14; Sebuah ide

605 31 0
                                        

Pagi mulai menyingsing berganti siang, pria manis itu hanya berbaring dikasur. ia tidak kemana-mana, sepi dan sunyi rasanya apalagi Hali sejak pagi tadi berangkat ke kota lain melihat kantor baru yang masih dalam proses pembangunan.

Ia memilih bermain ponsel, melihat video random di tiktok atau aplikasi lain. Namun ia teringat seseorang yang ia temui di pesta waktu itu. Pria itu lalu memilih menchat orang tersebut.

•-•-•

Sementara disisi lain, Eric tengah berada di kantornya, menandatangani beberapa dokumen. Ia melihat ponselnya berbunyi karena sebuah notif.

Ting!

Pria itu mengerutkan alis, sebuah nomor tidak dikenal menchat nya.

|Unknown

Hai, ini aku Solar, jangan lupa save nomorku

You|
Ok, btw kamu sibuk tidak?

•-•-•

|Solar
Tidak, memang kenapa?

You|
Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, mungkin nanti

| Solar
Ohh, Ric aku ingin minta tolong padamu, tapi mungkin kau tidak akan mau menolong ku


You|
Minta tolong apa? Katakan saja, aku pasti akan menolongmu

|Solar
Eum, bisa kau membantuku keluar dari sini? jadi begini, singkatnya aku dibeli dan pria yang kemarin itu orang yang membeliku, aku tidak betah disini, ku mohon🥺

You|
Bagaimana ya, kau tahu pria itu adalah investor terbesar diperusahaan ku, aku sebenarnya tidak ingin berurusan dengannya

|Solar
Owh, begitu ya? oke terimakasih Ric

Ia bingung harus memakai cara apalagi, pikiran nya sudah buntu.

•-•-•

Eric mendatangi kost Taufan setelah pulang dari kantor tadi, diketuk nya pintu itu tak lama sang tuan rumah keluar dan mempersilakan nya masuk dan duduk.

"Tumben kamu kesini, ada apa?" tanya pria itu.

"Aku ingin bertanya tentang Solar."

"Dia chat aku, kau tahu? dia meminta tolong padaku untuk membebaskannya, aku tadinya mau membantu, tapi ragu daripada aku berhadapan dengan tuan Thunder yang terkenal kejam dan bengis itu." ucap pria bermanik cokelat itu.

"Lebih baik kita tidak perlu ikut campur Ric, memang orang itu sangat berbahaya, walau aku juga ingin menolongnya tapi kita tidak punya kuasa lebih." timpal Taufan.

Eric hanya menggangguk menanggapi, "Tapi aku ada satu ide, mungkin ini sedikit gila ya...tapi kita coba saja, aku mendapat undangan dari rekan bisnisku dan mungkin pria itu juga sama, bagaimana kita bawa pergi Solar dimalam itu?untuk langkah selanjutnya biar aku fikirkan lagi."

"Kau yakin?" tanya Taufan setengah ragu.

"Aku yakin, kalau bisa kita beritahu rencana ini ke Solar juga."

"Baiklah, aku ikut saja."

Setelah memberitahu rencananya pada Solar, pria manis itu tersenyum tipis, ia berharap semoga kali ini tidak gagal.

Pria itu juga sudah beberapa hari tidak mendekatinya lagi, mungkin karena dia sedang disibukkan urusan pekerjaan. Tapi entahlah, sejak pria itu menjauhinya seperti waktu itu jujur saja....ia seperti merasakan kangen? ah, tidak ia tidak akan merindukan pria cabul itu!

•-•-•

My Doll- HalisolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang