(Silakan baca puisi ke dua di ES KRIM, antologi puisi karya Damian Anvaren)
Jevian terhenti di depan pintu kala mendengar percakapan dari dalam. Ruang UKM Literatur terbuka lebar, hingga suara dua orang yang tengah berbincang itu terdengar hingga luar. Tidak biasanya ruangan itu sengaja dibuka—karena ruangan ber-AC dan mereka harus menutupi tentang Tim Netra, jangan sampai orang lain tahu. Maka dari itu Jevian merasa aneh. Akhirnya ia memilih menguping dari luar.
"Seharusnya sih UKM ini sudah aman, Kar." Dari suaranya, Jevian sudah tahu bahwa Kara berbicara dengan Alam (lagi). Jevian mengernyit samar, bingung dengan laki-laki itu yang terlalu sering hadir akhir-akhir ini.
"Alhamdulillah." Kara terdengar senang, bisa Jevian bayangkan wajah semringah gadis itu. "Makasih banyak ya, Lam. Gue bener-bener merasa terbantu. Lo sama Agas banyak membantu UKM ini."
Alam tertawa, "sudah seharusnya kami bantu, Kar. Kalau perlu nanti kami bantu promosikan UKM ini ke sosmed DPM." Laki-laki itu tersenyum manis pada Kara. "Gue mau semua orang bisa berkarya tanpa batas di tempat ini, tempat yang penuh ilmu ini."
Tiba-tiba saja Jevian menegang. Ia seperti pernah membaca kalimat itu di suatu tempat, tapi ia tidak begitu ingat di mana melihatnya. Yang pasti, kalimat itu benar-benar template. Jevian yakin sekali, ada sesuatu yang aneh di sini.
Tanpa mempertimbangkan hal lain lagi, Jevian mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang. Tidak perlu menunggu lama, orang yang mendapat pesan dari Jevian langsung datang.
"Kenapa, Jev?" tanyanya setelah mendekati Jevian.
"Gue mau lo—"
Belum selesai Jevian berucap, Jovano sudah lebih tertarik pada suara orang yang ada di dalam ruang UKM. Jovano bahkan masuk tanpa permisi, menghampiri dua orang yang tengah mengobrol santai itu.
"Jovano, ya?" tanya Alam, mencoba mengingat nama laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya.
"Iya," jawab Jovano dengan singkat.
"Kamu ngapain ke sini?" Kara berdiri, segera menghampiri Jovano yang ia tatap dengan bingung. Ia yakin tidak memanggil Jovano, sedangkan kekasihnya itu selalu datang tiap dipanggil saja.
"Aku mau ketemu kamu." Jovano tersenyum lembut. Hal itu membuat Kara meleleh, langsung salah tingkah dibuatnya.
Alam ikut berdiri, "ya sudah kalau begitu, gue pamit dulu ya, Kara."
Kara mengangguk, melambai kecil pada Alam sebelum laki-laki itu keluar.
Jevian bersiap masuk ketika Alam mendekati pintu untuk keluar, berlagak seakan ia baru saja datang. Alam tidak menoleh padanya, begitu pun Jevian.
"Loh, ada lo juga," ucap Kara ketika Jevian masuk ke ruangan.
Jevian menutup pintu ruangan lalu menuju sofa untuk merebahkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream; Jaemin & Jeno
Misteri / Thriller"Peduli dan ikut campur itu beda tipis, terlalu membuang tenaga. Kita cuma perlu menghindar tanpa berbuat onar." Demi menyelamatkan UKM Literatur yang nyaris bubar, Jovano Abidzar meminta Jevian Abrizam untuk bergabung ke UKM itu. Jevian tak punya p...