20; Persetan Intuisi, Ini Deduksi

211 25 0
                                    

Setelah saling menyapa di ruang rias, Arsen dan Alam memilih mengobrol di luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah saling menyapa di ruang rias, Arsen dan Alam memilih mengobrol di luar. Posisi keduanya bersandar pada dua sisi lorong, saling berhadapan. Beberapa menit awal, mereka masih membahas hal-hal ringan seperti kabar dan kegiatan akhir-akhir ini. Hingga Arsen menyadari bahwa Alam telah menuju tujuan utamanya.

"Gue dengar lo dari SMA Elang, bener Sen?"

Arsen jelas terkejut, tetapi ia berusaha menjaga ekspresinya agar tetap tenang. "Iya. Kok lo tahu? Padahal gue jadiin itu rahasia." Arsen tersenyum dengan natural, berusaha menghilangkan celah kecurigaan untuk Alam.

Alam tertawa pelan, "ada alumni dari sana yang bilang ke gue." Kemudian ia menatap kawan di hadapannya. "Kenapa jadi rahasia, sih? Sekolah itu bagus kok. Dari yang gue tahu, reputasi SMA Elang salah satu yang terbaik di antara SMA swasta lainnya."

Arsen mengangguk setuju. Arsen juga tahu betapa unggulnya SMA Elang. Namun, banyak pula yang sudah menyadari rahasia di balik kesuksesan SMA Elang, tetapi tetap menutup mata. Sekolah itu bukan terkenal karena prestasinya, tetapi karena isi dari SMA Elang adalah kalangan elite yang tak bisa ditandingi.

"Lo malu sekolah di sana?" tanya Alam membuyarkan lamunan Arsen.

"Ah nggak—"

"Atau ada yang lo sembunyiin?"

Matanya langsung membulat sempurna, kemudian melirik Alam yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Anjing Liar nggak akan cocok berada di istana." Kalimat itu mampu membuat tubuh Arsen menegang. "Gue denger ada orang yang hampir membunuh teman sekelasnya karena dendam. Bukan cuma itu, dia juga melukai beberapa guru tanpa pandang bulu." Alam mendekati Arsen hingga jarak mereka menipis. Alam tahu Arsen orang yang pandai memanipulasi ekspresi, tetapi dalam jarak sedekat ini, Alam dapat melihat jelas wajah ketakutan laki-laki itu.

"Lo tahu siapa orang yang disebut Si Anjing Liar itu?"

~ Ice Cream ~

Di dalam lamunannya, masih teringat jelas bagaimana Alam menatapnya dengan tatapan remeh. Ya, Arsen yakin sekali itu tatapan remeh. Meskipun tidak jelas, tetapi terlihat senyum tipis dari Alam ketika mengajukan pertanyaan penutup. Arsen kebingungan bukan main. Ia tidak mengerti maksud Alam menanyakan hal itu. Apakah dirinya sudah ketahuan sebagai ketua Tim Netra, sehingga Alam mengajukan ancaman seperti ini? Atau ada hal lain yang Alam mau dari dirinya? Ingin sekali ia menceritakan kejadian tadi pada kawan-kawannya, terutama Agas dan Jevian. Tapi Arsen tidak ingin rahasia yang hampir ia musnahkan itu terpaksa dibongkar.

Agas. Arsen yakin sekali kawannya itu tahu sesuatu tentang masa lalunya. Namun, Arsen masih enggan mengungkapkan lewat mulutnya langsung. Sehingga semuanya menjadi abu-abu, tidak jelas, dan ia kehilangan arah untuk melangkah.

Lamunannya terhenti kala sebuah tangan menyodorkannya minuman kaleng. Arsen mendongak, mendapati seorang gadis berekspresi datar tengah menunggunya untuk mengambil minuman yang dia berikan. Arsen tersenyum tipis kemudian meraih minuman itu.

Ice Cream; Jaemin & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang