"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar."
Setelah berhasil meloloskan sebuah pentol ke mulutnya, Sabas mendongak untuk melihat apa yang sahabatnya itu lakukan. "Tiba-tiba banget mengumandangkan moto lo," ucapnya heran, apalagi melihat Jevian yang tampak tak bersemangat sekarang—sebenarnya memang tidak pernah terlihat bersemangat.
"Gue nggak mau moto hidup gue rusak." Jevian masih asyik mengaduk sotonya, tak berminat mulai menyuap makanan itu.
"Siapa juga yang mau ngerusak moto lo?" Sabas tak acuh, kembali memakan baksonya dengan lahap.
"Gue mungkin bakal gabung ke UKM Literatur."
Kuah bakso yang baru saja menyapa lidah Sabas langsung masuk begitu saja, membuat laki-laki itu kalang kabut mencari air untuk menyegarkan keringkongannya. Jevian menyodorkan air milik Sabas, langsung diteguk hingga setengah.
"Sekaget itu?"
"Iyalah! Mahasiswa kupu-kupu kayak lo? Serius?" mata Sabas melotot menatap kawan di depannya.
Jevian menumpu kepalanya menggunakan telapak tangan. Tatapannya kosong, mengarah ke soto miliknya yang belum tersentuh. Ia menghela—entah berapa kali hari ini. Laki-laki jangkung itu sudah dari awal menetapkan dirinya sebagai mahasiswa kupu-kupu—kuliah pulang, kuliah pulang. Tenaganya yang cepat habis membuatnya tak sanggup jika harus lama bertemu dengan orang-orang. Tentunya hal itu membuat Jevian menghindari relasi lebih luas di luar kegiatan belajar. Meskipun kampusnya terkenal dengan organisasi dan UKM yang beragam, hal itu tak membuatnya luluh sedikit pun.
Tentu Sabas sudah sering mengajaknya bergabung di BEM—organisasi yang ia jalani saat ini. kalau PMK—Persatuan Mahasiswa Kristen kan tidak mungkin. Meskipun sudah tahu akan mendapat penolakan dari Jevian, Sabas masih terus mempromosikan UKM lainnya. Tapi kembali ditolak mentah-mentah. Bagi Jevian, melakukan hal tidak penting seperti itu hanya membuang tenaga. Bukan artinya Jevian anti sosial, tidak sama sekali. Di jurusannya, Jevian lumayan dikenal karena beberapa hal, seperti IPK-nya yang tinggi dan tentu saja ketampanannya. Jevian juga memiliki teman selain Sabas. Intinya, Jevian menghindari relasi yang lebih luas karena ia malas dengan semua kegiatannya—rapat, program kerja, dan lainnya. Tenaganya itu sungguh sedikit.
Sabas mengingat kembali apa yang Jevian katakan tadi, "UKM Literatur? Kenapa UKM itu?"
"Jovano, dia minta gue masuk ke UKM itu." Jevian memajukan posisi duduknya. "Katanya UKM itu terancam bubar karena banyak anggota yang keluar. Jadi gue diminta gabung supaya anggotanya memenuhi persyaratan," jelasnya.
"Jadi lo terima?"
"Awalnya gue tolak, toh mereka bisa cari yang lain. Tapi Ketua BEM datangin gue dan minta hal yang sama."
"Agas yang minta langsung?"
Jevian mengangguk. Ia menelusuri ekspresi Sabas yang tampaknya memikirkan sesuatu. "Lo tahu sesuatu soal UKM itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mystery / Thriller"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...