Pagi datang menyapa, cahaya matahari menyusup masuk melalui celah jendela kamar bernuansa merah–hitam itu. Tampak kedua insan itu sedang bergelung dibalik selimut, tak lama pria bernetra merah itu membuka matanya. Ia menetralkan pandangannya sebelum memilih berdiri.
Di liriknya Solar yang masih tertidur, ia pun lalu memilih membersihkan tubuh dan turun ke bawah
•-•-•
Tak lama Solar menyusul, ia merasa tak nyaman dengan area tubuh bawahnya tapi mau bagaimana lagi....ini hukuman untuk nya.
Dilihatnya Hali sedang sarapan, ia menyusul dan makan bersama.
Tapi saat Solar hendak berbicara, Hali memilih pergi ia meninggalkan pria mungil itu sendiri di meja makan.
Hali juga menghukum nya dengan cara menjaga jarak darinya, pria itu kembali bersikap dingin setelah belakangan ini mereka cukup dekat.
Solar hanya menatap punggung lebarnya dari belakang dengan sendu.
Bahkan ketika Solar mendekatinya, Hali memilih pergi.
Sudah tiga hari mereka saling berjauhan, seperti saat Solar terbangun Hali sudah bekerja dan Solar tertidur Hali baru pulang.
•-•-•
Tapi di malam ini ia melihat Hali pulang dalam keadaan mabuk, Solar membantu memapah tubuhnya, namun saat ia hendak bangun tubuhnya ditarik untuk masuk dalam pelukannya. Hali memeluk tubuh ringkih yang ia rindukan itu.
"Solar..." mata sayu itu, ia meracau.
Pakaian yang dikenakan mereka saat ini sudah tergeletak dilantai, pria bernetra merah itu memimpin permainan mereka.
•-•-•
Plak!
Solar menampar pipi pria itu, nafasnya tampak memburu.
"K-kau!!kau memang tuanku tapi tidak bisa seenaknya juga padaku, mungkin aku memang jalang, tapi aku juga punya hati kau paham? a-aku juga ingin bebas, disini rasanya seperti penjara...."
Hali yang setengah sadar itu menatapnya tanpa arti, "Kau ingin bebas?kau pikir kau siapa bisa mengatur ku? Kau itu mainan ku asal kau tahu, aku membelimu mahal bahkan aku bersikap lembut padamu tidak seperti pada mainanku yang sebelum-sebelumnya. Kalau mau mu seperti itu oke akan aku tunjukkan siapa diriku sebenarnya dan dirimu." Ia menghempaskan tubuh mungil itu ke bawah, Solar meringis saat dirinya terjatuh ke bawah. Sungguh dirinya sangat sakit saat ini apalagi dibagian bawahnya seperti ngilu.
Pria yang lebih tinggi itu melangkah keluar dari kamarnya.
•-•-•
Keesokannya Hali kembali masuk ke kamarnya, ia melepas alat-alat yang menempel di tubuh pria mungil itu. Dan beranjak keluar.
Solar merasa senang karena dirinya sudah terbebas dari mainan yang membuat seperti terasa tersiksa. Tapi ia juga seperti merasa sedih karena pria itu masih bersikap dingin padanya.
•-•-•
Hali mendatangi kamar itu hanya untuk melampiaskan nafsu, setelah nya ia kembali keluar meninggal kan tubuh mungil pria bermanik abu tersebut. Padahal biasanya Hali yang akan membantunya membersihkan aktivitas mereka ataupun membantunya memakaikan pakaian atau menyelimuti nya. Sekarang ia seperti merasa menjadi boneka, dimainkan lalu setelahnya dibiarkan begitu saja.
•-•-•
Namun dimalam ini sikapnya sedikit berubah, Hali kembali berbicara padanya meski hanya sedikit.
"Malam ini aku akan pergi ke pesta kolegaku, tadinya ingin mengajak temanku yang lain tapi mereka tidak bisa hadir, jadi kau temani aku untuk malam ini. Pakaian kita sudah disiapkan oleh bibi, jadi setelah aku pulang kau sudah harus rapih, aku tidak ingin lama menunggu." Solar mengangguk.
•-•-•
Mereka saat ini tengah berada disebuah gedung mewah milik koleganya itu, namun sebelum Hali menghampiri temannya ia membisikkan sesuatu ke telinga Solar, "Jangan berbuat macam-macam dan jangan mencoba kabur atau meminta tolong pada siapapun disini. Jika aku melihatnya, maka aku akan melukai orang yang membantumu." Solar meneguk ludahnya, ia bergidik, lalu tak lama menggangguk kaku.
Lalu Hali beranjak pergi meninggalkan Solar ditengah kerumunan orang-orang itu. Ia hanya terdiam.
Tapi tak lama pundak nya seperti ada yang menepuk, "Hai, kamu kesini sendiri?" Ah, itu Eric temannya Taufan. "Iya" Solar membalas ucapan pria itu, ia lalu balik bertanya, "Kamu sendirian juga kesini?" Pria itu menggangguk.
Mereka lalu terdiam tidak melanjutkan obrolan, mata bulatnya beredar mencari seseorang yang bersamanya tadi, setelah merasa yakin pria itu tidak ada disekitar sini. Solar melangkah maju, ia memberi isyarat pada pria itu untuk menunduk, Eric yang paham pun lalu menurutinya, Solar membisikkan sesuatu ditelinga nya.
"Sini serahkan ponselmu, aku akan mencatat nomorku." Solar lalu menyerahkan ponselnya, ia kembali bersuara namun pelan, "aku boleh minta tolong padamu? aku....ric, tolong lepaskan aku darisini dari genggaman pria itu....aku–"Tak lama sebuah suara lain memotong pembicaraanya.
"Sayang, ah, kamu disini aku mencari mu tadi, ayo kita mengambil minum." ia melingkarkan tangannya dipinggang ramping itu posesif, matanya memicing menatap pria yang ada didepan nya.
Setelah dirasa jauh dari keramaian, pria itu melepaskan pelukannya, "Kau!! mengobrol apa dengannya?" ia menatap tajam Solar.
Yang ditatap langsung menggeleng, "T-tidak, a-aku hanya berkenalan dengannya, dia menyapaku lebih dulu tadi."
"Oh, begitu ya? baiklah, sekarang kita pulang karena sudah lama juga." Hali menggandeng tangannya menuju parkiran mobil.
Sementara pria tadi memandang mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Doll- Halisol
Fiksi PenggemarDi suatu desa ada seorang lelaki manis yang tinggal bersama neneknya di rumah sederhana, teknologi yang berkembang disana masih sedikit sehingga banyak orang-orang disana yang memilih merantau ke kota besar untuk mengubah nasib. Begitupun dengan lel...