28; Pregnant?

184 11 2
                                    

"Sayang ayo sarapan–kenapa?" ia membantu tubuh cucunya untuk duduk dipinggir ranjang.

"Aku keknya sakit nek." tak lama ia kembali berlari ke toilet, ia merasa mual saat memuntahkan tapi tidak keluar apapun yang ada hanya cairan bening.

"Keknya masuk angin, sudah ayo makan dulu tidak baik sakit dalam keadaan perut kosong."

Solar sudah duduk dikursi makan, ia menyandarkan tubuhnya yang lemas.

"Eeumhhh." Solar sedikit mengernyit merasakan aroma masakan neneknya, padahal biasanya ia sangat suka makanan itu. Ia kembali berlari ke kamar mandi ingin memutahkan sesuatu.

Gamma menyusul cucunya ke dalam kamar sang cucu.

"Kayanya kamu hamil...." Solar terbelalak, ia menggeleng pelan.

Gamma lalu mengeluarkan suatu benda yang bentuknya mirip seperti stik ice krim.

"Pakai ini, coba cek dan tunjukkan pada nenek."

Solar keluar dari kamar mandi tersebut, ia menunjukkan testpack tadi pada neneknya, Gamma terdiam–ia menatap Solar sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Solar keluar dari kamar mandi tersebut, ia menunjukkan testpack tadi pada neneknya, Gamma terdiam–ia menatap Solar sendu.

"Ne–nek ada apa? apa itu penyakit parah?" Gamma menggeleng, ia memeluk cucunya.

"Kamu hamil sayang....disini ada yang tumbuh...." sang nenek mengusap perut nya yang masih rata.

Solar hampir saja terjatuh saking lemasnya jika tidak ditahan neneknya, "Nenek, hikss....a–aku gak mau anak ini...." ia memeluk Gamma menangis sesenggukan dibahu sang nenek.

Gamma mengusap pipi berisi Solar, menyingkirkan helaian poni yang menutupi mata indahnya.

"Sayang, jangan bicara seperti itu...dia tidak salah." Jemarinya turun mengusap kembali perut rata cucunya.

"Nenek akan buatkan kamu bubur, kamu istrahat aja ya." Solar menggangguk lemas, ia berbaring diranjang, sang nenek menyelimuti nya sebelum pergi dari kamar cucunya ia memberi kecupan di kening Solar.

***

Sementara disisi lain seorang pria yang penampilannya belakangan ini tampak urakan dengan bulu halus yang tumbuh disekitar dagu dan bibir tipis, rambut nya bahkan sedikit gondrong.

Hali–pria itu masih uring-uringan mencari keberadaan pujaan hatinya.

Tak lama pintu kamarnya pintu menampilkan sosok sekretaris sekaligus tangan kanannya itu.

"Bagaimana, sudah berhasil menemukan driver itu?" Ice menggeleng, ia menghembuskan nafas lelah.

"Hali, kota ini kan besar kita tidak mungkin bisa menemukannya dalam beberapa minggu, aku sudah memperluas pencarian nya sampai ke daerah terpencil, semoga saja kita cepat menemukannya."

"Hei bung, kau tidak bercukur?"

"Wajahmu itu, lihatlah....seperti gembel" ejeknya, ia menertawakan atasannya, Hali mempelototkan matanya.

"Enak saja!"

"Pintar, sudah kamu tidur aja, nenek mau ke sawah dulu ya, nenek bawa kunci rumah, kunci cadangan nenek taruh di dekat kursi depan." Manik abunya menatap sang nenek lemah.

"Kalau lapar nanti, nenek sudah masak sayur, kamu bisa angetin ya kalo udah adem."

Neneknya kemudian turun ke bawah dan bersiap dengan capil dan arit ditangannya, ia mengunci pintu dulu.

My Doll- HalisolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang