Ada sedikit perubahan di keseharian Jevian. Pada dasarnya, laki-laki itu memang suka membaca, tetapi kali ini Jevian membaca buku-buku terkait sastra. Ia mulai mendalami apa itu karya sastra, terutama puisi. Jevian tidak bohong kala mengatakan dirinya kurang tanggap dalam memahami puisi. Selama ini Jevian hanya membaca novel atau buku-buku filosofi, sehingga ia harus mempelajarinya dari awal.
Pintunya terbuka, menampilkan Jovano yang sudah lengkap dengan baju tidurnya. "Kok lo belum tidur?" Laki-laki itu berjalan masuk, mendekati Jevian yang masih duduk di meja belajar. Ia melihat apa yang sedang Jevian lakukan. Matanya langsung tertuju pada buku dengan sampul hitam berjudul 'Es Krim' di atas meja.
"Sebentar lagi." Jevian tak mengalihkan fokusnya dari buku yang ia baca. Tangannya juga aktif menggaris bagian penting dengan stabilo. Sesekali Jevian membenarkan kacamatanya yang melorot karena bibirnya yang terus membaca.
"Jangan dipaksa ya, Vian. Jangan sampai sakit." Jovano sudah duduk di ranjang milik Jevian.
Jevian berhenti, melepas kacamatanya lalu menyandarkan punggungnya di kursi. Ia menghela panjang sambil mengurut pangkal hidungnya.
"Boleh gue tanya sesuatu?"
Jevian menoleh pada Jovano, kemudian mengangguk.
"Lo udah tahu sesuatu tentang Es Krim?" Jovano bertanya dengan hati-hati, "soalnya lo tiba-tiba mau mempertimbangkan buat gabung, jadi gue pikir lo udah menyadari sesuatu."
"Iya, sudah."
Mendengar jawaban singkat itu, Jovano jelas terkejut. Jevian mengambil buku Es Krim kemudian memberikannya pada Jovano.
"Buka halaman pertama."
Segera Jovano membukanya, membaca kalimat yang ada di sana.
"Hitung ada berapa puisi di dalam buku itu."
Tangannya langsung tergerak membuka lembar demi lembar, menghitung puisi yang ada sesuai perintah Jevian. Awalnya ia sempat bingung, hingga Jovano berkali-kali menghitung puisi itu dan membaca kembali halaman pertama. Setelah beberapa kali mengulangnya, Jovano akhirnya menyadari hal aneh yang Jevian maksud.
"Lo ngerti kan kenapa kalimat itu Damian taruh paling awal?"
Jovano mengangguk perlahan, masih terkejut dengan apa yang baru ia temukan. "Bagaimana bisa..." bahkan Jovano tidak tahu harus bertanya apa.
"Kebetulan aja gue nemu detailnya."
Jovano sudah cukup terbiasa dengan kata 'kebetulan' dari Jevian. Itu adalah kata merendah, yang sebenarnya kebohongan mutlak. Jovano yang baru mengenalnya belum genap sebulan itu cukup yakin bahkan Jevian adalah laki-laki yang amat teliti. Jevian memiliki ingatan yang sangat kuat juga kepekaan yang tajam. Tidak hanya Jovano, sekarang anggota UKM Literatur, ditambah Agas sang Presiden Mahasiswa sudah mengetahui potensi itu, apalagi Sabas yang sudah berteman dengannya sejak SMA. Makanya Jevian dengan cepat ditarik oleh mereka ke Tim Netra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Mystery / Thriller"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...