. Nama sang Mami tertera di layar ponselnya.

"Halo Mami?"

"Kal, bisa transfer uang ke Mami? Ini adik kamu sakit, butuh perawatan."

Kening Kalea berkerut samar.

"Nayaka sehat-sehat aja, Mi. Lagi tidur juga sekarang," jawab Kalea.

"Bukan Nayaka, tapi Raka. Bisa ya transfer ke Mami? Mami butuh banget. Demi adik kamu."

Kalea mengepalkan tangannya dengan kuat, adiknya hanya Nayaka. Dan dia benci memiliki adik dari Maminya dengan orang lain, juga adik dari Papinya dengan orang lain. Namun Kalea tidak bisa marah, dia selalu memendam semua perasaannya dan akan menangis sendirian.

"Kal?"

"Ya, nanti aku transfer."

"Hari ini ya."

"Ya."

Panggilan telepon itu berakhir begitu saja. Mami bahkan tidak menanyakan kabarnya setelah pertemuan singkat mereka kemarin. Mami hanya memikirkan anak dari suami barunya, membiarkan Kalea dan Nayaka berjuang sendirian tanpa sentuhan orang tua yang lengkap.

Kalea berdecih, dia benar-benar membenci orang tuanya. Untuk apa dia dilahirkan jika hidupnya di dunia ini sendirian?

Kalea membuka aplikasi m-banking nya dan mengecek saldonya. Otaknya mulai menghitung pengeluarannya dan Nayaka, belum biaya kuliah Nayaka yang dibebankan Papi padanya.

"Duh uang dari restoran cukup gak ya kira-kira?" gumam Kalea lalu pandangannya terhenti pada lemari kacanya yang berisi koleksi tas dan sepatu branded nya.

"Pikir nanti lah," ucap Kalea lagi lalu dia mentransfer uang ke rekening Maminya. Setelahnya Kalea memutuskan untuk menyiapkan sarapan bersamaan dengan Nayaka yang keluar dari kamarnya.

"Sini sarapan dulu. Ambil sendiri aja mau roti atau sereal," ucap Kalea pada sang adik yang sudah rapi untuk ke kampus.

Nayaka menurut, duduk di kursi lalu mengambil sereal dan menuangkan susu di mangkok serealnya. Nayaka menatap Kalea dengan ragu, seperti akan mengatakan sesuatu namun tidak jadi.

"Kenapa liatin gue? Ada yang mau lo omongin?" tanya Kalea yang sedang mengoles nutella di roti gandumnya. Nayaka menghela napas lalu mengangsurkan selebaran di hadapan Kalea. Kalea melirik selebaran itu sekilas yang isinya adalah biaya praktek Nayaka.

"Gue udah minta di Papi, tapi kata Papi lo yang ambil alih biayain kuliah gue," gumam Nayaka. Kalea mengangguk santai.

"T-tapi kan lo..."

"Gak usah pikirin gue, selesaiin aja kuliah lo tepat waktu, jangan suka nunda-nunda kayak gue dulu. Fokus aja sama kuliah," ucap Kalea lalu dia mengambil ponselnya untuk mentransferkan biaya praktek Nayaka.

"Udah gue transfer. Kalau ada biaya kuliah lagi, bilang ke gue aja, gak usah mohon-mohon lagi ke Papi," ucap Kalea lalu meletakkan kembali ponselnya dan melanjutkan sarapannya.

"Iya, Mbak."

"Habisin sarapannya."

Setelah mengucapkan itu Kalea kembali ke kamarnya karena dia harus bersiap ke restoran.

☆☆☆☆☆

Kalea berjalan seorang diri mengelilingi mall karena hendak mencari kado untuk ulang tahun pertama Ishana, putri pertama Rea, sahabatnya. Di tangan Rea sudah berada dua paperbag yang isinya adalah pakaian anak yang menurutnya lucu serta beberapa pasang sepatu anak. Saat ini Kalea akan memilih mainan untuk Ishana.

FelicidadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang